Ini bukan hanya tentang kiri versus kanan, tetapi tentang mereka yang menolak menerima pemilihan demokratis ketika hasilnya bertentangan dengan keinginan mereka. Itu sebabnya mereka melampiaskan kemarahan pada simbol-simbol demokrasi Brasil.
Mereka yang ambil bagian dalam kerusuhan berada di ujung spektrum yang ekstrem. Namun masih banyak lagi penentang Lula yang menyebarkan informasi palsu tentang dia dan dengan demikian memanas-manasi peristiwa penyerbuan itu.
Baca juga: Brasil Sambut Pemimpin Baru, Lula Bersumpah Lakukan Perubahan Drastis
Banyak pendukung Jair Bolsonaro melihat dia sebagai "penyelamat" yang dipandang membela nilai-nilai yang mereka junjung tinggi, yakni "Tuhan, tanah air, keluarga".
Mereka menaruh harapan pada Bolsonaro sebagai orang yang akan mengalahkan Lula, yang mereka anggap sebagai ancaman terhadap nilai-nilai itu. Mereka meyakini desas-desus palsu bahwa kandidat sayap kiri itu akan menutup gereja setelah terpilih sebagai presiden.
Orang-orang macam ini telah diyakinkan bahwa Lula akan kalah dan mereka tidak menerima kemenangannya.
Beberapa berkemah di depan barak militer memohon militer untuk menghentikannya menjadi presiden, bahkan jika itu berarti kudeta militer.
Akan tetapi, militer tidak beraksi dan Lula tetap dilantik sebagai presiden Brasil.
Kerusuhan di ibu kota, Brasilia, terjadi hanya seminggu setelah Lula dilantik.
Bolsonaro, yang menolak mengakui kekalahan, tidak menghadiri upacara tersebut, tapi bertolak ke Amerika Serikat.
Kemarahan orang-orang yang menaruh semua harapan pada Bolsonaro semakin meningkat.
Melihat Lula dilantik dan pindah ke Istana Kepresidenan terlalu berlebihan bagi mereka yang secara rutin melabelinya sebagai "ancaman komunis bagi Brasil".
Merasa dikecewakan oleh militer, mereka memutuskan untuk bertindak dengan menyerang institusi yang mereka rasa tidak mewakili mereka, tetapi juga merupakan ancaman langsung terhadap apa yang mereka sayangi.
Retorika memecah belah ala Jair Bolsonaro dan sorotannya terhadap validitas sistem pemilu Brasil sebagian besar berkontribusi pada kemarahan pengunjuk rasa di Brasilia pada hari Minggu.
Menjelang pemilu, dia berulang kali mengeklaim bahwa sistem pemungutan suara elektronik Brasil rentan terhadap penipuan--klaim yang ditolak oleh Komisi Pemilihan Umum.
Namun banyak orang Brasil yang percaya bahwa pemilihan itu "dicuri" meskipun gugatan yang diajukan oleh partai Bolsonaro ditolak oleh Mahkamah Pemilu.
Menyusul kerusuhan tersebut, Jair Bolsonaro menumpahkan pernyataannya ke Twitter untuk menolak tuduhan Lula bahwa dia telah menyampaikan beberapa pidato yang mendorong kerusuhan di Brasilia.
Dia mengatakan bahwa "penjarahan dan penyerbuan gedung-gedung publik seperti yang terjadi hari ini" adalah di luar hukum.
Tetapi ekstremisme orang-orang yang menyerbu lembaga-lembaga demokrasi negara telah menggurita sehingga sulit dikendalikan.
Baca juga: Presiden Brasil Jair Bolsonaro Akhirnya Beri Pernyataan Pasca-kalah Pemilu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.