Penulis: Mohamed Farhan & Cathrin Schaer/DW Indonesia
SHARM EL SHEIKH, KOMPAS.com - Julukan sebagai Madinah Al Salam atau "kota perdamaian” tidak menyelamatkan Sharm El Sheikh di Mesir dari dampak perang di Jalur Gaza.
Tahun ini, kawasan wisata di tepi Laut Merah itu dhindari wisatawan mancanegara, terutama dari Israel dan Eropa yang saban musim dingin berbondong-bondong mencari kehangatan di selatan.
Pariwisata sejatinya menyumbang antara 10-15 persen kepada pendapatan negara tahunan di Mesir. Perannya sebagai penggerak ekonomi terutama diperlukan saat ini, ketika Mesir kesulitan merangsang pertumbuhan di tengah beban utang yang tinggi.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Perbatasan Rafah, Jalur Penyelamat Warga Gaza
"Pariwisata bukan cuma menjadi sumber pendapatan utama bagi para pekerja di sektor pariwisata, tetapi juga ikut menafkahi bagi sektor lain, seperti di layanan taksi, supermarket dan taman hiburan,” kata Moustafa Hassan, seorang manajer restoran di Sharm El Sheikh.
Saat ini, penurunan angka wisatawan belum terlihat mencolok, terutama karena didorong larangan pembatalan bagi paket wisata murah yang sudah dipesan. Namun jumlah reservasi sudah berkurang drastis sejak dua bulan terakhir. Tren ini diyakini akan menetap untuk sementara waktu.
Menurut konsultan keuangan di Dubai dan Beirut, Nasser Saidi & Associates, sejak awal Oktober pembelian tiket pesawat menuju Mesir telah turun sebanyak 26 persen.
Adapun pemesanan tiket ke Yordania anjlok sebesar 49 persen dan ke Lebanon 74 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Lebanon sudah kehilangan daya tarik sejak ledakan di pelabuhan Beirut tahun 2020 yang dibarengi krisis ekonomi berkepanjangan. Belum lama ini, Pemerintah AS menerbitkan peringatan perjalanan ke Lebanon dengan alasan konflik antara Israel dan Hezbollah.
Akibatnya, pada musim panas 2023 lalu jumlah wisatawan asing di Lebanon anjlok. Media lokal melaporkan, tingkat hunian hotel berkisar antara nol hingga tujuh persen, dibandingkan dengan masa normal di mana setidaknya seperempat kamar hotel terisi.
Baca juga: Siapa Hezbollah dan Kenapa Terlibat Perang Israel-Hamas?
Yordania juga menerima pembatalan untuk hampir separuh reservasi hotel pada Oktober, menurut Hussein Helalat, juru bicara Asosiasi Hotel Yordania.
Setelah akhirnya pulih dari dampak pandemi Covid-19, pelaku bisnis perhotelan berharap tingkat hunian akan mencapai 95 persen pada kuartal terakhir tahun ini. Namun, harapan itu meleset jauh dengan tingkat hunian yang mentok di angka 80 persen, kata Helalat.
Anjloknya jumlah wisatawan mancanegara di Yordania diyakini diakibatkan absennya pelancong dari Eropa dan Amerika Serikat.
Di Yordania, sektor pariwisata secara rutin menyumbang antara 11 hingga 15 persen pada pendapatan negara.
Pengusaha pariwisata Yordania, Najwan Al Masri, juga mengakui adanya penurunan jumlah wisatawan. Menurutnya, jumlah wisman telah berkurang dari 760.000 pada September menjadi 730.000 pada Oktober.