COLOMBO, KOMPAS.com - Kemarahan atas krisis Sri Lanka telah membara selama berbulan-bulan, dengan banyak warganya menyalahkan kelangkaan yang meluas dan inflasi yang tak terkendali kepada dinasti Rajapaksa yang menguasai berbagai posisi penting pemerintahan.
Kemarahan itu memuncak akhir pekan lalu, saat ratusan ribu pengunjuk rasa berkumpul di sekitar kediaman Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa.
Baca juga: Rajapaksa Kabur, PM Sri Lanka Ditunjuk Jadi Plt Presiden
Panasnya kondisi memaksanya melarikan diri di bawah penjagaan militer tepat sebelum massa menyerbu kediaman dan kantornya yang berdekatan.
Terus terdesak, Presiden Sri Lanka kabur ke Maladewa pada Rabu (13/7/2022) mendahului proses pengunduran dirinya.
Berikut adalah profil dari beberapa tokoh kunci dinasti Rajapaksa yang menguasai posisi penting dalam pemerintahan dan dituding jadi penyebab krisis Sri Lanka, sebagaimana dilansir dari AFP.
Presiden Gotabaya Rajapaksa (72 tahun), mulai menjabat pada 2019, memegang kekuasaan eksekutif atas Sri Lanka selama pandemi Covid-19 yang menurut para analis membantu memicu krisis ekonomi saat ini.
Tidak seperti saudaranya yang karismatik Mahinda, yang mengepalai dinasti Rajapaksa dan menjadi perdana menteri hingga Mei, Gotabaya memiliki sedikit pengalaman politik.
Baca juga: UPDATE Sri Lanka: Darurat Nasional Kembali Diterapkan, Massa Serbu Kantor PM
Dia berasal dari latar belakang militer. Dia bertanggung jawab atas tentara dan polisi selama masa kepresidenan Mahinda dari 2005 hingga 2015.
Pada 2009, dia memimpin tindakan brutal pemerintah yang menghancurkan pemberontak separatis Tamil setelah puluhan tahun perang saudara.
Menurut perkiraan PBB , minggu-minggu terakhir konflik berdarah berakhir dengan kematian sekitar 40.000 warga sipil, yang digiring ke zona larangan menembak yang kemudian dibom oleh angkatan bersenjata.
Dia menyangkal tuduhan bahwa dia berada di belakang regu pembunuh, yang menculik dan "menghilangkan" lusinan lawan dengan mobil van putih.
Dia telah dijuluki "The Terminator" oleh keluarganya sendiri dan dikenal karena temperamennya yang pendek.
Baca juga: Kenapa Sri Lanka Bisa Krisis dan Bangkrut sampai Warga Duduki Istana Presiden?
Baca juga: Kronologi Pelarian Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa hingga Pendudukan Istana oleh Massa
Mahinda Rajapaksa (76 tahun), adalah kepala klan Rajapaksa. Dia adalah presiden selama satu dekade, dan sebelum itu sudah menjabat sebagai perdana menteri pada 2004.
Mahinda pernah dipuja oleh mayoritas Sinhala-Buddha karena menumpas pemberontak Tamil.
Dia menolak penyelidikan internasional atas kekejaman yang diduga dilakukan selama perang. Serangkaian penyelidikan lokal gagal menghasilkan investigasi atau penuntutan kejahatan perang yang layak atasnya.
Kritikus mengatakan Mahinda juga tidak berbuat banyak untuk menjembatani perpecahan dengan Tamil Sri Lanka setelah perang. Komunitas dilarang memperingati kematian korban perang saudara dan sebagian besar tetap terpinggirkan.
Selama masa kepresidenan Mahinda, Sri Lanka juga bergerak lebih dekat ke China, meminjam hampir 7 miliar dollar AS untuk proyek infrastruktur, banyak diantaranya menjadi sasaran empuk korupsi, menurut laporan AFP.
Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada Mei dan harus diselamatkan oleh militer setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediamannya di Colombo.
Baca juga: Akhir Memalukan bagi Dinasti Rajapaksa di Sri Lanka
Anggota keluarga lainnya, termasuk Basil Rajapaksa (71 tahun), yang dijuluki "Tuan Sepuluh Persen" dalam wawancara dengan BBC. Julukan itu merujuk pada komisi yang diduga diambilnya dari kontrak pemerintah.
Administrasi berikutnya gagal membuktikan tuduhan bahwa ia menyedot jutaan dolar dari kas negara. Semua kasus terhadapnya dibatalkan ketika Gotabaya menjadi presiden.
Basil diangkat menjadi menteri keuangan ketika Gotabaya menjadi presiden, tetapi dibuang pada April ketika presiden mencoba menyelamatkan pemerintahannya.
Sejak itu dia mengundurkan diri dari parlemen.
Selain itu masih ada Chamal (79 tahun), yang bertanggung jawab atas irigasi. Putranya Sashindra terlibat dalam larangan impor pupuk kimia.
Putra sulung Mahinda, Namal (36 tahun), yang menjalankan kementerian olahraga dan disebut-sebut sebagai pemimpin masa depan sebelum krisis. Dia juga akhirnya dicopot saat gejolak massa pecah April lalu.
Baca juga: India Bantah Bantu Presiden Sri Lanka Kabur ke Luar Negeri
Ketika tinggal Gotabaya yang tersisa dalam kekuasaan dari klannya, Namal pada Mei sempat mengatakan kepada AFP bahwa keluarga itu hanya melalui "masa yang buruk".
Akhil Bery dari Institut Kebijakan Masyarakat Asia mengatakan pada saat itu bahwa bahkan setelah pengunduran diri Mahinda, "merek Rajapaksa” masih mendapat dukungan di antara penduduk Sinhala.
"Meskipun banyak kesalahan dapat ditempatkan pada dinasti Rajapaksa sekarang, penerus mereka akan mewarisi kekacauan, meninggalkan ruang bagi Rajapaksa untuk tetap relevan secara politik," katanya kepada AFP.