Sebagai penyumbang utama anggaran OPCW, AS mengancam akan menarik dukungan keuangannya untuk lembaga tersebut.
Pada 21 April, atas permintaan AS, sebuah pemungutan suara khusus diadakan guna memastikan nasib Bustani. Hasilnya, 48 negara mendukung pemecatannya. Adapun tujuh negara menentang dan 43 abstain.
"Sejumlah negara telah mengkhawatirkan gaya manajemennya selama beberapa waktu, dan kami semua memutuskan untuk membujuknya berhenti diam-diam dan mencari jalan keluar yang tepat. Dia memilih untuk tidak melakukannya," kata seorang pejabat AS kepada surat kabar Washington Post pada 23 April.
Artikel yang sama mencatat bahwa episode tersebut "menandai kampanye publik paling pahit oleh Amerika Serikat untuk memaksa pejabat internasional senior mundur dari jabatannya, sejak pemerintahan Clinton memblokir pemilihan kembali Sekretaris Jenderal PBB Boutros Boutros Ghali tahun 1996".
Baca juga: 20 Tahun Setelah Invasi AS, Situasi Irak Jauh Berbeda
Selama lima tahun menjabat, Bustani mengawasi perluasan keanggotaan OPCW dari 87 menjadi 145 negara dan, seperti yang dilaporkan BBC pada saat itu, melakukan penghancuran sebagian besar fasilitas senjata kimia dunia.
Dia kemudian menjabat sebagai Duta Besar Brasil untuk Inggris dan Perancis, lalu pensiun pada tahun 2015.
"Inggris adalah salah satu negara yang mendukung pemecatan saya dari OPCW, tetapi waktu saya di sana, tidak seaneh yang dibayangkan," canda mantan diplomat itu.
Dia juga memenangkan gugatan atas kasus pemecatannya yang tidak adil di OPCW di pengadilan arbitrase oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), sebuah badan PBB - Bustani menyumbangkan uang kompensasinya untuk anggaran OPCW.
"Itu tidak membuat saya terhibur. Dua dekade kemudian saya masih frustrasi karena perang yang tidak perlu itu telah mempengaruhi seluruh dunia," kata Bustani.
"Saya lebih suka dinyatakan benar dan menghindari terjadinya konflik itu. Dan saya masih percaya itu mungkin terjadi."
Baca juga: Sejarah Perang Irak vs Amerika: Awal Invasi, Tewasnya Saddam Hussein, hingga Pertempuran Lawan ISIS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.