Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyintas Gempa Turkiye Pikir Ulang Pilih Erdogan pada Pilpres

Penulis: VOA Indonesia

ANKARA, KOMPAS.com - Gempa bumi berkekuatan 7,8 magnitudo yang meluluhlantakkan Turkiye sangat berpengaruh dalam mengubah lanskap negara itu, termasuk dalam urusan politik, yakni pemilihan presiden yang akan digelar pada tahun ini.

Presiden Tayyip Erdogan sebenarnya dapat mengandalkan dukungan dari para pemilih fanatik dari Cigdemtepe dan desa-desa lain serta kota-kota di seluruh tenggara Turkiye di masa lalu untuk mempertahankan jabatannya. Namun respons penyelamatan pemerintah yang dinilai lambat membuat pendukung fanatiknya berubah pikiran dan menjadi tidak pasti.

Partai Erdogan, AKP, semakin sadar bahwa mereka tidak dapat mengabaikan suara begitu saja. Untuk itu para pejabat segera berjanji untuk mempercepat rencana pembangunan kembali sebelum Pilpres digelar pada Mei 2023. Kondisi pasca gempa bisa membuat kekuasaan Erdogan menemui masa yang paling sulit selama lebih dari dua dekade.

“Seluruh desa ini memilih AKP meskipun tidak ada yang tahu mengapa,” kata seorang sopir truk di Cigdemtepe, wilayah di mana seluruh pusat kota hancur.

"Gempa pasti mengubah pendapat kami karena respons pertama dan bantuan tenda sangat terlambat tiba," katanya.

Seberapa besar tantangan yang dihadapi Erdogan sulit ditentukan, mengingat kurangnya pemungutan suara di wilayah tersebut. Selain itu, pihak oposisi ragu-ragu juga terlihat ragu-ragu. Namun akhirnya mencalonkan seorang kandidat untuk menantang Erdogan, sementara para ahli mengatakan mereka yang terkena dampak gempa dapat dengan cepat berubah pikiran.

Namun wawancara Reuters dengan hampir 30 penduduk dalam sepekan terakhir di Kahramanmaras, Adiyaman, dan Gaziantep - provinsi di mana tenda-tenda pengungsi tampak mewarnai di antara lanskap bangunan yang roboh atau runtuh - menunjukkan bahwa loyalitas politik, bahkan di antara para pendukung Erdogan yang dulunya fanatik, sedang bergeser.

"Pikiran saya benar-benar berubah," kata seorang siswa di pedesaan Kahramanmaras. "Kami memilih AKP di sini, tetapi gempa ini mengubah segalanya bagi kami. Orang-orang ini tidak tahu apa yang mereka lakukan."

Bencana paling mematikan dalam sejarah modern Turkiye menghancurkan kota-kota dan menewaskan puluhan ribu orang pada Februari, sebagian besar di kubu konservatif yang sangat mendukung Erdogan dan AKP selama dua dekade.

Walaupun hanya mengambil sampel kecil dari 14 juta orang yang terkena dampak gempa bumi di tenggara Turkiye, pendapat dari mereka yang diwawancarai menjelaskan bagaimana sebagian besar pemilih pedesaan dan kelas pekerja dapat mempengaruhi pemilihan presiden dan parlemen.

Banyak yang membenci kebijakan konstruksi AKP selama bertahun-tahun yang dianggap permisif. Kebijakan tersebut membolehkan banyak apartemen beton dibangun hingga delapan lantai. Ribuan apartemen tersebut kini hancur akibat gempa.

Beberapa pemilih juga kesal dengan apa yang mereka lihat sebagai pernyataan tidak sensitif dari para pemimpin politik termasuk Erdogan, yang meminta maaf pada minggu lalu atas tanggapan pemerintah terhadap gempa yang sebenarnya bisa lebih cepat. Sementara yang lain mencemooh rencana pemerintah untuk membangun kembali wilayah tersebut hanya dalam tempo setahun.

Namun warga juga kesulitan membayangkan memilih partai oposisi dan kandidat mereka yang baru, Kemal Kilicdaroglu.

AKP memerintah Turkiye setelah melalui sedikit tantangan sejak 2002, dan orang dalam partai mengatakan kepada Reuters bahwa mereka menyadari kemarahan di antara basis pemilih mereka di tenggara. Namun mereka meyakini bahwa kombinasi pembangunan kembali yang cepat dan oposisi yang bingung akan memberikan kemenangan bagi partainya.

Seorang pejabat partai mengatakan mereka akan "mengarahkan kembali" fokus penduduk ke upaya untuk membangun kembali dan menekankan tidak ada seorang pun selain Erdogan yang dapat melakukan ini dengan cepat. Pejabat lain mengatakan mereka akan menunjukkan usaha rekonstruksi di daerah yang mengalami keruntuhan bangunan secara massif, di mana 227.000 bangunan runtuh atau terancam diruntuhkan.

Oposisi yang tidak meyakinkan

Blok oposisi sentris akhirnya pada Senin (6/3/2023) menunjuk mantan pegawai negeri Kilicdaroglu, pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP) sejak 2010, sebagai kandidatnya.

Wilayah tersebut memberikan suara 65 persen atau lebih untuk AKP dan sekutu nasionalisnya MHP dalam pemilihan terakhir pada 2018. Banyak warga mengatakan kepada Reuters bahwa partai oposisi terlambat untuk menentukan calon dan mereka hanya akan mendukung satu yang memiliki akar nasionalis, seperti Wali Kota Ankara Mansur Yavas - yang dijadwalkan menjadi salah satu wakil presiden Kilicdaroglu jika dia menang.

Salah satu pedagang bahan bangunan di Adiyaman, sebuah kota berpenduduk 650.000 jiwa yang pusat kotanya berubah menjadi reruntuhan beton, mengganggap wacana Kilicdaroglu sebagai presiden sebagai lelucon.

Umur, seorang akuntan muda di kota itu, mengatakan dia bermaksud memberikan suara pertamanya untuk oposisi tetapi hanya jika kandidatnya adalah "orang yang rendah hati dan efektif seperti Yavas."

Para pejabat melontarkan gagasan untuk menunda pemilihan - sebelum mundur dan terus maju dengan tanggal 14 Mei, sebuah keputusan yang sulit dipahami oleh beberapa orang.

"Tidaklah bijaksana untuk mengadakan pemilihan pada bulan Mei. Orang-orang terluka, kami masih terluka," kata Mahmut, seorang pekerja asuransi di Kota Besni.

Artikel ini pernah tayang di VOA Indonesia dengan judul Penyintas Korban Gempa Turki Pikir Ulang untuk Pilih Erdogan pada Pilpres.

https://www.kompas.com/global/read/2023/03/08/190100370/penyintas-gempa-turkiye-pikir-ulang-pilih-erdogan-pada-pilpres

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke