Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hasil Pilpres Korea Selatan: Mantan Jaksa Yoon Suk Yeol Menang Jadi Presiden Selanjutnya

SEOUL, KOMPAS.com - Kandidat oposisi konservatif dan mantan jaksa Yoon Suk-yeol meraih kemenangan dalam pemilihan presiden Korea Selatan dalam pengumuman pada Rabu (10/3/2022).

Kemenangannya membentuk kembali masa depan politik negara terbesar keempat ekonomi Asia itu, di tengah gelombang ketidakpuasan atas kebijakan ekonomi, skandal, dan perang gender.

Pemilihan umum pada Rabu (9/3/2022) yang sengit menunjukkan adanya dorongan perubahan haluan yang luar biasa bagi blok konservatif utama Korea Selatan, yang sekarang dikenal sebagai Partai Kekuatan Rakyat.

Partai itu telah berjuang untuk mengumpulkan kembali kekuatan sejak pemilihan cepat 2017 diadakan, setelah pemakzulan dan penggulingan Presiden saat it, Park Geun-hye.

Yoon telah berjanji memberantas korupsi, mendorong keadilan dan menciptakan lapangan permainan ekonomi yang lebih setara, sambil mencari "tombol reset" dengan China.

Dia juga menjanjikan menunjukkan sikap yang lebih keras terhadap Korea Utara yang tertutup, yang telah mencetak rekor peluncuran rudal dalam beberapa bulan terakhir.

Yoon Suk Yeol menghadapi tantangan untuk menyatukan negara berpenduduk 52 juta jiwa, yang terbelah oleh perbedaan gender dan generasi, meningkatnya ketidaksetaraan, dan melonjaknya harga rumah.

"Harga real estat, kebijakan perumahan, pekerjaan, dan kebijakan pajak akan menjadi agenda domestiknya," kata Duyeon Kim, pakar Center for a New American Security yang berbasis di Seoul sebagaimana dilansir Reuters.

Menurutnya, Presiden baru Korea Selatan perlu memulihkan kepercayaan publik pada lembaga-lembaga Korea dan kemungkinan akan melakukan "pembersihan rumah" besar-besaran, dengan menindaklanjuti janji kampanye untuk menyelidiki korupsi pemerintahan Presiden Moon Jae-in.

Yoon Suk Yeol (60 tahun) akan menggantikan petahana Moon, dari Partai Demokrat kiri-tengah, yang secara konstitusional terbatas pada satu masa jabatan yang akan berakhir pada Mei.

Mantan jaksa agung ini awalnya ditunjuk oleh Moon sebelum lengser, dan mendapatkan ketenaran atas penyelidikan korupsi oleh pejabat pembantu presiden. Kurangnya pengalaman politik capres terpilih Yoon sementara itu dilihat sebagai akuntabilitas dan aset.

Kampanyenya ditandai dengan kesalahan dan kontroversi. Tapi dia diuntungkan karena perlombaan menjadi referendum tentang kebijakan ekonomi Moon, mulai soal lapangan kerja, perumahan hingga ketidaksetaraan kekayaan.

Pemilihan Presiden Korea Selatan 2022 adalah salah satu yang paling ketat dalam sejarah baru-baru ini. Prosesnya terjadi setelah kampanye pahit yang luar biasa yang dirusak oleh skandal dan noda.

Peringkat ketidaksetujuan kedua kandidat cocok dengan popularitas mereka, dengan skandal, fitnah, dan kesalahan mendominasi apa yang masyarakan Korea Selatan juluki sebagai "pemilihan yang tidak disukai".

Yoon mengungguli Lee Jae-myung dari Partai Demokrat yang berkuasa dengan 48,6 persen suara dan menjadi 47,8 persen, dengan sekitar 99,8 persen suara dihitung pada pukul 5:30 pagi waktu setempat pada Kamis (10/3/2022).

Pengumuman resmi diharapkan akan dilakukan pada Kamis pagi.

Para analis menilai hasil tipis menunjukkan fakta bahwa kubu saingan Partai Demokrat masih akan mengendalikan Majelis Nasional. Artinya, sumpah Yoon untuk menyelidiki pemerintahan yang akan lengser bisa sulit bergerak melampaui kegagalan kebijakan dan pertempuran politik.

"Setelah pemilih yang terpecah menghasilkan pemerintahan yang terpecah, Seoul mungkin berjuang untuk mengejar kebijakan reformasi daripada politik pembalasan," kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul.

Menghadapi Krisis

Kekalahan Lee menimbulkan keraguan pada warisan Presiden Moon yang akan lengser. Termasuk upaya khasnya untuk terlibat dengan Korea Utara, yang sebagian besar terhenti sejak pembicaraan gagal dilanjutkan pada 2019.

Presiden baru kemungkinan akan segera menghadapi krisis dengan Pyongyang, yang tampaknya bersiap meluncurkan satelit mata-mata.

Korea Utara juga telah mengisyaratkan upaya untuk melanjutkan pengujian rudal balistik antarbenua jarak jauh atau senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.

Yoon telah berjanji untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Amerika Serikat (AS) - satu-satunya sekutu perjanjian Korea Selatan - dalam menghadapi peningkatan aktivitas rudal oleh Korea Utara dan persaingan dengan China, yang merupakan mitra dagang terbesar Korea Selatan.

Gedung Putih memberi selamat kepada Yoon, dengan mengatakan bahwa Presiden Joe Biden berharap dapat bekerja sama dengannya untuk meningkatkan aliansi.

"Kita bisa mengharapkan agar berjalan lebih lancar dan selaras untuk sebagian besar masalah Korea Utara, China, dan regional dan global," kata Kim dari Center for a New American Security.

Lebih dari 77 persen dari 44 juta pemilih yang memenuhi syarat di Korea Selatan memberikan suara untuk memilih pemimpin mereka berikutnya, meskipun ada lonjakan kasus Covid-19 baru yang belum pernah terjadi sebelumnya - dengan rekor 342.446 yang tercatat pada Rabu (9/3/2022).

Yoon mengatakan dia akan bekerja dengan partai-partai oposisi untuk menyembuhkan politik yang terpolarisasi dan mendorong persatuan.

"Kompetisi kami sudah berakhir untuk saat ini," katanya dalam pidato kemenangan, sembari berterima kasih dan menghibur Lee dan saingan lainnya. "Kita harus bergandengan tangan dan bersatu menjadi satu untuk rakyat dan negara."

Lee telah mengakui kekalahan dan memberi selamat kepada lawannya.

"Saya melakukan yang terbaik, tetapi gagal memenuhi harapan Anda," katanya pada konferensi pers, menyalahkan "kekurangannya".

https://www.kompas.com/global/read/2022/03/10/094400270/hasil-pilpres-korea-selatan-mantan-jaksa-yoon-suk-yeol-menang-jadi

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Global
[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

Global
Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Global
Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke