Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lowongan Kerja di Australia Bidang Teknik Naik 176 Persen, tapi Migran Sulit Diterima

Kompas.com - 11/09/2022, 18:31 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

CANBERRA, KOMPAS.com - Data terbaru di Australia menunjukkan hampir separuh migran di bidang teknik masih mencari kerja, padahal lowongan kerja di bidang ini naik 176 persen.

Laporan dari pasar ketenagakerjaan Australia, yang merangkum data sampai bulan Juni 2022, menemukan 47 persen migran dengan kemampuan teknik masih belum bekerja.

Sementara lowongan kerja di bidang teknik mencapai angka tertinggi sejak tahun 2012.

Baca juga: 5 Kesalahpahaman tentang Indonesia yang Sering Didengar WNI di Australia

CEO lembaga Engineers Australia, Romilly Madew, mengatakan banyak migran yang memiliki keterampilan yang sudah berada di Australia bisa mengisi lowongan kerjaan.

Tapi permasalahannya ada di sejumlah perusahaan.

"Penelitian menunjukkan ada cukup banyak insinyur dari kalangan migran yang sudah ada di Australia dan mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan pengalamannya," katanya.

"Penelitian kami menunjukkan perusahaan melihat para migran ini bukan sebagai warga "lokal", baik soal pengalaman, jaringan, standar, referensi dan kualifikasi. Ini jadi masalah utamanya.

"Kalau kita bisa memberdayakan para tenaga kerja yang sudah ada pasti segera akan bisa menyelesaikan kekurangan tenaga kerja."

Latar belakang budaya jadi masalah

Karen Huang mengatakan tidak terkejut kalau warga pendatang di Australia kesulitan mendapatkan pekerjaan di bidang mereka.

Karen pindah ke Australia dari Taiwan di tahun 2012 dengan gelar universitas untuk bekerja di bidangnya.

Sama seperti banyak migran terampil lainnya, dia tidak bisa mendapatkan pekerjaan di bidang hospitality.

Dia sudah tinggal di kawasan Pilbara, Australia Barat, selama empat tahun.

Kawasan ini dikellingi sektor sumber daya alam dan pertambangan, bahkan Perdana Menteri Anthony Albanese menggambarkan sebagai "pusat pergerakan ekonomi" Australia.

Karen saat ini menjabat Presiden di organisasi Northwest Multicultural Association di Pilbara.

Menurutnya banyak anggota dari organisasinya yang pindah ke Pilbara untuk bekerja di sektor sumber daya, tapi kesulitan mendapatkan pekerjaan meski mereka memiliki kualifikasi.

"Sangat sulit kalau Anda berasal dari budaya bukan Australia, khususnya ketika melakukan wawancara," katanya.

"Keterampilan tidak mendapat perhatian karena para bos khawatir kita tidak akan bisa bekerja sama dengan yang lain."

Dia mengatakan masalah bahasa juga menjadi salah satu penghalang untuk mendapat pekerjaan.

"Kita bisa ditolak karena kesalahan penulisan tata bahasa dalam surat lamaran yang kita buat. Mereka beranggapan kita tidak berpendidikan hanya karena bahasa Inggris kita kurang sempurna," katanya.

Karen berharap lebih banyak migran yang akan bisa mendapatkan pekerjaan di bidang teknik dan sumber daya.

"Saya kira kalau kita melakukan sesuatu, lakukan saja, jangan batasi diri, kalau Anda mau terus kejar, teruslah berusaha, bahkan ketika mungkin harus melakukannya ratusan bahkan ribuan kali, nantinya akan berhasil," katanya.

Baca juga:

Pengalaman tidak dihargai

Engineers Australia adalah lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah Federal Australia untuk menilai keterampilan dan kompetensi bagi profesi di bidang teknik.

Organisasinya juga melakukan program bagi migran yang memiliki kualifikasi di bidang teknik.

"Kami mencoba melihat apakah kualifikasi mereka dari luar negeri dan keterampilan mereka setara dengan persyaratan untuk menjadi insinyur di Australia," kata Romilly dari Engineers Australia.

Romilly Madew mengatakan cara perekrutan yang buruk membuat para migran terampil ditolak padahal sudah memiliki kualifikasi.DOK ROMILLY MADEW via ABC INDONESIA Romilly Madew mengatakan cara perekrutan yang buruk membuat para migran terampil ditolak padahal sudah memiliki kualifikasi.
Setelah menyelesaikan program tersebut, para migran bisa membuktikan apa yang telah mereka pelajari di luar negeri, serta pengalaman mereka, yang nantinya bisa untuk memenuhi syarat bekerja di bidangnya di Australia.

Peserta juga harus memenuhi standar kemampuan berbahasa Inggris untuk menunjukkan kemampuan bahasa mereka di tempat kerja.

Tapi, setelah mereka menyelesaikan program tersebut, para migran mengatakan pengalaman internasional mereka tidak dihargai atau tidak dianggap serius.

Romilly mengatakan ada bias yang tidak disadari untuk tidak mempekerjakan mereka yang bukan warga Australia.

"Ketika penilaian sudah dilakukan, pengalaman mereka harusnya diakui, jadi memang ada bias di sini," katanya.

"Ini pada dasarnya karena mereka tidak punya pengalaman lokal atau jaringan lokal, maka mereka tidak berhasil dalam pekerjaan mereka di Australia."

ABC sudah menghubungi berbagai perusahaan besar di bidang teknik dan pertambangan yang mengatakan mereka tetap berusaha mematuhi aturan yang ada.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.

Baca juga: Pengangguran Australia Turun Drastis, Tenaga Kerja Jadi Rebutan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com