Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perang Itu Sudah Sebulan

Sudah sebulan, jutaan orang Ukraina mengungsi mencari selamat ke negara tetangga: ribuan orang tewas, ribuan orang terluka. Sudah sebulan rakyat sipil menderita.

Dan, sudah sebulan dunia tak berdaya dipermainkan Rusia.

Kecaman dan kutukan datang bertubi-tubi dari segala penjuru dunia, dialamatkan ke Rusia, memang.

Majelis Umum PBB sudah menerbitkan resolusi yang didukung 141 negara anggota, yang mengutuknya dan menuntut pernarikan pasukan secara penuh, memang.

Mahkamah Internasional pun memerintahkan agar Rusia menghentikan operasi militernya, memang.

Dan, sanksi ekonomi sudah dijatuhkan AS dan negara-negara Eropa, juga negara lain, memang. Bahkan, akan terus ditambah.

Sejumlah negara memberikan bantuan militer kepada Ukraina, memang. Banyak perusahaan bereaksi terhadap invasi militer itu.

Menurut Yale School of Management (25 Maret 2022) sebanyak 172 perusahaan memutuskan keluar dari Rusia (withdrawal); 195 perusahaan sementara membatasi operasi sambil menunggu opsi untuk beroperasi kembali (suspension); 31 perusahaan mengurangi aktivitas, sambil melanjutkan yang lain (scaling back).

Kemudian 56 perusahaan menunda rencana investasi/pengembangan/pemasaran di masa depan sambil melanjutkan bisnis substantif (buying time).

Tetapi 43 perusahaan menentang tuntutan untuk keluar/pengurangan kegiatan (digging in).

Bahkan, organisasi-organisasi olah raga dunia pun memberikan reaksi. Misalnya, FIFA melarang atlet-atlet Rusia ikut kompetisi, Women’s Tennis Association (WTA) menggangguhkan kemitraannya dengan Rusia, World Athletics Council (WAC) melarang semua atlet Rusia untuk ikut kompetisi.

Selain itu World Boxing Association (WBA) melarang semua petinju Rusia ikut kompetisi, World Boxing Council (WBC) menangguhkan petinju Rusia bertarung memperebutkan gelar, World Boxing Organization (WBO) melarang semua petinju Rusia ikut kompetisi.

Kemudian Wolrd Rugby Union (WRU) melarang semua atlet Rusia ikut kompetisi, International Cycling Union (ICU) melarang semua atlet Rusia ikut kompetisi, dan International Tennis Federation (ITF) menangguhkan kemitraannya dengan Rusia.

Kata Presiden Ukraina Zelenesky, juga OHCHR, serta Kementerian Pertahanan Rusia, hingga pada tanggal 24 Maret lalu, jumlah korban mencapai 2.421 orang: 925 tewas (termasuk 75 anak-anak) dan 1.496 luka-luka (termasuk 99 anak-anak).

Sebanyak 1.300 tentara Ukraina tewas di medan tempur; Rusia kehilangan 26.014 tentara.

Menurut Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) jumlah yang sesungguhnya bisa lebih tinggi.

Tetapi, hari Jumat (25/3), deputi kepala staf umum militer Rusia menyatakan 1.351 tentara Rusia tewas; 3.800 tentara terluka.

Sebelumnya NATO memperkirakan jumlah tentara Rusia yang tewas antara 7.000 – 15.000 orang.

Jika perkiraan NATO benar, itu berarti Rusia lebih banyak kehilangan tentaranya di Ukraina dalam tempo sebulan ketimbang di Afganistan selama 10 tahun, yakni 13.310 orang tewas, 35.478 terluka, dan 311 orang hilang (The New York Times, 26/5/1988).

Tahun 2014 ketika Rusia menganeksasi Krimea lewat aksi militer yang berlangsung antara 20 Februari – 26 Maret, satu bulan enam hari, korban tewas enam orang, termasuk tiga pemrotes pro-Rusia dan seorang pro-Ukraina, sisanya tentara.

Itulah gambaran kecil keganasan perang, yang kemungkinan senyatanya lebih buruk dan akan semakin buruk, bahkan mengerikan karena hingga kini perang terus berlanjut.

Kata Paus Johanes Paulus II, perang pada umumnya tidak menyelesaikan masalah yang mereka perjuangkan dan oleh karena itu, selain menyebabkan kerusakan yang mengerikan, mereka pada akhirnya terbukti sia-sia.

Tetapi, Rusia tak peduli akan semua itu. Rusia tetap membombardir Ukraina. Rusia tetap menggempur Ukraina dan merebut wilayah dan kota-kota di Ukraina.

Pesawat-pesawat tempurnya tetap mengebomi Ukraina. Rudal-rudalnya tetap juga menerjang berbagai bangunan.

Tragedi yang merobek-robek perdamaian Eropa. Perang telah mengubah peta Eropa. Ada banyak peristiwa besar di Eropa yang memunculkan wajah baru.

