Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jacobabad, Kota Terpanas di Dunia Sekarang Juga Terendam Air Banjir Pakistan

Kompas.com - 01/09/2022, 07:14 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

JACOBABAD, KOMPAS.com - Hujan muson yang lebat menenggelamkan sebagian besar Pakistan, bahkan Jacobabad kota terpanas di dunia yang mencatat rekor suhu ekstrem pada Mei lalu kini terendam air.

Peristiwa cuaca ekstrem seperti itu dalam waktu singkat telah menyebabkan kekacauan di seluruh negeri, menewaskan ratusan orang, memutus komunitas, menghancurkan rumah dan infrastruktur, serta meningkatkan kekhawatiran akan kesehatan dan ketahanan pangan.

Jacobabad ternyata tidak luput dari bencana banjir menurut laporan Reuters pada Kamis (1/9/2022).

Baca juga: Pakistan Hanya Sumbang Kurang dari 1 Persen Pemanasan Global, tapi Saat Ini Tenggelam oleh Banjir

Pada Mei, suhu di kota itu sempat mencapai 50 derajat Celcius hingga mengeringkan dasar kanal dan menyebabkan beberapa penduduk pingsan karena sengatan panas.

Saat ini, sebagian kota terendam air, meskipun banjir telah surut dari puncaknya.

Sara Khan, kepala sekolah di sebuah sekolah untuk anak perempuan yang kurang beruntung di Jacobabad di Pakistan selatan, Mei lalu tampak khawatir ketika beberapa siswa pingsan karena panas yang menyengat di kota terpanas di dunia itu.

Tapi sekarang, ruang kelasnya kebanjiran dan banyak dari 200 siswa kehilangan tempat tinggal, berjuang untuk mendapatkan makanan yang cukup dan merawat kerabat yang terluka.

"Jacobabad adalah kota terpanas di dunia, ada begitu banyak tantangan ... sebelumnya orang terkena sengatan panas, sekarang orang kehilangan rumah, hampir semuanya (dalam banjir), mereka menjadi tunawisma," katanya kepada Reuters.

Baca juga: Korban Tewas Banjir Pakistan Lebih dari 1.100 Orang, Termasuk 380 Anak-anak

Sembilan belas orang di kota berpenduduk sekitar 200.000 itu dipastikan tewas dalam banjir, termasuk anak-anak, menurut wakil komisaris kota itu, sementara rumah sakit setempat melaporkan lebih banyak lagi yang sakit atau terluka.

Lebih dari 40.000 orang tinggal di tempat penampungan sementara, sebagian besar di sekolah yang padat dengan akses makanan yang terbatas.

Alfiyan Oktora Akibat banjir bandang ini, Pakistan mengumumkan keadaan darurat nasional setelah hampir 1.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, Jumat (26/8/2022).

Salah satu pengungsi, Dur Bibi (40 tahun), duduk di bawah tenda di halaman sekolah dan mengingat saat dia melarikan diri ketika air menerjang ke rumahnya semalam akhir pekan lalu.

"Saya meraih anak-anak saya dan bergegas keluar rumah dengan telanjang kaki," katanya, seraya menambahkan bahwa satu-satunya yang mereka punya waktu untuk membawa adalah salinan Alquran.

Empat hari kemudian, dia belum bisa mendapatkan obat untuk putrinya yang menderita demam.

"Saya tidak punya apa-apa selain anak-anak ini. Semua barang-barang di rumah saya hanyut," katanya.

Baca juga: Banjir Pakistan Tenggelamkan Sepertiga Negara, Korban Tewas Lampaui 1.100 Jiwa

Cuaca ekstrem

Tingkat gangguan di Jacobabad, di mana banyak orang hidup dalam kemiskinan, menunjukkan beberapa tantangan yang dapat ditimbulkan oleh peristiwa cuaca ekstrem yang terkait dengan perubahan iklim.

Halaman:

Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

Global
Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com