Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penangkapan Robert Hanssen, Mata-mata Paling Berbahaya di FBI

Kompas.com - 10/06/2023, 11:30 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Robert Hanssen dijuluki mata-mata paling berbahaya dalam sejarah FBI.

Sang mantan agen Amerika Serikat, yang baru saja meninggal di dalam penjara, membocorkan rahasia ke Moskwa selama hampir 20 tahun. Ini adalah pengkhianatan yang menurut FBI telah dibayar dengan banyak nyawa.

Perlu 300 agen untuk menjatuhkannya.

Baca juga: Robert Hanssen, Mantan Agen FBI yang Ternyata Jadi Mata-mata Rusia, Ditemukan Tewas di Penjara

Dua agen yang memainkan peran sentral memberi tahu BBC bagaimana mereka melakukannya.

Pada Desember 2000, agen FBI Richard Garcia mendapat kunjungan secara mendadak dari seorang rekan yang bertugas di seksi Rusia.

"Dia bertanya, 'Apa kamu kenal seorang pria bernama Robert Hanssen?'," Garcia menceritakan.

"Saya bilang, 'Tidak'," jawabnya.

Sang rekan kemudian berbicara, "Bagus. Karena kamu akan mengenalnya tak lama lagi".

Beberapa bulan kemudian, sebagian berkat kerja keras Garcia, seluruh negeri juga mengenal Hanssen.

Penangkapan Robert Hanssen pada Februari 2001 mengejutkan komunitas intelijen dan cerita tentang kehidupan gandanya terungkap di halaman depan surat kabar.

Lebih dari dua dekade kemudian, pada hari Senin (5/6/2023), pihak berwenang mengumumkan bahwa Hanssen ditemukan dalam keadaan tidak merespons di selnya di penjara keamanan maksimum di Colorado tempat dia menjalani hukuman seumur hidup.

Usianya 79 tahun dan diperkirakan meninggal secara wajar.

Garcia, sekarang berusia 70 tahun dan sudah pensiun dari FBI, memberi tanggapan singkat terhadap kabar itu.

"Baguslah," katanya.

Baca juga: FBI Rilis File Rencana Pembunuhan Ratu Elizabeth II oleh Simpatisan Irlandia

Pengkhianatan yang mematikan

Hanssen belajar bahasa Rusia di perguruan tinggi dan mulai bekerja untuk FBI pada tahun 1976.

Dalam satu dekade pertamanya di FBI, dia sudah dua kali berkhianat.

Mulai tahun 1985, Hanssen beroperasi sebagai mata-mata dalam pemerintah AS, menjual dokumen rahasia ke Uni Soviet dan Rusia, serta mengungkap identitas agen-agen yang menyamar.

Menurut pernyataan tertulis setebal 100 halaman yang menguraikan kejahatannya, spionase Hanssen mengakibatkan penangkapan dan pemenjaraan tiga orang yang menjadi sumber AS dan eksekusi dua orang lainnya.

Dokumen rahasia yang dicuri Hanssen antara lain asesmen intelijen AS terhadap upaya Soviet untuk mengumpulkan intelijen tentang program nuklir Amerika.

Hanssen memberikan informasi itu kepada KGB, dan kemudian versi pasca-Sovietnya, SVR.

Hanssen di buku angkatan SMA-nya pada 1962 dan setelah dewasa.GETTY IMAGES via BBC Indonesia Hanssen di buku angkatan SMA-nya pada 1962 dan setelah dewasa.

Sebagai imbalan atas jasanya, Rusia membayar Hanssen 1,4 juta dollar AS (Rp20 miliar)- 600.000 dollar AS (Rp8,8 miliar) dalam bentuk uang tunai dan berlian, dan sisanya disimpan di rekening bank.

Baca juga: Penyelidikan FBI Terkait Kolusi Trump-Rusia Gagal di Tengah Jalan

Robert Hanssen dapat beroperasi begitu lama tanpa terdeteksi karena menggunakan metode spionase kuno.

Andalannya adalah "dead drop", yaitu meninggalkan bahan-bahan secara fisik untuk ditemukan oleh kontaknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com