Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Hikikomori, Istilah bagi Orang Korsel yang Mengurung Diri di Kamar

Kompas.com - 05/06/2023, 13:57 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Sekitar 340.000 orang berusia 19 hingga 39 tahun di Korea Selatan - atau 3 persen dari kelompok usia ini - dianggap kesepian atau terisolasi, menurut Institut Kesehatan dan Urusan Sosial Korea.

Penelitian juga menunjukkan peningkatan proporsi rumah tangga dengan satu anggota di Korea Selatan, yang mencapai sepertiga dari seluruh unit keluarga pada 2022.

Di saat yang sama, jumlah orang yang meninggal karena "kesepian" meningkat.

Namun, uang atau ketiadaan uang, bukanlah penyebab utama yang membuat kaum muda menyendiri.

"Mereka berasal dari latar belakang keuangan yang beragam," kata Park.

"Saya bertanya-tanya mengapa pemerintah mengaitkan penyembunyian diri dengan status keuangan. Tidak semua anak muda yang menutup diri mengalami kesulitan keuangan."

"Individu yang sangat membutuhkan uang mungkin dipaksa untuk beradaptasi dengan masyarakat. Ada banyak kasus yang berbeda," tambahnya.

Baik dia maupun Yoo, misalnya, didukung secara finansial oleh orang tua mereka ketika mereka menyendiri.

Baca juga: Bukan Lagi karena Covid, Anak Muda Korsel Pakai Masker untuk Gaya

Hal yang umum terjadi di antara para anak muda penyediri ialah keyakinan bahwa mereka belum memenuhi standar kesuksesan masyarakat--atau keluarga mereka.

Beberapa pemuda merasa tidak nyaman di lingkungannya karena mereka tidak menempuh jalur karier konvensional, sementara yang lain mungkin dikritik karena nilai akademis yang buruk.

Yoo mengaku masuk universitas karena ayahnya menginginkannya, tetapi dia berhenti setelah satu bulan.

"Bersekolah membuat saya merasa malu. Mengapa saya tidak bisa memiliki kebebasan untuk memilih (jurusan kuliah saya)? Saya merasa sangat menderita," katanya.

Dia juga tidak pernah merasa bisa berbicara dengan orang tuanya tentang hal ini.

"Budaya 'malu' di Korea membuat para pengurung diri lebih sulit untuk membicarakan masalah mereka," kata Yoo.

"Kala itu, saya menyimpulkan bahwa hidup saya salah, dan mulai mengasingkan diri."

Selama mengasingkan diri, ia bahkan tidak mau pergi ke kamar kecil karena tidak ingin bertemu dengan keluarganya.

Bagi Park, mengasingkan diri dilakukan karena tekanan sosial, yang diperparah ketegangan hubungan dengan keluarganya.

"Ayah dan ibu saya sering bertengkar sejak saya masih kecil. Hal ini juga memengaruhi kehidupan saya di sekolah. Sekolah di Korea terkadang sangat keras, dan saya merasa kesulitan. Saya tidak bisa mengurus diri saya," kata Park.

Dia mulai terapi pada 2018, saat berusia 28 tahun. Sekarang, secara bertahap, dia kembali membangun kehidupan sosialnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com