Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyebab Kerusuhan Brasil yang Mirip Penyerbuan Capitol Hill 2021

Kepolisian Brasil telah mengambil alih kendali atas gedung-gedung utama di ibu kota Brasilia itu setelah bentrokan berjam-jam pada Minggu (8/1/2023).

Menteri Kehakiman, Flavio Dino, mengatakan kepada media lokal bahwa sekitar 200 orang telah ditangkap.

Rentetan kejadian dramatis--yang menampilkan ribuan pengunjuk rasa menyerbu jantung pemerintahan Brasil sembari mengenakan kaos sepak bola khas kuning-biru--terjadi hanya sepekan setelah pelantikan Lula.

Lula mengatakan "tidak ada preseden dalam sejarah negara kita" perihal penyerbuan di Brasilia. Dia menyebut aksi kekerasan sebagai "tindakan pengacau dan fasis".

Lula juga membidik pasukan keamanan yang dia tuduh "tidak kompeten, itikad buruk atau jahat" dalam kegagalan menghentikan serbuan para demonstran ke gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan.

"Anda akan melihat dalam foto-foto bahwa mereka (petugas polisi) sedang memandu orang-orang dalam perjalanan ke Praca dos Tres Powers," katanya.

"Kami akan mencaritahu siapa pemodal para pengacau yang pergi ke Brasilia ini dan mereka semua akan membayar dengan kekuatan hukum."

Video yang dibagikan media Brasil, O Globo, menunjukkan beberapa petugas keamanan tertawa dan berfoto bersama dengan para demonstran saat mereka menduduki gedung Kongres.

Para demonstran dengan cepat membela tindakan mereka ketika didekati oleh wartawan.

Lima, seorang insinyur berusia 27 tahun, berkata: "Kita perlu menegakkan kembali ketertiban setelah pemilihan yang curang ini."

"Saya di sini untuk sejarah, untuk putri saya," katanya kepada kantor berita AFP.

Tetapi warga lainnya di ibu kota mengungkapkan kemarahan atas kekerasan tersebut dan mengatakan serangan itu menandai hari yang menyedihkan bagi negara.

"Saya memilih Bolsanaro tapi saya tidak setuju dengan apa yang mereka lakukan," kata Daniel Lacerda, 21, kepada BBC.

"Jika Anda tidak setuju dengan presiden, Anda harus mengatakannya dan melanjutkan. Anda tidak boleh mengadakan protes dan melakukan semua kekerasan seperti yang mereka lakukan."

Banyak kalangan yang membandingkan insiden ini dengan penyerbuan Capitol di Washington DC pada 6 Januari 2021 oleh pendukung Donald Trump, sekutu Bolsonaro.

Lebih dari enam jam setelah gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan di Brasilia diserbu, pria berusia 67 tahun tersebut merilis cuitan yang mengutuk serangan itu sekaligus membantah bertanggung jawab mendorong para pengunjuk rasa.

"Demonstrasi damai, dalam bentuk undang-undang, adalah bagian dari demokrasi," sebutnya, kemudian mengutuk "penyerbuan gedung-gedung publik seperti yang terjadi hari ini".

Presiden AS Joe Biden menggambarkan situasi itu sebagai "keterlaluan".

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mencuit: "Lula tidak sendirian, dia mendapat dukungan dari kekuatan progresif negaranya, Meksiko, benua Amerika dan dunia.

Pemimpin Venezuela Nicolas Maduro menggambarkan para pengunjuk rasa sebagai "kelompok neofasis" yang berusaha untuk menggulingkan Lula.

Presiden Argentina Alberto Fernandez mengutuk "upaya kudeta".

Lepas dari rangkaian kecaman itu, pertanyaan besarnya belum terjawab. Mengapa ini terjadi?

Brasil menggelar pemilihan presiden yang berlangsung pahit

Pemilihan presiden pada Oktober 2022 mempertemukan petahana sayap kanan, Jair Bolsonaro, dengan rivalnya dari sayap kiri, Luiz Inacio Lula da Silva atau akrab disebut Lula.

Setelah melalui masa kampanye yang sengit dan pahit, Lula, yang pernah menjadi presiden antara Januari 2003 dan Desember 2010, mengalahkan Bolsonaro dengan selisih tipis dalam putaran kedua pada 30 Oktober.

