Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Kerusuhan Brasil yang Mirip Penyerbuan Capitol Hill 2021

Kompas.com - 09/01/2023, 18:28 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

BRASILIA, KOMPAS.com - Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, bertekad menghukum ribuan pendukung mantan pemimpin negara itu, Jair Bolsonaro, setelah mereka menyerbu gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan.

Kepolisian Brasil telah mengambil alih kendali atas gedung-gedung utama di ibu kota Brasilia itu setelah bentrokan berjam-jam pada Minggu (8/1/2023).

Menteri Kehakiman, Flavio Dino, mengatakan kepada media lokal bahwa sekitar 200 orang telah ditangkap.

Baca juga: Brasil Rusuh, Pendukung Bolsonaro Serang Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan

Rentetan kejadian dramatis--yang menampilkan ribuan pengunjuk rasa menyerbu jantung pemerintahan Brasil sembari mengenakan kaos sepak bola khas kuning-biru--terjadi hanya sepekan setelah pelantikan Lula.

Lula mengatakan "tidak ada preseden dalam sejarah negara kita" perihal penyerbuan di Brasilia. Dia menyebut aksi kekerasan sebagai "tindakan pengacau dan fasis".

Lula juga membidik pasukan keamanan yang dia tuduh "tidak kompeten, itikad buruk atau jahat" dalam kegagalan menghentikan serbuan para demonstran ke gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan.

"Anda akan melihat dalam foto-foto bahwa mereka (petugas polisi) sedang memandu orang-orang dalam perjalanan ke Praca dos Tres Powers," katanya.

"Kami akan mencaritahu siapa pemodal para pengacau yang pergi ke Brasilia ini dan mereka semua akan membayar dengan kekuatan hukum."

Video yang dibagikan media Brasil, O Globo, menunjukkan beberapa petugas keamanan tertawa dan berfoto bersama dengan para demonstran saat mereka menduduki gedung Kongres.

Para demonstran dengan cepat membela tindakan mereka ketika didekati oleh wartawan.

Lima, seorang insinyur berusia 27 tahun, berkata: "Kita perlu menegakkan kembali ketertiban setelah pemilihan yang curang ini."

"Saya di sini untuk sejarah, untuk putri saya," katanya kepada kantor berita AFP.

Tetapi warga lainnya di ibu kota mengungkapkan kemarahan atas kekerasan tersebut dan mengatakan serangan itu menandai hari yang menyedihkan bagi negara.

"Saya memilih Bolsanaro tapi saya tidak setuju dengan apa yang mereka lakukan," kata Daniel Lacerda, 21, kepada BBC.

"Jika Anda tidak setuju dengan presiden, Anda harus mengatakannya dan melanjutkan. Anda tidak boleh mengadakan protes dan melakukan semua kekerasan seperti yang mereka lakukan."

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com