Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyintas Gempa Turkiye Pikir Ulang Pilih Erdogan pada Pilpres

Kompas.com - 08/03/2023, 19:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Penulis: VOA Indonesia

ANKARA, KOMPAS.com - Gempa bumi berkekuatan 7,8 magnitudo yang meluluhlantakkan Turkiye sangat berpengaruh dalam mengubah lanskap negara itu, termasuk dalam urusan politik, yakni pemilihan presiden yang akan digelar pada tahun ini.

Presiden Tayyip Erdogan sebenarnya dapat mengandalkan dukungan dari para pemilih fanatik dari Cigdemtepe dan desa-desa lain serta kota-kota di seluruh tenggara Turkiye di masa lalu untuk mempertahankan jabatannya. Namun respons penyelamatan pemerintah yang dinilai lambat membuat pendukung fanatiknya berubah pikiran dan menjadi tidak pasti.

Partai Erdogan, AKP, semakin sadar bahwa mereka tidak dapat mengabaikan suara begitu saja. Untuk itu para pejabat segera berjanji untuk mempercepat rencana pembangunan kembali sebelum Pilpres digelar pada Mei 2023. Kondisi pasca gempa bisa membuat kekuasaan Erdogan menemui masa yang paling sulit selama lebih dari dua dekade.

Baca juga: Korban Tewas Gempa Turkiye 45.968, Kerugian Capai 34 Miliar Dollar AS

“Seluruh desa ini memilih AKP meskipun tidak ada yang tahu mengapa,” kata seorang sopir truk di Cigdemtepe, wilayah di mana seluruh pusat kota hancur.

"Gempa pasti mengubah pendapat kami karena respons pertama dan bantuan tenda sangat terlambat tiba," katanya.

Seberapa besar tantangan yang dihadapi Erdogan sulit ditentukan, mengingat kurangnya pemungutan suara di wilayah tersebut. Selain itu, pihak oposisi ragu-ragu juga terlihat ragu-ragu. Namun akhirnya mencalonkan seorang kandidat untuk menantang Erdogan, sementara para ahli mengatakan mereka yang terkena dampak gempa dapat dengan cepat berubah pikiran.

Namun wawancara Reuters dengan hampir 30 penduduk dalam sepekan terakhir di Kahramanmaras, Adiyaman, dan Gaziantep - provinsi di mana tenda-tenda pengungsi tampak mewarnai di antara lanskap bangunan yang roboh atau runtuh - menunjukkan bahwa loyalitas politik, bahkan di antara para pendukung Erdogan yang dulunya fanatik, sedang bergeser.

Baca juga: Indonesia Hibahkan Rumah Sakit Lapangan ke Turkiye

"Pikiran saya benar-benar berubah," kata seorang siswa di pedesaan Kahramanmaras. "Kami memilih AKP di sini, tetapi gempa ini mengubah segalanya bagi kami. Orang-orang ini tidak tahu apa yang mereka lakukan."

Bencana paling mematikan dalam sejarah modern Turkiye menghancurkan kota-kota dan menewaskan puluhan ribu orang pada Februari, sebagian besar di kubu konservatif yang sangat mendukung Erdogan dan AKP selama dua dekade.

Walaupun hanya mengambil sampel kecil dari 14 juta orang yang terkena dampak gempa bumi di tenggara Turkiye, pendapat dari mereka yang diwawancarai menjelaskan bagaimana sebagian besar pemilih pedesaan dan kelas pekerja dapat mempengaruhi pemilihan presiden dan parlemen.

Banyak yang membenci kebijakan konstruksi AKP selama bertahun-tahun yang dianggap permisif. Kebijakan tersebut membolehkan banyak apartemen beton dibangun hingga delapan lantai. Ribuan apartemen tersebut kini hancur akibat gempa.

Baca juga: KBRI Ankara Distribusikan Lagi Bantuan ke WNI Terdampak Gempa Turkiye

Beberapa pemilih juga kesal dengan apa yang mereka lihat sebagai pernyataan tidak sensitif dari para pemimpin politik termasuk Erdogan, yang meminta maaf pada minggu lalu atas tanggapan pemerintah terhadap gempa yang sebenarnya bisa lebih cepat. Sementara yang lain mencemooh rencana pemerintah untuk membangun kembali wilayah tersebut hanya dalam tempo setahun.

Namun warga juga kesulitan membayangkan memilih partai oposisi dan kandidat mereka yang baru, Kemal Kilicdaroglu.

AKP memerintah Turkiye setelah melalui sedikit tantangan sejak 2002, dan orang dalam partai mengatakan kepada Reuters bahwa mereka menyadari kemarahan di antara basis pemilih mereka di tenggara. Namun mereka meyakini bahwa kombinasi pembangunan kembali yang cepat dan oposisi yang bingung akan memberikan kemenangan bagi partainya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com