RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com - Di bar-bar di lereng bukit Rio de Janeiro, akan mudah ditemui lukisan dinding yang menyanjung presiden terpilih sayap kiri negara itu, Lula da Silva.
Tapi seragam kuning dan hijau tim nasional Brasil, tak akan ditemui di sana.
Ketika Brasil memulai pertandingan Piala Dunia dengan keunggulan untuk memenangkan rekor gelar keenam, yang biasanya menjadi momen menggembirakan diredam perpecahan berkepanjangan setelah pemilihan presiden yang buruk bulan lalu.
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Polemik Pilpres Brasil | Kekacauan Tolak Hasil Pilpres Brasil
Dilansir dari Washington Post, warna kostum Brasil yang dulu sakral, dikooptasi menjadi pakaian kampanye sebelum, selama dan setelah pemungutan suara oleh pendukung petahana Jair Bolsonaro.
Kamp-kamp yang didirikan di seluruh negeri oleh para pendukungnya untuk memprotes kemenangan Luiz Inácio Lula da Silva berwarna kuning dan hijau.
Bagi banyak orang Brasil, adopsi warna oleh Bolsonaristas menodai jersey yang dipopulerkan oleh generasi-generasi hebat dari era Beautiful Game, dari Pele hingga Ronaldinho.
“Saya punya baju kuning. Saya dulu memakainya," kata salah satu orang. "Tetapi kawan, ini sangat sulit saat ini.Cara mereka menyesuaikan baju itu. Sangat memalukan untuk memakainya. Itu menjadi simbol ekstrim kanan Brasil."
Baca juga: Polemik Pilpres Brasil dan Huru-hara Massal Menolak Hasil Pemilu
Bolsonaro sempat menuai kritik atas penolakannya terhadap pandemi virus corona, dukungannya untuk pengembangan komersial hutan hujan Amazon, dan penghinaannya terhadap perempuan, minoritas, dan komunitas LGBTQ.
Dia kalah tipis pada putaran kedua dan terakhir pemilihan pada 30 Oktober lalu.
Pendukung kuning-hijaunya telah menyerbu pangkalan militer untuk mengeluh, tanpa bukti, tentang penipuan pemilih.
Untuk negara seukuran benua itu, Piala Dunia jadi amat sakral. Tapi tahun ini, akankah ajang itu bisa jadi semacam penyembuhan nasional?
Atau akankah Piala Dunia makin mengkristalkan politik beracun--serangan pribadi yang terlalu panas, kekerasan di antara para pemilih, tuduhan tak berdasar atas pemilu yang dicurangi--dan dapat meninggalkan luka abadi pada suatu bangsa?
Tim nasional, yang biasanya jadi mercusuar kebanggaan nasional, saat ini sudah menjadi representasi politik negara yang terpolarisasi.
Beberapa pemain setidaknya secara diam-diam mendukung Bolsonaro, dengan dukungan paling jelas datang dari bintang terbesar: Neymar.
Dia memposting video TikTok tentang dirinya, menyanyikan lagu kampanye dan bergabung dengan petahana dalam siaran langsung.