KOMPAS.com - Varian Covid-19 yang menyebar di India lebih menular dan mungkin menghindari perlindungan vaksin. Menurut Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hal ini berkontribusi pada wabah eksplosif di negara itu.
Dalam wawancara dengan AFP, Sabtu (8/5/2021), Soumya Swaminathan memperingatkan bahwa fitur epidemiologi yang ada di India saat ini adalah varian yang menyebar dengan sangat cepat.
India pada hari Sabtu untuk pertama kalinya mencatat lebih dari 4.000 kematian akibat Covid-19 hanya dalam 24 jam, dan lebih dari 400.000 infeksi baru.
New Delhi telah berjuang untuk menahan wabah, yang telah membanjiri sistem perawatan kesehatannya, dan banyak ahli menduga laporan kematian resmi dan jumlah kasus jauh lebih sedikit dibanding kenyataan.
Baca juga: Rekor Covid-19 di India, 412.000 Kasus Harian dan Hampir 4.000 Kematian dalam 24 Jam
Swaminathan, seorang dokter anak dan ilmuwan klinis India, mengatakan varian B.1.617 dari Covid-19, yang pertama kali terdeteksi di India Oktober lalu, jelas merupakan faktor yang berkontribusi pada bencana yang terjadi di tanah airnya.
"Ada banyak akselerator yang dimasukkan ke dalam hal ini. Salah satunya, virus yang menyebar lebih cepat," kata pria berusia 62 tahun itu dilansir dari AFP, Sabtu (8/5/2021).
WHO baru-baru ini mencantumkan B.1.617 - yang menghitung beberapa sub-garis keturunan dengan mutasi dan karakteristik yang sedikit berbeda - sebagai variant of interest.
Selain itu, varian B.1.617 juga masuk dalam daftar variant of concern atau varian yang menjadi perhatian - sebuah label yang menunjukkan bahwa virus itu lebih berbahaya daripada versi asli virus karena lebih mudah menular, mematikan, atau mampu melewati perlindungan vaksin sebelumnya.
Beberapa otoritas kesehatan nasional, termasuk di Amerika Serikat dan Inggris, mengatakan mereka menganggap B.1.617 sebagai varian yang mengkhawatirkan.
Secara pribadi, Swaminathan berharap WHO akan segera mengikuti AS dan Inggris.
"B.1.617 kemungkinan menjadi varian yang menjadi perhatian karena ia memiliki beberapa mutasi yang meningkatkan penularan, dan yang juga berpotensi membuat (virus) resisten terhadap antibodi yang dihasilkan oleh vaksinasi atau oleh infeksi alami," katanya.
Namun dia bersikeras bahwa varian itu sendiri tidak dapat disalahkan atas lonjakan dramatis dalam kasus dan kematian yang terlihat di India.
Pasalnya, India tampak sangat lengah dalam mencegah penularan virus corona. Ini terbukti dengan adanya kerumunan yang besar dan pertemuan besar.
Demonstrasi pemilihan massal yang diadakan oleh Perdana Menteri Narendra Modi dan politisi lainnya, misalnya, sebagian disalahkan atas peningkatan infeksi yang mengejutkan.
Selain itu, banyak orang di India merasa krisis pandemi telah berakhir. Masyarakat India banyak yang menghentikan penggunaan masker dan mengabaikan protokol kesehatan lainnya.