Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

India Embargo Vaksin Covid-19, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Kompas.com - 31/03/2021, 08:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com- Kasus Covid-19 di India melonjak, akibatnya negara tersebut harus melakukan embargo vaksin Covid-19 yang dibuat negara itu.

Embargo adalah pelarangan perdagangan dari sebuah negara, dalam hal ini, pengiriman vaksin Covid-19 yang diproduksi di India tidak boleh keluar dari negara tersebut. Sehingga, negara ini tidak akan mengirim vaksin AstraZeneca ke WHO dan GAVI.

Seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (28/3/2021), India adalah negara yang memiliki pabrik vaksin terbesar kedua di dunia, setelah China.

Embargo vaksin Covid-19 yang dilakukan India, dikhawatirkan akan memberi dampak besar dalam distribudi vaksin ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Lantas, apa dampak embargo vaksin India ini terhadap Indonesia?

Baca juga: Mengenal 2 Vaksin Covid-19 Buatan India, Covaxin dan Covishield

 

 

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan pada April 2021, Indonesia hanya akan memiliki 7 juta dosis vaksin Covid-19 Sinovac.

Embargo vaksin ini, kata Budi, vaksin yang diproduksi di India tidak boleh keluar dari negara ini. Hal ini menyusul naiknya kasus kasus Covid-19 di India.

"Akibatnya suplainya kurang, jadi direalokasi lagi. Jadi kita harusnya dapat jatah ini sekitar 11,7 juta dosis di Maret-April, dapatnya baru kayak kemarin cuma 1,1 juta dosis," ujar Budi di acara rilis survei Charta Politika.

Lebih lanjut Budi mengatakan, "Bulan Maret kebetulan stok Sinovac-nya cukup banyak, tapi saya mau lapor ke Kakak Adik Gubernur ini, bulan April Sinovac-nya cuma 7 juta (dosis). Jadi saya hanya punya 7 juta stok dari Sinovac,".

Baca juga: Vaksin AstraZeneca Tiba di Indonesia, BPOM Terbitkan Izin Penggunaan Darurat

 

Sebelumnya, Budi Gunadi memperkirakan Indonesia bisa mendapatkan 7,5 juta dosis vaksin AstraZeneca, sehingga total stok vaksin Covid-19 Indonesia bisa mencapai 15 juta dosis vaksin.

Namun, embargo vaksin AstraZeneca di India telah berdampak pada terganggunya suplai vaksin virus corona.

Epidemiolog dari Griffith University di Australia, Dicky Budiman, angkat bicara menanggapi embargo vaksin India.

"Dengan embargo vaksin India, stok (vaksin Covid-19) nasional menjadi tidak terpenuhi suplainya. Namun, juga perlu diantisipasi dengan cara membuat contigency plan oleh masing-masing negara, termasuk Indonesia," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (30/3/2021).

Baca juga: WHO: Vaksin Covid-19 yang Lebih Baik akan Hadir di Akhir 2021

Ilustrasi vaksin Covid-19, vaksin India, vaksin buatan India, vaksin virus corona India. Dua vaksin corona India menuai kontroversi.SHUTTERSTOCK/PalSand Ilustrasi vaksin Covid-19, vaksin India, vaksin buatan India, vaksin virus corona India. Dua vaksin corona India menuai kontroversi.

Contigency plan atau kontigensi plan adalah perencanaan terkait tindakan alternatif yang bisa dilakukan, dalam hal ini alternatif pilihan vaksin Covid-19 jenis lain.

Dicky mengatakan bahwa ada beberapa upaya kontigensi plan yang bisa dilakukan. Pertama, kata dia, adalah dengan memiliki opsi interval terpanjang.

Vaksin AstraZeneca yang dikembangkan bersama University of Oxford memiliki jarak interval penyuntikan dosis pertama dan kedua yang relatif panjang, tidak seperti vaksin corona jenis lainnya yang umumnya jarak interval penyuntikan sekitar 14-28 hari.

Artinya, kata Dicky, jarak penyuntikan dosis vaksin pertama ke dosis kedua pada vaksin Covid-19 AstraZeneca, meski berjarak 12 minggu, masih efektif memberikan perlindungan pada tubuh dari infeksi.

"Vaksin AstraZeneca ini bisa panjang intervalnya, bisa 3 bulan, itu sudah ada bukti ilmiahnya," ungkap Dicky.

Baca juga: FDA Resmi Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson Dosis Tunggal

 

Selain itu, kontigensi plan kedua apabila sebelumnya tidak bisa terpenuhi setelah 3 bulan, maka ada estimasi dasar ilmiah untuk pemberian vaksin kedua.

Artinya, opsi mitigasi yang bisa dilakukan adalah memenuhi suplai vaksin Covid-19 dari produsen lain, misalnya dari Sinovac atau vaksin jenis lain.

"Sehingga dalam kaitan mitigasi itu, pemerintah harus memperkuat lobi-lobi dan akses pada opsi jenis vaksin lain di tingkat global," jelas Dicky.

Selain itu, kata Dicky, paling penting riset vaksin dalam negeri juga harus ditingkatkan.

Sebab, ke depan masalah tentang suplai vaksin, tidak hanya seperti embargo vaksin Covid-19 yang dilakukan India pada vaksin AstraZeneca. Oleh karenanya, penting juga untuk memperkuat 3T, yang saat ini penerapannya di Indonesia masih rendah.

Baca juga: Mengenal 2 Vaksin Covid-19 Buatan India, Covaxin dan Covishield

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com