Lula mengatakan penyerbuan di Brasilia "tanpa preseden" dan melabeli mereka yang berada di baliknya "fasis fanatik".

Dia juga menuduh Bolsonaro mendorong aksi para perusuh melalui media sosial. "Semua orang tahu ada berbagai pidato mantan presiden yang mendorong ini," katanya.

Ini bukan hanya tentang kiri versus kanan, tetapi tentang mereka yang menolak menerima pemilihan demokratis ketika hasilnya bertentangan dengan keinginan mereka. Itu sebabnya mereka melampiaskan kemarahan pada simbol-simbol demokrasi Brasil.

Mereka yang ambil bagian dalam kerusuhan berada di ujung spektrum yang ekstrem. Namun masih banyak lagi penentang Lula yang menyebarkan informasi palsu tentang dia dan dengan demikian memanas-manasi peristiwa penyerbuan itu.

Banyak pendukung Bolsonaro menolak menerima kekalahannya

Banyak pendukung Jair Bolsonaro melihat dia sebagai "penyelamat" yang dipandang membela nilai-nilai yang mereka junjung tinggi, yakni "Tuhan, tanah air, keluarga".

Mereka menaruh harapan pada Bolsonaro sebagai orang yang akan mengalahkan Lula, yang mereka anggap sebagai ancaman terhadap nilai-nilai itu. Mereka meyakini desas-desus palsu bahwa kandidat sayap kiri itu akan menutup gereja setelah terpilih sebagai presiden.

Orang-orang macam ini telah diyakinkan bahwa Lula akan kalah dan mereka tidak menerima kemenangannya.

Beberapa berkemah di depan barak militer memohon militer untuk menghentikannya menjadi presiden, bahkan jika itu berarti kudeta militer.

Akan tetapi, militer tidak beraksi dan Lula tetap dilantik sebagai presiden Brasil.

Lula pindah ke Istana Presiden, sejumlah pendukung Bolsonaro murka

Kerusuhan di ibu kota, Brasilia, terjadi hanya seminggu setelah Lula dilantik.

Bolsonaro, yang menolak mengakui kekalahan, tidak menghadiri upacara tersebut, tapi bertolak ke Amerika Serikat.

Kemarahan orang-orang yang menaruh semua harapan pada Bolsonaro semakin meningkat.

Melihat Lula dilantik dan pindah ke Istana Kepresidenan terlalu berlebihan bagi mereka yang secara rutin melabelinya sebagai "ancaman komunis bagi Brasil".

Merasa dikecewakan oleh militer, mereka memutuskan untuk bertindak dengan menyerang institusi yang mereka rasa tidak mewakili mereka, tetapi juga merupakan ancaman langsung terhadap apa yang mereka sayangi.

Ekstremisme and disinformasi telah menggurita

Retorika memecah belah ala Jair Bolsonaro dan sorotannya terhadap validitas sistem pemilu Brasil sebagian besar berkontribusi pada kemarahan pengunjuk rasa di Brasilia pada hari Minggu.

Menjelang pemilu, dia berulang kali mengeklaim bahwa sistem pemungutan suara elektronik Brasil rentan terhadap penipuan--klaim yang ditolak oleh Komisi Pemilihan Umum.

Namun banyak orang Brasil yang percaya bahwa pemilihan itu "dicuri" meskipun gugatan yang diajukan oleh partai Bolsonaro ditolak oleh Mahkamah Pemilu.

Menyusul kerusuhan tersebut, Jair Bolsonaro menumpahkan pernyataannya ke Twitter untuk menolak tuduhan Lula bahwa dia telah menyampaikan beberapa pidato yang mendorong kerusuhan di Brasilia.

Dia mengatakan bahwa "penjarahan dan penyerbuan gedung-gedung publik seperti yang terjadi hari ini" adalah di luar hukum.

Tetapi ekstremisme orang-orang yang menyerbu lembaga-lembaga demokrasi negara telah menggurita sehingga sulit dikendalikan.

https://www.kompas.com/global/read/2023/01/09/182800670/penyebab-kerusuhan-brasil-yang-mirip-penyerbuan-capitol-hill-2021

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke