Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Putuskan Akan Kirim Bom Tandan ke Ukraina, Banjir Kecaman

Kompas.com - 08/07/2023, 07:15 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber CNN,AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat pada Jumat (7/7/2023) mengumumkan akan memberikan bom tandan atau bom kluster (cluster bombs) kepada Ukraina untuk kali pertama.

Keputusan itu dibuat ketika pasukan Kyiv tengah menghadapi pertempuran sengit dalam serangan balasan terhadap pasukan Rusia yang menyerbu.

Rencana pemberian bom tandan oleh AS ke Ukraina ini pun menuai kritik tajam dari kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) karena bahaya yang bisa ditimbulkan terhadap warga sipil.

Baca juga: Rusia Gunakan Senjata Ilegal di Ukraina, dari FAB-250 hingga Bom Tandan

Ketika diluncurkan, bom kluster akan merilis bom-bom berukurkan lebih kecil (bomblet) dalam jumlah banyak, menyasar area yang sangat luas.

Kemampuan senjata ini memberikan ancaman besar bagi warga sipil karena bisa terkena bom tersebut saat masa perang.

Tetapi, Amerika Serikat mengaku telah menerima jaminan dari Kyiv bahwa mereka akan meminimalkan risiko terhadap warga sipil, termasuk dengan tidak menggunakan amunisi tersebut di daerah berpenduduk.

Presiden Joe Biden mengatakan kepada CNN, bahwa keputusan untuk memberikan amunisi itu sangat sulit, tetapi pasukan Ukraina telah kehabisan amunisi.

"Mereka memiliki senjata untuk menghentikan Rusia sekarang. Saya pikir mereka membutuhkannya," katanya.

Pentagon juga mengeluarkan pernyataan yang menguatkan rencana AS akan kirim bom kluster ke Ukraina.

"Paket bantuan militer baru yang diumumkan AS pada Jumat, termasuk amunisi konvensional yang ditingkatkan dengan tujuan ganda," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan, mengacu pada bom kluster.

Baca juga: Wali Kota Mykolaiv Ukraina Sebut Rusia Gunakan Bom Tandan di Wilayah Sipil

Ukraina berterima kasih

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan cepat mengungkapkan rasa terima kasihnya atas bantuan dari AS tersebut.

Dia menyebut, bantuan itu sangat dibutuhkan. 

"Perluasan kemampuan pertahanan Ukraina akan memberikan alat baru untuk menghilangkan pendudukan di wilayah kami dan membawa perdamaian lebih dekat," twit Zelensky. 

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mangatakan, Ukraina telah memberikan jaminan tertulis bahwa mereka akan menggunakan senjata-senjata itu dengan cara yang sangat hati-hati.

"Pemerintah Ukraina memiliki setiap insentif untuk meminimalkan risiko terhadap warga sipil, karena itu adalah warga negara mereka," ungkap Sullivan.

Wakil Menteri Pertahanan AS Colin Kahl menambahkan, Ukraina telah berjanji bahwa mereka tidak akan menggunakan peluru tersebut di daerah berpenduduk sipil, dan akan mencatat di mana mereka menggunakannya untuk membantu upaya penjinakan ranjau setelah perang.

"Amerika Serikat juga tidak akan menyediakan amunisi tandan dengan tingkat kegagalan lebih dari 2,35 persen," kata Kahl.

Dia membandingkannya dengan tingkat kegagalan 30-40 persen dari senjata semacam itu yang digunakan oleh Rusia di Ukraina.

Baca juga: Rusia Dikecam Setelah Gunakan Bom Tandan untuk Serang Ukraina dan Bunuh Warga Sipil

Banjir kecaman

Kelompok-kelompok HAM menentang keras keputusan Amerika Serikat yang akan menyediakan bom tandan ke Ukraina.

Human Rights Watch (HRW) mengatakan, pemberian senjata-senjata ini pasti akan menyebabkan penderitaan jangka panjang bagi warga sipil dan melemahkan penentangan internasional terhadap penggunaan senjata-senjata tersebut.

Amnesty International juga mengecam keputusan AS.

Mereka memperingatkan, pemerintahan Biden harus memahami bahwa setiap keputusan yang memungkinkan penggunaan bom tandan dalam perang ini kemungkinan besar akan mengarah pada satu hasil yang dapat diprediksi, yakni kematian lebih lanjut dari warga sipil.

"Bom curah adalah senjata tanpa pandang bulu yang menimbulkan ancaman besar bagi kehidupan warga sipil, bahkan setelah konflik berakhir. Pemindahan dan penggunaannya oleh negara mana pun dalam keadaan apa pun tidak sesuai dengan hukum internasional," tambahnya, sebagaimana dikutip dari AFP.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga menentang langkah tersebut.

Seorang juru bicaranya mengatakan, bahwa Gitteres tidak ingin ada penggunaan munisi tandan yang berkelanjutan di medan perang.

Baca juga: Biden Klaim AS Telah Hancurkan Semua Persediaan Senjata Kimia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com