Banyak kalangan yang membandingkan insiden ini dengan penyerbuan Capitol di Washington DC pada 6 Januari 2021 oleh pendukung Donald Trump, sekutu Bolsonaro.
Baca juga: Kerusuhan Brasil: 400 Ditangkap, Ingatkan Penyerbuan Capitol AS
Jair Bolsonaro telah berulang kali menolak untuk menerima bahwa dia kalah dalam pemilihan presiden pada Oktober 2022. Pekan lalu, dia meninggalkan negara itu alih-alih mengambil bagian dalam upacara pelantikan Lula sebagai presiden Brasil.
Lebih dari enam jam setelah gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan di Brasilia diserbu, pria berusia 67 tahun tersebut merilis cuitan yang mengutuk serangan itu sekaligus membantah bertanggung jawab mendorong para pengunjuk rasa.
"Demonstrasi damai, dalam bentuk undang-undang, adalah bagian dari demokrasi," sebutnya, kemudian mengutuk "penyerbuan gedung-gedung publik seperti yang terjadi hari ini".
Presiden AS Joe Biden menggambarkan situasi itu sebagai "keterlaluan".
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mencuit: "Lula tidak sendirian, dia mendapat dukungan dari kekuatan progresif negaranya, Meksiko, benua Amerika dan dunia.
Pemimpin Venezuela Nicolas Maduro menggambarkan para pengunjuk rasa sebagai "kelompok neofasis" yang berusaha untuk menggulingkan Lula.
Presiden Argentina Alberto Fernandez mengutuk "upaya kudeta".
Lepas dari rangkaian kecaman itu, pertanyaan besarnya belum terjawab. Mengapa ini terjadi?
Pemilihan presiden pada Oktober 2022 mempertemukan petahana sayap kanan, Jair Bolsonaro, dengan rivalnya dari sayap kiri, Luiz Inacio Lula da Silva atau akrab disebut Lula.
Setelah melalui masa kampanye yang sengit dan pahit, Lula, yang pernah menjadi presiden antara Januari 2003 dan Desember 2010, mengalahkan Bolsonaro dengan selisih tipis dalam putaran kedua pada 30 Oktober.
Lula mengatakan penyerbuan di Brasilia "tanpa preseden" dan melabeli mereka yang berada di baliknya "fasis fanatik".
Dia juga menuduh Bolsonaro mendorong aksi para perusuh melalui media sosial. "Semua orang tahu ada berbagai pidato mantan presiden yang mendorong ini," katanya.
Brasil adalah negara yang sangat terpecah belah dan penyerbuan gedung Kongres adalah tanda seberapa jauh sejumlah warga Brasil bersedia menyerang institusi demokrasi yang menurut mereka tidak lagi mewakili mereka.