Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat 3.500 Kasus Covid-19 dalam Sehari, China Akhirnya Kunci Sebagian Besar Shanghai

Kompas.com - 28/03/2022, 11:17 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

BEIJING, KOMPAS.com - China mulai mengunci sebagian besar kota terbesarnya di Shanghai pada Senin (28/3/2022) ketika wabah virus corona melonjak di tengah pertanyaan tentang kerugian ekonomi dari strategi nol-Covid negara itu.

Distrik keuangan Pudong Shanghai dan daerah sekitarnya akan dikunci dari Senin (28/3/2022) pagi hingga Jumat (1/4/2022), saat pengujian massal di seluruh kota berlangsung, kata pemerintah setempat.

Baca juga: Shanghai Tak Akan Lockdown meski Covid-19 Melonjak, Mulai Tinggalkan Strategi Nol-Covid?

Pada fase kedua penguncian, wilayah pusat kota yang luas di sebelah barat Sungai Huangpu yang membelah kota kemudian akan memulai penguncian lima hari sendiri pada Jumat (28/3/2022).

Warga akan diminta untuk tinggal di rumah dan pengiriman akan ditinggalkan di pos pemeriksaan, untuk memastikan tidak ada kontak dengan dunia luar.

Kantor dan semua bisnis yang tidak dianggap penting akan ditutup dan transportasi umum ditangguhkan.

Sudah banyak komunitas di kota berpenduduk 26 juta tersebut telah dikunci. Penduduknya diharuskan untuk melakukan beberapa tes untuk Covid-19. Taman hiburan Disney Shanghai adalah salah satu bisnis yang tutup lebih awal.

Shanghai mendeteksi 3.500 kasus infeksi lainnya pada Minggu (27/3/2022), meskipun semuanya kecuali 50 kasus adalah orang yang dites positif tetapi tidak menunjukkan gejala Covid-19.

China mengkategorikan kasus-kasus seperti itu secara terpisah dari "kasus yang dikonfirmasi" - kasus pada orang yang sakit. Alhasil laporan harian menunjukkan total yang jauh lebih rendah.

Baca juga: Khawatir Penguncian Covid-19, Warga Shanghai Panic Buying Borong Makanan

Dilansir dari AP, China melaporkan lebih dari 56.000 infeksi secara nasional bulan ini. Lonjakan terjadi di provinsi timur laut Jilin, yang menyebabkan sebagian besar dari kasus Covid-19 China.

Menanggapi wabah terbesarnya dalam dua tahun, China terus menegakkan apa yang disebutnya sebagai pendekatan "dinamis nol-Covid", sebagai strategi pencegahan paling ekonomis dan efektif terhadap Covid-19.

Itu membutuhkan penguncian dan pengujian massal, dengan kontak dekat sering dikarantina di rumah atau di fasilitas pemerintah pusat.

Strategi tersebut berfokus pada pemberantasan penularan virus oleh komunitas secepat mungkin, terkadang dengan mengunci seluruh kota.

Para pejabat, termasuk pemimpin Partai Komunis Xi Jinping mendorong tindakan yang lebih terarah. Namun pejabat lokal cenderung mengambil pendekatan yang lebih ekstrem, khawatir akan dipecat atau dihukum karena tuduhan gagal mencegah wabah.

Dengan pertumbuhan ekonomi China yang sudah melambat, langkah-langkah ekstrem dipandang memberikan kesulitan yang semakin parah, menyerang lapangan kerja, konsumsi, dan bahkan rantai pasokan global.

Baca juga: Dua Tahun Penanganan Covid-19 China Tak Berubah, Warga China Mulai Suarakan Frustrasi

Tingkat vaksinasi di China sekitar 87 persen, namun persentase penerimaannya jauh lebih rendah di antara orang tua.

Data nasional yang dirilis awal bulan ini menunjukkan bahwa lebih dari 52 juta orang berusia 60 tahun ke atas belum divaksinasi dengan vaksin Covid-19 apa pun.

Tingkat booster juga rendah, dengan hanya 56,4 persen orang berusia antara 60-69 yang telah menerima suntikan booster, dan 48,4 persen orang berusia antara 70-79 yang telah menerimanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com