KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan telah menyatakan kesediaannya untuk menghadiri KTT G20 akhir tahun ini di Indonesia.
China juga mengatakan bahwa Rusia adalah “anggota penting”, menanggapi penolakan dan potensi tekanan yang meningkat untuk mengusir Moskwa dari acara yang akan digelar di Bali pada November tahun ini.
Ini tak lain karena Putin sepenuhnya dianggap bertanggung jawab akan perangnya terhadap Ukraina.
Baca juga: KTT G20, Media Asing Beritakan Indonesia Tidak Depak Rusia dan Putin dari Pertemuan
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan dalam konferensi pers bahwa Putin bersedia melakukan perjalanan ke Bali menghadiri KTT G20.
Dilansir Independent, dia mengatakan Rusia tidak boleh diusir karena invasi Ukraina. Alasannya, G20 adalah forum ekonomi.
"Tergantung banyak, banyak hal, termasuk situasi Covid yang semakin baik. Sejauh ini, dia (Putin) mau (datang)," katanya.
G20 adalah kelompok dari 20 ekonomi terbesar di dunia yang mengkoordinasikan dan merencanakan tindakan terhadap isu-isu ekonomi global dan perubahan iklim.
Putin yang sebagian besar menghindari perjalanan karena pandemi Covid telah mengisyaratkan kesediaannya untuk berpartisipasi.
Baca juga: Dubes Rusia untuk Indonesia: Putin Berencana Hadiri KTT G20 di Bali
Ini terjadi pada saat dia menghadapi oposisi dan serangkaian sanksi atas invasinya ke Ukraina.
Hal ini menempatkan Indonesia yang secara tradisional berada di posisi netral dan saat ini memegang kursi G20 bergilir, berpotensi diboikot oleh negara lain karena kehadiran Moskwa.
Di sisi lain, AS dan negara-negara Barat lainnya sedang mempertimbangkan kemungkinan langkah untuk mengecualikan Rusia dari G20.
Baca juga: AS Dorong Rusia Dikeluarkan dari G20, RI Dinilai Bisa Jadi Juru Damai
Pada Selasa (22/3/2022), Polandia mengatakan bahwa pihaknya telah menyarankan kepada pejabat AS bahwa mereka dapat menggantikan Rusia dalam kelompok tersebut.
Saran tersebut pun mendapat "tanggapan positif".
Namun, dorongan untuk mengusir Rusia kemungkinan akan diveto oleh negara-negara penting G20 lainnya, yang juga merupakan sekutu Moskwa seperti China.
Ini bisa meningkatkan tekanan terhadap Indonesia untuk memboikot G20 oleh beberapa negara lain.
Baca juga: Sebulan Perang Rusia-Ukraina, Belum Ada Tanda-tanda Berakhir?