Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Trias Kuncahyono
Wartawan dan Penulis Buku

Trias Kuncahyono, lahir di Yogyakarta, 1958, wartawan Kompas 1988-2018, nulis sejumlah buku antara lain Jerusalem, Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir; Turki, Revolusi Tak Pernah Henti; Tahrir Square, Jantung Revolusi Mesir; Kredensial, Kearifan di Masa Pagebluk; dan Pilgrim.

Perang Itu Sudah Sebulan

Kompas.com - 28/03/2022, 11:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SUDAH sebulan perang di Ukraina pecah. Sudah sebulan, Ukraina porak poranda. Sudah sebulan, ribuan bangunan hancur, rata dengan tanah.

Sudah sebulan, jutaan orang Ukraina mengungsi mencari selamat ke negara tetangga: ribuan orang tewas, ribuan orang terluka. Sudah sebulan rakyat sipil menderita.

Dan, sudah sebulan dunia tak berdaya dipermainkan Rusia.

Kecaman dan kutukan datang bertubi-tubi dari segala penjuru dunia, dialamatkan ke Rusia, memang.

Majelis Umum PBB sudah menerbitkan resolusi yang didukung 141 negara anggota, yang mengutuknya dan menuntut pernarikan pasukan secara penuh, memang.

Mahkamah Internasional pun memerintahkan agar Rusia menghentikan operasi militernya, memang.

Dan, sanksi ekonomi sudah dijatuhkan AS dan negara-negara Eropa, juga negara lain, memang. Bahkan, akan terus ditambah.

Baca juga: Kiev 1240, Kyiv 2022

Sejumlah negara memberikan bantuan militer kepada Ukraina, memang. Banyak perusahaan bereaksi terhadap invasi militer itu.

Menurut Yale School of Management (25 Maret 2022) sebanyak 172 perusahaan memutuskan keluar dari Rusia (withdrawal); 195 perusahaan sementara membatasi operasi sambil menunggu opsi untuk beroperasi kembali (suspension); 31 perusahaan mengurangi aktivitas, sambil melanjutkan yang lain (scaling back).

Kemudian 56 perusahaan menunda rencana investasi/pengembangan/pemasaran di masa depan sambil melanjutkan bisnis substantif (buying time).

Tetapi 43 perusahaan menentang tuntutan untuk keluar/pengurangan kegiatan (digging in).

Bahkan, organisasi-organisasi olah raga dunia pun memberikan reaksi. Misalnya, FIFA melarang atlet-atlet Rusia ikut kompetisi, Women’s Tennis Association (WTA) menggangguhkan kemitraannya dengan Rusia, World Athletics Council (WAC) melarang semua atlet Rusia untuk ikut kompetisi.

Selain itu World Boxing Association (WBA) melarang semua petinju Rusia ikut kompetisi, World Boxing Council (WBC) menangguhkan petinju Rusia bertarung memperebutkan gelar, World Boxing Organization (WBO) melarang semua petinju Rusia ikut kompetisi.

Kemudian Wolrd Rugby Union (WRU) melarang semua atlet Rusia ikut kompetisi, International Cycling Union (ICU) melarang semua atlet Rusia ikut kompetisi, dan International Tennis Federation (ITF) menangguhkan kemitraannya dengan Rusia.

Kata Presiden Ukraina Zelenesky, juga OHCHR, serta Kementerian Pertahanan Rusia, hingga pada tanggal 24 Maret lalu, jumlah korban mencapai 2.421 orang: 925 tewas (termasuk 75 anak-anak) dan 1.496 luka-luka (termasuk 99 anak-anak).

Sebanyak 1.300 tentara Ukraina tewas di medan tempur; Rusia kehilangan 26.014 tentara.

Menurut Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) jumlah yang sesungguhnya bisa lebih tinggi.

Tetapi, hari Jumat (25/3), deputi kepala staf umum militer Rusia menyatakan 1.351 tentara Rusia tewas; 3.800 tentara terluka.

Baca juga: Putin, Testing The Water

Sebelumnya NATO memperkirakan jumlah tentara Rusia yang tewas antara 7.000 – 15.000 orang.

Jika perkiraan NATO benar, itu berarti Rusia lebih banyak kehilangan tentaranya di Ukraina dalam tempo sebulan ketimbang di Afganistan selama 10 tahun, yakni 13.310 orang tewas, 35.478 terluka, dan 311 orang hilang (The New York Times, 26/5/1988).

Tahun 2014 ketika Rusia menganeksasi Krimea lewat aksi militer yang berlangsung antara 20 Februari – 26 Maret, satu bulan enam hari, korban tewas enam orang, termasuk tiga pemrotes pro-Rusia dan seorang pro-Ukraina, sisanya tentara.

Itulah gambaran kecil keganasan perang, yang kemungkinan senyatanya lebih buruk dan akan semakin buruk, bahkan mengerikan karena hingga kini perang terus berlanjut.

Kata Paus Johanes Paulus II, perang pada umumnya tidak menyelesaikan masalah yang mereka perjuangkan dan oleh karena itu, selain menyebabkan kerusakan yang mengerikan, mereka pada akhirnya terbukti sia-sia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com