MOSKWA, KOMPAS.com - Pemerintah Rusia menepis ancaman Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk mengeluarkan Rusia dari kelompok ekonomi 20 negara (G20) karena invasinya ke Ukraina.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, seandainya Rusia dikeluarkan dari G20, langkah itu tak akan menjadi bencana.
"Format G20 adalah penting, tapi dalam kondisi sekarang ketika mayoritas pesertanya sedang melancarkan perang ekonomi terhadap Rusia, maka tak ada hal mengerikan yang akan terjadi," kata Dmitry Peskov kepada para wartawan pada Jumat (25/3/2022).
Baca juga: KTT G20, Media Asing Beritakan Indonesia Tidak Depak Rusia dan Putin dari Pertemuan
Penegasan Peskov disampaikan menyusul pernyataan sejumlah negara Barat untuk mengeluarkan Rusia dari G20 sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina.
Dalam pertemuan dengan sejumlah pemimpin dunia di Brussels, Belgia, Kamis (24/3/2022) waktu setempat, Presiden AS Joe Biden mengatakan, Rusia harus dikeluarkan dari G20.
"Jawaban saya adalah ya, tergantung pada G20," kata Biden, ketika ditanya apakah Rusia harus dikeluarkan dari grup tersebut, seperti dikutip Reuters.
Biden juga mengatakan, jika negara-negara seperti Indonesia dan lainnya tidak setuju dengan dikeluarkannya Rusia, maka dalam pandangannya, Ukraina harus diizinkan untuk menghadiri pertemuan G20 tersebut.
Komentar ini keluar setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, dikatakan ingin menghadiri KTT G20 di Bali, Indonesia, yang tahun ini memimpin forum tersebut.
Mantan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, menyerukan kepada pemimpin negara-negara Barat untuk memboikot KTT G20 seandainya Presiden Putin hadir.
AS berargumen dengan adanya serbuan ke Ukraina, maka lembaga-lembaga internasional tidak bisa bertindak sebagaimana biasanya.
Baca juga: PM Australia Tak Terima Indonesia Undang Putin ke KTT G20
Namun dalam jumpa pers pada Kamis (24/3/2022), Indonesia menegaskan sikap netral.
"Sebagai presidensi tentunya dan sesuai dengan presidensi-presidensi sebelumnya adalah mengundang semua anggota G20," kata Staf Khusus Menlu bidang Penguatan Program-program Prioritas Kemenlu dan Co-Sherpa G20 Indonesia, Dian Triansyah Djani.
Ditambahkan, Indonesia dalam mengetuai berbagai konferensi suatu forum dan organisasi berpegang pada aturan yang berlaku, dan tidak terkecuali di G20.
"Oleh karena itu memang kewajiban untuk presiden G20 untuk mengundang semua anggotanya," katanya.
Penegasan ini dikeluarkan sesudah muncul konfirmasi bahwa Rusia telah menerima undangan dari Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20 di Bali November mendatang dan Presiden Vladimir Putin ingin menghadirinya, sebagaimana diungkap duta besar Rusia di Jakarta.
Baca juga: Putin Akan ke G20 Bali, Indonesia Tegaskan Tetap Netral sebagai Ketua
Sikap pemerintah RI sejalan dengan pandangan para politikus di Indonesia, di antaranya Dave Laksono.
Menurut anggota DPR Komisi I yang antara lain membidangi urusan luar negeri itu, sudah selayaknya Indonesia tidak menyentuh konflik Rusia-Ukraina dalam G20 ini.
Pasalnya, G20 dibentuk untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempermudah akses ke permodalan atau juga meningkatkan kemampuan bisnis masyarakat secara global.
"Permasalahan Ukraina dengan Rusia adalah konflik yang berawal dari kebijakan luar negeri sejumlah negara Barat yang dianggap bertentangan ataupun membahayakan permasalahan dalam negeri Rusia.
"Oleh karena itu fokus G20 jangan dibawa ke arah sana, walaupun apa yang terjadi di sana dianggap suatu pelanggaran kedaulatan negara. Itu seharusnya diselesaikan di forum-forum yang ada, bukan di G20," kata politikus partai Golkar menjawab pertanyaan BBC News Indonesia.
Dukungan tentang pentingnya Rusia di G20 juga disuarakan oleh China, salah satu anggotanya, dengan mengatakan Rusia memegang peran penting.
G20 adalah forum kerja sama multilateral, yang terdiri dari 19 negara dan satu kawasan ekonomi - Uni Eropa.
Indonesia menduduki presiden G20 tahun ini.
Baca juga: Niat Putin Hadiri KTT G20 di Bali Didukung China, Bagaimana Sikap Indonesia?
Ditanya tentang isu Rusia dapat dikeluarkan dari G20 akibat invasi ke Ukraina, Vorobieva mengatakan itu adalah forum untuk membahas masalah ekonomi dan bukan krisis seperti Ukraina.
"Tentu saja pengusiran Rusia dari forum semacam ini akan tidak membantu mengatasi masalah-masalah ekonomi. Sebaliknya, tanpa Rusia akan sulit untuk melakukannya."
Vorobieva mendesak Indonesia, yang tahun ini memimpin G20, untuk tidak terombang-ambing oleh tekanan dari negara-negara Barat.
"Kami sangat berharap pemerintah Indonesia tidak menyerah pada tekanan mengerikan yang tidak hanya diterapkan pada Indonesia tetapi begitu banyak negara lain di dunia oleh Barat," kata Vorobieva, yang juga mengatakan Rusia secara aktif mengambil bagian dalam semua pertemuan G20.
Baca juga: Jika Putin ke KTT G20 Bali, Indonesia Diminta Lobi Politik ke Negara Barat
Menurut Haminanin, kehadiran Putin di forum-forum internasional merupakan penghinaan atas demokrasi, martabat manusia, dan supremasi hukum.
"Boikot Rusia dan Putin dalam semua kemungkinan pertemuan, platform internasional, konferensi tingkat tinggi. Ini akan menjadi langkah nyata untuk mengakhiri situasi di Ukraina," kata Hamianin seperti dikutip Tempo.co Rabu (23/3/2022).