Pada tahun 1789 pecah Revolusi Perancis yang menandai ambruknya monarki dan lahirlah republik; pada tahun 1815 Kongres Vienna setelah berakhirnya Perang Napoleon menggariskan peta baru Eropa dengan memperbaiki keseimbangan kekuatan dan mengantarkan dekade perdamaian; pada tahun 1919 ditandatangani Perjanjian Versailler.

Perjanjian ini menandai lahirnya negara-bangsa yang berdaulat independen menggantikan kekaisaran multinasionl.

Lalu, pada tahun 1945 disepakati Perjanjian Yalta. Lewat perjanjian ini negara-negara besar sepakat pembagian Eropa menjadi Eropa Barat Eropa Timur yang ada di bawah “spheres of influence”-nya Uni Soviet.

Dan, pada tahun 1989, pecah revolusi demokratik di Eropa Timur yang didominasi Uni Soviet.

Revolusi demokratik ini merobek Tirai Besi; Uni Soviet ambruk, yang oleh Putin disebutnya sebagai “bencana terbesar abad ke-20.”

Nah, bencana apa yang akan terjadi setelah Rusia menginvasi Ukraina?

Tanggal 24 Februari 2022, pagi. Perang dimulai. Pagi itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan “Operasi Militer Khusus” ke Ukraina dengan tujuan "demiliterisasi dan denazifikasi".

Beberapa menit kemudian, rudal-rudal Rusia berebut menghantam berbagai bangunan di Ukraina.

Pesawat-pesawat tempur Rusia membabi-buta menembakkan rudal ke Ukraina. Dan, tak lama kemudian, pasukan Rusia menerobos perbatasan Ukraina dari tiga penjuru.

Mereka masuk dari Timur, Selatan (Krimea dan Donbas), dan Utara lewat Belarusia.

Dan, ibu kota Kyiv menjadi sasaran gempuran rudal dan pesawat tempur. Bahkan wilayah Ukraina barat mendapat bagian gempuran.

Apa sesungguhnya yang melatari Putin memerintahkan tentaranya menyerang Ukraina? Tidak mudah untuk menjawab pertanyaan itu.

Semula Moskwa mengatakan, “Operasi Militer Khusus” dilakukan untuk “demiliterisasi” dan “denazifikasi” untuk melindungi para korban intimidasi dan genosida yang selama delapan tahun dilakukan pemerintah Ukraina.

“Bukan rencana kami untuk menduduki wilayah Ukraina. Kami tidak bermaksud memaksakan apapun kepada siapapun dengan paksa," tegasnya (www.bbc.com).

Lalu muncul teori aksi militer itu sebagai reaksi Rusia terhadap perluasan NATO ke timur dan peringatan pada Ukraina jangan pernah sekali-kali berani memutuskan untuk bergabung dengan NATO.

Moskwa menganggap perluasan itu sebagai pelanggaran, yakni melanggar “garis merah”.

Selama ini Rusia selalu menyatakan bahwa AS dan NATO telah berjanji tidak akan berekspansi ke timur, di luar perbatasan bekas Jerman Timur, di akhir era Perang Dingin.

Rusia berasumsi bahwa negara-negara itu tidak dapat memilih sendiri aliansi (militer) mana yang akan mereka masuki.

Sementara AS dan NATO berpendapat bahwa Rusia tidak dapat memutuskan siapa yang bergabung dengan aliansi militer itu. Negara-negara itu memiliki kebebasan penuh untuk memilih. Tetapi, Rusia tidak bisa menerima itu (Alexandra M. Vacroux, 2022).

Maka sebelum berlanjut, Putin memutuskan untuk masuk Ukraina. Apalagi, pertama, Putin percaya bahwa Barat sedang mengalami kemunduran kronis, dilemahkan oleh perpecahan internal dan dendam ideologis.

Terpilihnya Donald Trump dan Brexit, dilihatnya sebagai buktinya. Munculnya pemerintahan otoriter sayap kanan di Polandia dan Hongaria adalah bukti lebih lanjut dari disintegrasi nilai-nilai dan institusi liberal.

Penarikan memalukan AS dari Afghanistan adalah bukti dari memudarnya kekuatan, menarik diri dari panggung dunia.

Kedua, Putin tidak percaya bahwa serangkaian pemberontakan demokratis di bekas Republik Soviet—Georgia (2003), Ukraina (2004-5), dan Kirgistan (2005)—merupakan ekspresi otentik dari kehendak rakyat.

Ia tidak percaya itu. Sebab, masing-masing ditujukan untuk menyingkirkan pemerintah pro-Moskwa yang korup dan tidak populer.

Di mata Putin, tampak jelas bahwa pergolakan itu pekerjaan badan-badan intelijen asing, khususnya AS dan Inggris. Tujuannya adalah untuk memperluas demokratisasi ke timur. Ini berarti pengepungan Rusia.

