Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jajak Pendapat Media Pemerintah: Generasi Muda China Remehkan AS dan Barat

Kompas.com - 28/10/2022, 20:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Penulis: VOA Indonesia

BEIJING, KOMPAS.com - Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh salah satu media resmi China menemukan bahwa 90 persen generasi muda China memandang Barat dan Amerika Serikat setara dengan China atau bahkan meremehkan mereka.

Survei yang melibatkan 1.665 orang berusia 14 hingga 35 tahun di lebih dari 100 kota itu dilakukan oleh media afiliasi Partai Komunis, Global Times, yang juga menemukan bahwa para responden merasa lebih percaya diri.

Hasil jajak pendapat itu berbanding terbalik dengan perkembangan sosial baru-baru ini, seperti tingkat kelahiran yang menurun dan generasi muda yang merasa sangat frustrasi dengan kurangnya mobilitas sosial ke atas, sehingga mereka memilih untuk tidak menikah, memiliki anak, membeli rumah atau mobil, dan terjebak dalam gaya hidup rat race, alias bekerja untuk hidup dan hidup untuk bekerja.

Baca juga: Kanada Selidiki Kantor Polisi Ilegal China di Toronto

Diterbitkan pada 21 Oktober – ketika Kongres Partai Komunis yang ke-20 digelar – laporan berita Global Times mengenai surveinya turut mengutip para pakar yang mengatakan bahwa masyarakat China berada dalam kondisi stabil, di mana orang-orang hidup dan bekerja dalam damai dan bahagia, sementara masyarakat negara-negara Barat berada dalam kekacauan dalam beberapa tahun terakhir, akibat perpecahan politik, rasialisme, dan upaya partai.

“Perbedaan yang mencolok antara China dan Barat telah memberikan rasa percaya diri kepada generasi muda China,” sebut laporan itu mengenai survei tersebut, yang juga mengutip pengaruh global China yang semakin besar.

Hasil survei itu menunjukkan bahwa 43,9 persen generasi muda China menjadi kurang menyukai negara-negara Barat. Lebih dari 90 persen di antara mereka mengatakan, mereka “memandang setara” (39,3 persen) atau “meremehkan” (54,6 persen) negara-negara Barat. Jajak pendapat itu menemukan hanya 3,9 persen responden yang “mengagungkan” Barat dan AS, penurunan yang signifikan dari lima tahun lalu ketika 37,2 persen generasi muda memandang tinggi negara-negara Barat.

Jajak pendapat dan laporan berita yang menyertainya juga mengatakan bahwa kinerja Beijing di bidang-bidang seperti jaminan sosial (45,1 persen) serta sejarah dan budaya (40,5 persen) berkontribusi pada sikap generasi muda.

Baca juga: 2 Kantor Polisi Ilegal China Muncul di Belanda, Ada Juga di Puluhan Negara Lain

Dalam wawancara dengan VOA Mandarin, Chen Dean, lektor ilmu politik Ramapo College of New Jersey, mengatakan bahwa di negara diktator seperti China, jajak pendapat tidak terlalu mewakili apa yang sebenarnya dipikirkan masyarakat. Bahkan jika mereka benar-benar merupakan gambaran sikap masyarakat, hal itu mungkin merupakan hasil propaganda dan cuci otak.

Ia mengatakan, Partai Komunis China telah dengan sengaja mengadopsi sikap permusuhan terhadap Barat dalam propaganda politiknya untuk konsumsi dalam negeri, membangkitkan nasionalisme yang kuat dan xenophobia serta membuat generasi muda menjadi anti-Amerika, dengan tujuan mengalihkan rasa ketidakberdayaan anak muda akan masa depan.

Beberapa anak muda China yang diwawancarai VOA Mandarin justru mengatakan bahwa mereka yakin banyak di antara kelompok usia mereka yang umumnya memiliki penilaian positif terhadap budaya negara-negara Barat dan Amerika, yang mewakili semangat kebebasan.

Xiao Xin, mahasiswa asli Sandong berusia 24 tahun, mengatakan kepada VOA Mandarin bahwa orang-orang muda dan berpendidikan yang sempat bisa mengakses internet secara lebih leluasa pada era China yang lebih terbuka, umumnya sangat tidak puas dengan situasi tertutup yang meliputi China saat ini.

Baca juga: Kasus Baru Kian Parah, China Kembali Perketat Pembatasan Covid-19 di Sejumlah Kota

Meskipun persentase generasi muda yang “memandang remeh” negara-negara Barat meningkat akibat propaganda China, menurut Xiao Xin, angkanya tidak setinggi 90 persen seperti yang dilaporkan jajak pendapat itu.

Ia percaya, data jajak pendapat itu bisa saja dilebih-lebihkan atau dipalsukan. Ia menambahkan, “saya percaya ketika kebohongan itu terbantahkan, angkanya akan kurang dari 30 persen.”

Xiao Xin mengatakan bahwa pada 2012, tahun sebelum Xi Jinping menjadi presiden dan mulai membatasi konten secara bertahap, film-film Amerika masih tersedia di situs web China. Sejak itu, film-film itu jadi hampir tidak bisa ditemukan sebagai akibat dari kampanye yang sangat disengaja oleh Pemerintah China, ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com