Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perancis Rencanakan Label Perlindungan Iklim di Produk Fesyen

Kompas.com - 24/07/2022, 15:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

PARIS, KOMPAS.com - Apa yang lebih baik baik bagi lingkungan, membeli pakaian bahan baru atau pakaian bahan daur ulang? Tentu saja bahan daur ulang bermanfaat bagi lingkungan, tetapi tidak selalu mutlak begitu. Karena proses daur ulang bisa memperpendek serat kapas, sehingga biasanya harus dicampur dengan berbagai bahan lain yang justru tidak ramah lingkungan dan buruk bagi perlindungan iklim.

Proses semacam itu membuat sulit untuk mengetahui bagaimana sebenarnya faktor ramah lingkungan sebuah pakaian. Padahal konsumen di Eropa saat ini mulai mengincar produk-produk yang mendukung perlindungan iklim.

Dunia mode di Perancis dan pemerintah sekarang bereaksi. Setiap pakaian yang dijual di Perancis, mulai tahun depan harus menyematkan label yang merinci dampak iklimnya. Aturan serupa diharapkan bisa diberlakukan di seluruh Uni Eropa pada 2026.

Baca juga: Oasis di Maroko Menyusut karena Perubahan Iklim

Data yang akan menentukan peringkat perlindungan iklimnya antara lain, bagaimana bahan mentahnya, misalnya pohon kapasnya dibudidayakan, bahan-bahan apa yang digunakan untuk mewarnainya, dan seberapa jauh perjalanan yang ditempuh produk dari pabrik sampai di tempat penjualan.

Badan Transisi Ekologis Perancis Ademe saat ini sedang menguji 11 proposal tentang cara mengumpulkan dan membandingkan data dan seperti apa label yang dihasilkan bagi konsumen.

"Pesan undang-undangnya jelas, itu akan menjadi hal wajib, sehingga rumah mode perlu mempersiapkan diri dan membuat data-data produk mereka bisa dilacak, untuk mengatur pengumpulan data secara otomatis,” kata Erwan Autret, salah satu koordinator di Ademe kepada kantor berita AFP.

Baca juga: Pengunjuk Rasa Iklim Rusak Lukisan Terkenal di Galeri Nasional Inggris

Transparan dan terinformasi

Dunia mode dan garmen memang sedang didesak untuk melakukan perubahan. Hingga saat ini data-data dan statistik sangat sulit untuk diverifikasi, padahal PBB menyatakan industri ini bertanggung jawab atas 10 persen emisi karbon global, serta sebagian besar konsumsi air dan produksi limbah.

Label yang direncanakan, dapat menjadi bagian penting dari solusi, kata Victoire Satto dari The Good Goods, sebuah agensi yang berfokus pada mode berkelanjutan. "Ini akan memaksa merek-merek terkenal untuk lebih transparan dan terinformasi... untuk mengumpulkan data dan menciptakan hubungan jangka panjang dengan pemasok mereka, semua hal yang tidak biasanya mereka lakukan," ujarnya.

Tetapi karena kecenderungan konsumen mencari produk ramah lingkungan meningkat, industri tekstil sekarang juga sedang berlomba mencari solusi teknis. Konferensi tekstil Premiere Vision di Paris misalnya sekarang menyoroti berbagai proses baru, termasuk penyamakan kulit yang tidak beracun dan pewarna yang diambil dari buah-buahan dan limbah.

"Tetapi kunci keberlanjutan adalah menggunakan kain yang tepat untuk pakaian yang tepat", kata Ariane Bigot, wakil kepala mode Premiere Vision. Itu berarti kain sintetis dan berbahan dasar minyak masih akan mendapat tempat, katanya. "Bahan sintetis yang kuat dengan masa pakai yang sangat lama mungkin tepat untuk beberapa kegunaan, seperti pakaian luar yang hanya perlu sedikit dicuci," ucapnya.

Baca juga: Perang Rusia Vs Ukiraina Alihkan Fokus Global Atasi Perubahan Iklim

Opsi berkelanjutan

Memuat semua ini dalam satu label sederhana yang bisa disematkan pada pakaian, memang tidak mudah. "Ini sangat rumit, tapi kita harus memulainya," kata Ariane Bigot.

Badan Transisi Ekologi Ademe akan menyusun hasil fase pengujiannya pada musim semi mendatang, sebelum menyerahkan hasilnya kepada anggota parlemen. Banyak pihak menyambut baik penerapan label tersebut, namun para aktivis perlindungan iklim mengatakan, masih perlu tindakan yang lebih tegas dan lebih luas lagi.

"Fokusnya harus pada penetapan aturan yang jelas tentang desain produk untuk melarang produk terburuk dari pasar, melarang penghancuran barang yang dikembalikan dan tidak terjual, dan menetapkan batas produksi," kata Valeria Botta dari Koalisi Lingkungan untuk Standar kepada AFP.

"Konsumen tidak harus bersusah-payah untuk menemukan opsi yang berkelanjutan - itu harus menjadi standar," ujarnya.

Baca juga: Mitigasi Dampak Perubahan Iklim, AS Gandeng Perusahaan Indonesia Dorong Praktik Bisnis Berkelanjutan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com