Belakangan muncul teori, bahwa operasi militer itu dimaksudkan untuk mewujudkan impian Putin memulihkan Kekaisaran Rusia, menggabungkan Rusia Besar (Rusia),

Rusia Kecil (Ukraina), dan Rusia Putih (Belarusia) yang dahulu sangat diyakini adalah satu kesatuan. Itu akan diwujudkan lagi di bawah kepemimpinan Rusia (Rusia Raya).

Inilah yang oleh Putin—seperti di era para Tsar—disebut sebagai bangsa pan-Rusia atau obshcherusskiy narod (Taras Kuzio, 2022).

Maka Putin selalu menyatakan, bahwa ‘Rusia dan Ukraina adalah satu bangsa’.

Tetapi, apakah semua itu? Sesungguhnya apa yang mendorong Putin memutuskan untuk menginvasi Ukraina? Tidak ada yang tahu persis, kecuali Putin tentunya.

Ada yang mengatakan, untuk mengetahui mengapa hal itu terjadi perlu menggali hingga 1.300 tahun sejarah keduanya.

Kedua negara berawal kerajaan abad pertengahan yang sama, yang disebut Kyivan Rus.

Didirikan pada tahun 800-an oleh sekelompok Viking, Varangian, yang datang dari Eropa Utara. Kyivan Rus membentang apa di wilayah yang sekarang Rusia dan Ukraina.

Dan orang-orangnya, Slavia, adalah nenek moyang dari Rusia dan Ukraina saat ini. Ibu kotanya adalah kota Kyiv – Kyiv yang sama yang sekarang menjadi Ibu Kota Ukraina.

Moskwa, Ibu Kota Rusia saat ini, juga merupakan bagian dari Kyivan Rus. Maka Putin mengatakan, “Kita bersaudara.”

Apa pun alasannya, perang itu menimbulkan penderitaan rakyat. Orang bisa mengatakan bahwa tidak ada yang lebih bodoh, brutal, kejam, tak berperikemanusiaan yang pernah ada kecuali perang.

Meskipun kata Carl von Clausewitz, perang adalah kelanjutan dari kebijakan dengan cara lain. Perang adalah sarana untuk mencapai tujuan: Apa tujuan Putin?

Itu pertanyaannya yang belum terjawab. Apa pun, ia akan tercatat dalam sejarah peradaban manusia sebagai salah satu tokoh pemicu perang.

Kata Presiden AS Joe Biden, Putin adalah seorang agresor. Bahkan, “Saya rasa ia seorang penjahat perang, war criminal,” kata Joe Biden (CNN, 211/3).

Perang itu sudah sebulan lebih….

https://www.kompas.com/global/read/2022/03/28/112237170/perang-itu-sudah-sebulan

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Global
Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Internasional
Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Global
Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Global
Taiwan Minta Dukungan Indonesia di Tengah Latihan Militer China

Taiwan Minta Dukungan Indonesia di Tengah Latihan Militer China

Global
Israel Mengelak Serangannya ke Rafah Sebabkan Kebakaran Mematikan

Israel Mengelak Serangannya ke Rafah Sebabkan Kebakaran Mematikan

Global
[POPULER GLOBAL] Serangan Israel Bakar Hidup-hidup Pengungsi | Biden Terkesan Membela

[POPULER GLOBAL] Serangan Israel Bakar Hidup-hidup Pengungsi | Biden Terkesan Membela

Global
Terungkap Identitas Penjual Sotong di Thailand yang Viral karena Mirip Aktor Keanu Reeves

Terungkap Identitas Penjual Sotong di Thailand yang Viral karena Mirip Aktor Keanu Reeves

Global
Di Tengah Kemarahan Global, Israel Serang Kamp Pengungsi Lagi di Rafah, 21 Orang Tewas

Di Tengah Kemarahan Global, Israel Serang Kamp Pengungsi Lagi di Rafah, 21 Orang Tewas

Global
Di Tengah Kecaman Global, Tank-tank Israel Diam-diam Telah Capai Pusat Kota Rafah

Di Tengah Kecaman Global, Tank-tank Israel Diam-diam Telah Capai Pusat Kota Rafah

Global
Bagaimana China Membantu Rusia Hadapi Dampak Sanksi Barat?

Bagaimana China Membantu Rusia Hadapi Dampak Sanksi Barat?

Internasional
Saat 145 Negara Kini Akui Negara Palestina...

Saat 145 Negara Kini Akui Negara Palestina...

Global
Produsen Susu Australia Lirik Peluang dari Program Makan Siang Gratis Prabowo

Produsen Susu Australia Lirik Peluang dari Program Makan Siang Gratis Prabowo

Global
Keluh Kesah Warga Jepang soal Turis Gunung Fuji, Kini Pemandangan Ditutup

Keluh Kesah Warga Jepang soal Turis Gunung Fuji, Kini Pemandangan Ditutup

Global
Spanyol dan Norwegia Resmi Akui Negara Palestina, Irlandia Segera Menyusul

Spanyol dan Norwegia Resmi Akui Negara Palestina, Irlandia Segera Menyusul

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke