Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Pilpres Korea Selatan: Mantan Jaksa Yoon Suk Yeol Menang Jadi Presiden Selanjutnya

Kompas.com - 10/03/2022, 09:44 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

SEOUL, KOMPAS.com - Kandidat oposisi konservatif dan mantan jaksa Yoon Suk-yeol meraih kemenangan dalam pemilihan presiden Korea Selatan dalam pengumuman pada Rabu (10/3/2022).

Kemenangannya membentuk kembali masa depan politik negara terbesar keempat ekonomi Asia itu, di tengah gelombang ketidakpuasan atas kebijakan ekonomi, skandal, dan perang gender.

Baca juga: Pilpres Korea Selatan Dimulai, Dua Kandidat Jadi Favorit Juara

Pemilihan umum pada Rabu (9/3/2022) yang sengit menunjukkan adanya dorongan perubahan haluan yang luar biasa bagi blok konservatif utama Korea Selatan, yang sekarang dikenal sebagai Partai Kekuatan Rakyat.

Partai itu telah berjuang untuk mengumpulkan kembali kekuatan sejak pemilihan cepat 2017 diadakan, setelah pemakzulan dan penggulingan Presiden saat it, Park Geun-hye.

Yoon telah berjanji memberantas korupsi, mendorong keadilan dan menciptakan lapangan permainan ekonomi yang lebih setara, sambil mencari "tombol reset" dengan China.

Dia juga menjanjikan menunjukkan sikap yang lebih keras terhadap Korea Utara yang tertutup, yang telah mencetak rekor peluncuran rudal dalam beberapa bulan terakhir.

Yoon Suk Yeol menghadapi tantangan untuk menyatukan negara berpenduduk 52 juta jiwa, yang terbelah oleh perbedaan gender dan generasi, meningkatnya ketidaksetaraan, dan melonjaknya harga rumah.

"Harga real estat, kebijakan perumahan, pekerjaan, dan kebijakan pajak akan menjadi agenda domestiknya," kata Duyeon Kim, pakar Center for a New American Security yang berbasis di Seoul sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: Dari Skandal hingga Rudal, Sederet Isu Menanti Tanggapan Presiden Korea Selatan yang Baru

Menurutnya, Presiden baru Korea Selatan perlu memulihkan kepercayaan publik pada lembaga-lembaga Korea dan kemungkinan akan melakukan "pembersihan rumah" besar-besaran, dengan menindaklanjuti janji kampanye untuk menyelidiki korupsi pemerintahan Presiden Moon Jae-in.

Yoon Suk Yeol (60 tahun) akan menggantikan petahana Moon, dari Partai Demokrat kiri-tengah, yang secara konstitusional terbatas pada satu masa jabatan yang akan berakhir pada Mei.

Mantan jaksa agung ini awalnya ditunjuk oleh Moon sebelum lengser, dan mendapatkan ketenaran atas penyelidikan korupsi oleh pejabat pembantu presiden. Kurangnya pengalaman politik capres terpilih Yoon sementara itu dilihat sebagai akuntabilitas dan aset.

Kampanyenya ditandai dengan kesalahan dan kontroversi. Tapi dia diuntungkan karena perlombaan menjadi referendum tentang kebijakan ekonomi Moon, mulai soal lapangan kerja, perumahan hingga ketidaksetaraan kekayaan.

"Saya akan memperhatikan mata pencaharian masyarakat, memberikan pelayanan kesejahteraan yang hangat kepada yang membutuhkan, dan melakukan upaya terbaik agar negara kita berfungsi sebagai anggota komunitas internasional dan dunia bebas yang bangga dan bertanggung jawab," kata Yoon pada upacara kemenangan bersama para pendukungnya.

Kandidat presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol dari oposisi utama People Power Party berpose untuk foto sebelum debat televisi untuk pemilihan presiden 9 Maret mendatang di studio KBS di Seoul pada Rabu, 2 Maret 2022. AP PHOTO/JUNG YEON JE Kandidat presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol dari oposisi utama People Power Party berpose untuk foto sebelum debat televisi untuk pemilihan presiden 9 Maret mendatang di studio KBS di Seoul pada Rabu, 2 Maret 2022.

Baca juga: Exit Poll Pilpres Korea Selatan, Yoon Suk Yeol Unggul 0,6 Poin dari Lee Jae Myung

Pemilihan Presiden Korea Selatan 2022 adalah salah satu yang paling ketat dalam sejarah baru-baru ini. Prosesnya terjadi setelah kampanye pahit yang luar biasa yang dirusak oleh skandal dan noda.

Peringkat ketidaksetujuan kedua kandidat cocok dengan popularitas mereka, dengan skandal, fitnah, dan kesalahan mendominasi apa yang masyarakan Korea Selatan juluki sebagai "pemilihan yang tidak disukai".

Halaman:

Terkini Lainnya

Putin Usul Gantikan Menhan Sergei Shoigu dengan Ekonom Sipil

Putin Usul Gantikan Menhan Sergei Shoigu dengan Ekonom Sipil

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com