Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Lockdown 37 Hari, Situasi Beijing Pulih Bertahap

Kompas.com - 30/05/2022, 07:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Sumber Antara

BEIJING, KOMPAS.com - Situasi Kota Beijing, China, mulai pulih secara bertahap pada Minggu (29/5/2022) setelah mengalami penguncian wilayah (lockdown) selama 37 hari terkait munculnya beberapa klaster baru Covid-19 varian Omicron.

Beberapa pusat keramaian belum sepenuhnya beroperasi meskipun otoritas Ibu Kota China tersebut telah mengumumkan pelonggaran kontrol wilayah sejak Sabtu (28/5/2022).

Sebagaimana pemantauan Antara Beijing pada Minggu, taman dan ruang terbuka, pusat penjualan jajanan, pasar grosir, dan toko-toko swalayan, di Distrik Chaoyang terlihat masih tutup.

Baca juga: Masih Dicengkeram Covid-19, Beijing Desak Jutaan Warganya Tetap WFH

Pintu gerbang stasiun kereta metro jalur 10 di Panjiayuan dan sekitarnya masih terkunci. Hanya beberapa halte bus di sekitar jalan lingkar 3 Beijing yang sudah beroperasi kembali.

Warga juga masih diwajibkan melakukan tes PCR massal setiap hari, sebagaimana dilansir Antara.

Beberapa kawasan permukiman juga masih dijaga ketat oleh aparat dan orang-orang yang tidak memiliki kepentingan dilarang masuk.

Baca juga: Saat Biden Kunjungi Asia, Beijing Gelar Latihan Militer di Laut China Selatan

Penutupan beberapa kawasan permukiman itu sempat memunculkan keributan antara warga dan aparat di Jalan Huawei Li Panjiayuan.

Beberapa warga meminta aparat segera membuka blokade yang selama sebulan lebih dipasang di kompleks permukimannya.

Pada Jumat (27/5/2022) di Beijing hanya terdapat 23 kasus Covid-19 baru, sedangkan Sabtu hanya 12 kasus.

Baca juga: Muncul 26 Kasus Covid, 13.000 Warga Beijing Diangkut ke Pusat Karantina Meski Negatif

Beijing berhasil mengendalikan Covid-19 setelah dalam enam hari berturut-turut terjadi penurunan kasus baru dan delapan distrik justru tidak ada kasus, demikian Pemerintah Kota Beijing dalam pengarahan pers pada Sabtu.

Pelonggaran kontrol wilayah di Beijing tersebut bersamaan dengan berakhirnya masa kunjungan Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCHR) ke China terkait dengan isu Xinjiang yang berakhir pada Sabtu.

Oleh sebab itu, lockdown di Beijing menimbulkan berbagai spekulasi karena dianggap politis, bahkan sempat terjadi aksi protes di salah satu kampus ternama di Ibu Kota China.

Baca juga: Taiwan Harap Dunia Jatuhkan Sanksi ke China jika Beijing Menyerang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com