Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reformasi Saudi dan Kemungkinan Normalisasi dengan Israel

Kompas.com - 15/07/2022, 17:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

TEL AVIV, KOMPAS.com - Seorang jurnalis Israel, Yoav Limor, tidak mempunyai ekspektasi tertentu ketika melancong ke Arab Saudi, sebuah negara yang telah lama terkenal mempromosikan sentimen anti-Israel dalam buku teks dan khotbah oleh beberapa imam.

Dia dan rekannya merasakan "kejutan yang menyenangkan", tulisnya di surat kabar Israel, Hayom. Pedagang pasar di Saudi dan pengemudi taksi kebanyakan menyambut mereka dengan rasa penasaran, bukan dalam artian meremehkan.

"Beberapa tersenyum dan menggelengkan kepala karena tidak percaya atau khawatir. Yang lain penasaran dan memulai percakapan," tulis Limor, seraya menambahkan bahwa tidak ada yang membuat kami merasa tidak diinginkan.

Baca juga: Arab Saudi Buka Wilayah Udara untuk Semua Maskapai Penerbangan, Sinyal Normalisasi dengan Israel?

Perjalanan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke Timur Tengah, yang dimulai pada Rabu (13/7/2022), telah memicu spekulasi kemungkinan terobosan dalam normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi.

Namun, Kerajaan Arab Saudi telah berulang kali menyatakan, akan tetap berpegang pada posisi Liga Arab untuk tidak menjalin hubungan resmi dengan Israel sampai konflik dengan Palestina diselesaikan.

Pengalaman Limor, yang memenuhi syarat untuk mendapatkan visa turis karena ia memegang paspor non-Israel, mengisyaratkan perubahan dalam opini publik Arab Saudi, bahwa para pejabat berharap suatu hari nanti dapat meletakkan dasar bagi hubungan bilateral formal.

"Selama beberapa dekade, Kerajaan Arab Saudi adalah pengekspor kebencian Yahudi yang besar," kata Deborah Lipstadt, utusan khusus Washington untuk memerangi anti-semitisme, dalam sebuah pidato setelah mengunjungi Arab Saudi pada Juni.

"Namun, apa yang saya temukan adalah sesuatu yang sangat berbeda, sesuatu yang telah berubah secara dramatis di sana dalam beberapa tahun terakhir," tambahnya.

Baca juga: Arab Saudi Pakai Teknologi Terbaru untuk Pantau Haji 2022, Ini Bentuknya

"Saya tidak suka mereka"

Beberapa analis mengatakan generasi muda Saudi lebih terbuka untuk menjalin hubungan dengan Israel. FAYEZ NURELDINE/AFP via DW INDONESIA Beberapa analis mengatakan generasi muda Saudi lebih terbuka untuk menjalin hubungan dengan Israel.

"Ada sedikit kemungkinan Riyadh mengalihkan fokusnya ke hubungan dengan Israel , sambil mengabaikan masalah Palestina," kata Mohammed Alyahya, seorang akademisi di Belfer Center di Universitas Harvard.

"Sentimen publik telah berubah, tetapi saya tidak berpikir itu berubah sedemikian rupa sehingga orang tidak lagi peduli dengan Palestina atau orang tidak meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan yang dilakukannya," kata Alyahya.

Namun, pandangan berbeda datang dari warga Saudi.

"Tidak mungkin bagi saya untuk pergi ke Israel suatu hari nanti. Saya tidak menyukai mereka," kata Abo Rashed, seorang penjual suku cadang mobil di Riyadh. Dia juga menyebut orang Israel sebagai penjajah.

Baca juga: Pemerintah RI Selamatkan WNI dari Hukuman Mati di Arab Saudi

MBS pewaris yang membentuk kembali Arab Saudi

Mantan Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Mohammed bin Salman (kanan) bertemu di Washington pada 14 Maret 2017.MARK WILSON/ABACA/PICTURE ALLIANCE via DW INDONESIA Mantan Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Mohammed bin Salman (kanan) bertemu di Washington pada 14 Maret 2017.

Putra Raja Saudi Salman bin Abdulaziz, Mohammed bin Salman (MBS), telah mengguncang reputasi monarki, setelah kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018, dan maraknya kecaman internasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com