Hal itu terjadi di tengah kekhawatiran bahwa kelompok Islamic Jihad akan membalas penangkapan salah satu pemimpinnya di wilayah utara Tepi Barat.
Perhitungan kelompok Hamas dapat berubah, jika misalnya, korban tewas warga sipil di Gaza meningkat pesat.
Apabila mereka memutuskan untuk bergabung dalam pertempuran, maka hal itu akan menjadi jauh lebih cepat terjadi.
Jika keadaan tetap seperti ini, Mesir--yang sering bertindak sebagai perantara bagi Israel dan Gaza--dapat memiliki peluang yang lebih baik untuk menengahi semacam gencatan senjata.
Pada Sabtu (6/8/2022), para pejabat Kairo tengah bersiap sebagai tuan rumah bagi delegasi potensial dari perwakilan PIJ sebagai bagian dari proses itu, lapor media Mesir.
Hampir 200 roket ditembakkan dari Gaza ke Israel pada Jumat (5/8/2022) malam, kata militer Israel.
Sebagian besar berhasil dilumpuhkan oleh sistem pertahanan Iron Dome, tanpa ada korban dari warga Israel.
Sekitar 30 target kelompok Islamic Jihad telah diserang, di antaranya dua fasilitas penyimpanan senjata dan enam lokasi pembuatan roket, kata militer Israel. Sedikitnya 78 orang terluka.
Baca juga:
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Ayelet Shaked mengatakan: "Kami tidak tahu bagaimana ini akan berlanjut... tapi ini bisa memakan waktu... ini bisa menjadi putaran (konflik) yang panjang dan sulit."
Militer Israel mengatakan, serangannya menargetkan situs-situs yang terkait dengan PIJ.
Militer Israel mengatakan sosok Tayseer Jabari adalah "komandan senior" di PIJ, dan menuduhnya melakukan "beberapa serangan teroris" terhadap warga sipil Israel.
Alaa Kaddum yang berusia lima tahun termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan itu, kata pejabat setempat juga.
Dalam keterangan yang disampaikan saat dalam perjalanan ke ibu kota Iran, Teheran, Sekretaris Jenderal PIJ, Ziyad Al Nakhala mengatakan: "Kami akan menanggapi dengan tegas agresi ini, dan akan ada pertarungan di mana rakyat kami akan menang."
"Tidak ada red lines untuk pertempuran ini ... dan Tel Aviv akan berada di bawah roket perlawanan".