Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin Covid-19 Sinovac Masuk Indonesia, Epidemiolog: Tunggu Hasil Uji Klinik Fase 3

Kompas.com - 10/12/2020, 08:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

Penggunaan vaksin di masa pandemi harus hati-hati

Kedatangan vaksin Covid-19 Sinovac, sebelum dikeluarkannya EUA terkait oleh badan resmi negara, yaitu BPOM, menjadi perhatian banyak pihak, termasuk para ahli epidemiologi.

Salah satunya epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyampaikan, bahwa kebijakan penggunaan vaksin di masa pandemi tidak bisa sembarangan, karena akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalan suatu negara dalam mengendalikan pandemi itu sendiri.

"Saya praktisi dan peneliti pandemi sejak 2003, saya melihat, opsi otorisasi penggunaan darurat vaksin oleh suatu negara, cenderung mencerminkan atau berkaitan dengan gagalnya negara-negara tersebut dalam pengendalian pandeminya".

"Berbeda halnya dengan negara yang sukses, mereka lebih berhati-hati dan melakukan prosedur baku," tulis Dicky dalam akun Twitter resminya, Selasa (8/12/2020).

Baca juga: 5 Hal Soal Vaksin Sinovac yang Tiba Semalam, dari Isi hingga Izin Edar

Saat dihubungi Kompas.com, Dicky juga berkata, tak ada masalah untuk vaksin Covid-19 Sinovac yang sudah didatangkan saat ini, apalagi jika memang sudah ada kesepakatan bilateral yang terjadi.

Namun, ia menegaskan, vaksin Sinovac tersebut sebaiknya disimpan terlebih dulu sampai benar-benar ada hasil yang memadai dari hasil uji klinik fase 3, yang mana hal tersebut merupakan tahap akhir untuk menguji keamanan vaksin tersebut.

"Yang kita harapkan secara ekspektasi mungkin di Januari (2021) ini akan ada hasil uji (klinik fase 3) awalnya. Tapi tetap harus kita tunggu, karena dasar dari penggunaan EUA itu menurut saya enggak ada argumen data validnya," kata Dicky kepada Kompas.com, Selasa (8/12/2020).

Yang ia maksud dengan data valid, termasuk data dari pemerintah China yang sudah melakukan skema darurat dengan vaksin ini sejak bulan Juli lalu, tapi hingga saat ini belum ada laporan ilmiahnya.

"Di jurnal manapun saya cari juga belum ada, dan ini kan menjadi pertanyaan besar," ujarnya.

Selain itu, data dari uji klinik yang dilakukan di Bandung oleh Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran melalui kerjasama PT Biofarma dengan Sinovac Biotech China juga masih dalam proses.

"Jadi pilihannya ya menunggu," tuturnya.

Tetapi, dalam masa menunggu vaksin, Dicky menyarankan pemerintah sebaiknya lebih gencar  melaksanakan 3T yaitu testing, tracing, dan treatment.

"Sambil menunggu bukan berdiam diri, karena PR (pekerjaan rumah) kita besar sekali untuk 3T ini yang belum dilakukan secara maksimal," tegasnya.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Pfizer, Sputnik V, Moderna, dan Oxford AstraZeneca, Apa Bedanya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com