Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahuan Langgar Isolasi, Pria Beijing Ini Bikin 5.000 Tetangganya Harus Karantina Covid-19

Kompas.com - 30/05/2022, 18:03 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Seorang pria Beijing telah menempatkan ribuan tetangganya dalam kebijakan karantina setelah dia mengabaikan perintah untuk tinggal di rumah dan kemudian dinyatakan positif Covid-19.

Ibu kota China telah memerintahkan ratusan ribu penduduk untuk tinggal di rumah selama lima minggu terakhir untuk mengekang wabah virus corona terbesar sejak awal pandemi.

Para pejabat mengatakan pada Minggu (29/5/2022), seorang pria berusia 40-an yang bermarga Sun telah gagal mengikuti aturan isolasi setelah dia kedapatan mengunjungi pusat perbelanjaan yang dianggap "berisiko tinggi".

Baca juga: Usai Lockdown 37 Hari, Situasi Beijing Pulih Bertahap

"Selama masa isolasi di rumah, dia keluar berkali-kali dan berjalan di lingkungan sekitar," kata pejabat keamanan publik Beijing, Pan Xuhong, dilansir dari AFP.

Sun dan istrinya kemudian dinyatakan positif Covid-19, mendorong pihak berwenang untuk mengunci 5.000 tetangga mereka di rumah dan mengirim 250 ke pusat karantina pemerintah.

Itu terjadi ketika pembatasan virus mulai dilonggarkan di Beijing pada Senin (23/5/2022), dengan pihak berwenang membuka kembali taman, museum, dan bioskop dan menyatakan wabah sudah terkendali.

China terikat pada strategi nol-Covid dari lockdown ketat, pengujian massal, dan periode karantina yang panjang untuk menghapus kluster saat mereka muncul.

Ada hukuman berat untuk melanggar aturan dan Sun sekarang berada di bawah penyelidikan polisi.

Kluster berdasarkan Omicron di Beijing telah mengalami lebih dari 1.700 infeksi sejak akhir April –jumlah yang kecil menurut standar global tetapi mengganggu pendekatan ketat China terhadap virus tersebut.

Baca juga: Masih Dicengkeram Covid-19, Beijing Desak Jutaan Warganya Tetap WFH

Jumlah kasus Covid-19 di Beijing telah menurun tajam dalam seminggu terakhir.

"Tidak ada kasus baru yang ditemukan di masyarakat (di luar pusat karantina) selama dua hari," kata Xu Hejian, juru bicara pemerintah Beijing pada Minggu.

"Situasinya stabil dan membaik, tetapi risiko rebound masih ada," tambah dia.

Sebagian besar layanan bus, kereta bawah tanah, dan taksi di tiga distrik terpadat di ibu kota telah beroperasi kembali sejak pekan lalu dan jutaan orang telah diminta untuk kembali bekerja.

"Saya pikir orang-orang menunggu untuk melihat apakah akan ada kasus baru sebelum keluar dalam jumlah besar," kata Zhi Ruo, seorang pegawai pemerintah yang membawa anaknya yang berusia lima tahun untuk bermain di taman pusat kota Beijing yang dibuka kembali.

Sekolah tetap ditutup dan Beijing masih memerlukan tes negatif Covid-19 untuk memasuki fasilitas umum, termasuk supermarket.

Warga memakai masker berbelanja di supermarket distrik Chaoyang, Beijing, China, Senin (25/4/2022). Tes Covid-19 massal digelar mulai Senin di distrik Chaoyang yang dihuni lebih dari tiga juta orang, menyusul lonjakan kasus Covid-19.AP PHOTO/NG HAN GUAN Warga memakai masker berbelanja di supermarket distrik Chaoyang, Beijing, China, Senin (25/4/2022). Tes Covid-19 massal digelar mulai Senin di distrik Chaoyang yang dihuni lebih dari tiga juta orang, menyusul lonjakan kasus Covid-19.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ini Penjara Terkecil di Dunia yang Terdiri 2 Sel Tanpa Jendela

Ini Penjara Terkecil di Dunia yang Terdiri 2 Sel Tanpa Jendela

Global
Carlo Acutis, Remaja Italia yang Dijuluki 'Influencer Tuhan' Akan Jadi Santo Milenial Pertama

Carlo Acutis, Remaja Italia yang Dijuluki 'Influencer Tuhan' Akan Jadi Santo Milenial Pertama

Internasional
Pasca Tanah Longsor Papua Nugini, PBB Ingatkan Adanya Risiko Penyakit

Pasca Tanah Longsor Papua Nugini, PBB Ingatkan Adanya Risiko Penyakit

Global
Gunung Meletus di Islandia Muntahkan Lava Setinggi 50 Meter

Gunung Meletus di Islandia Muntahkan Lava Setinggi 50 Meter

Global
Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir, Persempit Gerakan Hamas

Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir, Persempit Gerakan Hamas

Global
Rangkuman Hari Ke-826 Serangan Rusia ke Ukraina: Polemik Larangan Senjata | Belarus Tangguhkan CFE

Rangkuman Hari Ke-826 Serangan Rusia ke Ukraina: Polemik Larangan Senjata | Belarus Tangguhkan CFE

Global
Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Global
Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Internasional
Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Global
[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

Global
Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com