Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Hikikomori, Istilah bagi Orang Korsel yang Mengurung Diri di Kamar

Kompas.com - 05/06/2023, 13:57 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

SEOUL, KOMPAS.com - Pada 2019, Yoo Seung-gyu akhirnya keluar dari apartemen tipe studio miliknya untuk kali pertama dalam lima tahun.

Sebagai langkah pertama, laki-laki berusia 30 tahun itu membersihkan "apartemennya yang berantakan" bersama saudaranya.

Kemudian dia pergi ke laut untuk memancing, bersama sesama pengurung diri yang dia temui melalui sebuah organisasi nirlaba.

Baca juga: Penjelasan Apa Itu Jastip dan Apakah Ilegal

"Rasanya aneh berada di laut, tetapi pada saat yang sama sangat menyegarkan setelah mengurung diri. Rasanya tidak nyata, tapi yang pasti saya ada di sana. Saya ada," kata Yoo.

Semakin banyak kaum muda Korea Selatan memilih untuk mengurung diri di kamar dan menarik diri sepenuhnya dari masyarakat karena gagal memenuhi harapan.

Orang-orang yang mengasingkan diri ini dikenal sebagai hikikomori, istilah yang pertama kali diciptakan di Jepang pada tahun 1990-an untuk menjabarkan fenomena penarikan diri secara ekstrem dari pergaulan di kalangan remaja dan dewasa muda.

Di Korea Selatan, yang sedang berjuang melawan tingkat kesuburan terendah di dunia dan menurunnya produktivitas, hal ini telah menjadi perhatian serius.

Pemerintah Korsel sampai menawarkan tunjangan bulanan kepada para pengurung diri yang memenuhi ambang batas pendapatan tertentu demi membujuk mereka keluar dari rumah.

Mereka yang berusia antara sembilan sampai 24 tahun, berasal dari keluarga berpenghasilan rendah, dapat menerima hingga 650.000 won (senilai Rp 7,49 juta) sebagai tunjangan hidup bulanan.

Mereka juga dapat mengajukan permohonan subsidi untuk berbagai layanan, termasuk kesehatan, pendidikan, konseling, layanan hukum, kegiatan budaya, dan bahkan "memperbaiki penampilan dan mengobati bekas luka".

Insentif ini bertujuan untuk "memungkinkan para pemuda yang tertutup memulihkan kehidupan sehari-hari mereka dan berintegrasi kembali ke dalam masyarakat", kata Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korea Selatan.

Mereka mendefinisikan kaum muda pengurung diri sebagai "anak muda yang tinggal di ruang tertutup untuk jangka waktu yang lama, terputus dari dunia luar, dan mengalami kesulitan signifikan dalam menjalani kehidupan normal".

Baca juga: Korea Selatan Tawarkan Gaji Rp 7,2 Juta Bagi Pemuda Penyendiri, Syaratnya Mau Keluar Kamar

Namun, menawarkan sejumlah uang untuk mengatasi masalah ini justru tidak akan membuatnya hilang, kata para remaja yang mengurung diri mereka sendiri.

Yoo sekarang menjalankan sebuah perusahaan yang memberi sokongan kepada para pemuda pengurung diri. Nama perusahaannya, Not Scary.

Kondisinya kini jauh berbeda dengan masa-masa ketika ia tidak keluar dari kamarnya bahkan untuk ke WC.

Namun, perjalanannya keluar dari tempat menyendirinya itu penuh dengan pasang surut.

Dia pertama kali menarik diri dari dunia luar saat berusia 19 tahun. Dia muncul lagi, tapi untuk menjalani wajib militer selama dua tahun, dan kemudian mengasingkan diri lagi selama dua tahun setelah itu.

Kondisi kamar Yoo dua tahun lalu, saat dia mengasingkan diri.BBC INDONESIA Kondisi kamar Yoo dua tahun lalu, saat dia mengasingkan diri.
Park Tae-hong, mantan pengurung diri lainnya, mengatakan bahwa mengisolasi diri dapat menjadi hal yang "menenangkan" bagi sebagian orang.

"Ketika Anda mencoba hal-hal baru, itu mengasyikkan, tetapi pada saat yang sama Anda harus menahan rasa lelah dan cemas. Ketika Anda hanya berada di kamar Anda, Anda tidak perlu merasakan hal itu. Namun, hal itu tidak baik untuk jangka panjang," ujar laki-laki berusia 34 tahun itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baku Tembak Meningkat di Rafah, 82 Warga Palestina Terbunuh 24 Jam Terakhir

Baku Tembak Meningkat di Rafah, 82 Warga Palestina Terbunuh 24 Jam Terakhir

Global
Penyebab Gelombang Panas di Filipina dan Negara Asia

Penyebab Gelombang Panas di Filipina dan Negara Asia

Global
Komandan Hezbollah Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon

Komandan Hezbollah Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon

Global
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
AS Peringatkan Georgia: Jangan Jadi Musuh Barat, Jangan Ikuti Rusia

AS Peringatkan Georgia: Jangan Jadi Musuh Barat, Jangan Ikuti Rusia

Global
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Anarki Laut China Selatan dan Urgensi Strategi 'Zero Conflict'

Anarki Laut China Selatan dan Urgensi Strategi "Zero Conflict"

Global
Italia Buru 142 Tersangka Anggota Mafia 'Ndrangheta

Italia Buru 142 Tersangka Anggota Mafia 'Ndrangheta

Global
Rangkuman Hari Ke-811 Serangan Rusia ke Ukraina: 280 Warga Sri Lanka Ikut Perang | Menhan Baru Rusia Ungkap Prioritasnya

Rangkuman Hari Ke-811 Serangan Rusia ke Ukraina: 280 Warga Sri Lanka Ikut Perang | Menhan Baru Rusia Ungkap Prioritasnya

Global
AS: Boeing Bisa Dituntut atas Jatuhnya Lion Air dan Ethiopian Airlines

AS: Boeing Bisa Dituntut atas Jatuhnya Lion Air dan Ethiopian Airlines

Global
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Konflik Gaza Dominasi Kampanye Pilpres AS, Isu Ukraina Memudar

Konflik Gaza Dominasi Kampanye Pilpres AS, Isu Ukraina Memudar

Global
Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Global
AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

Global
Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com