Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Skandal hingga Rudal, Sederet Isu Menanti Tanggapan Presiden Korea Selatan yang Baru

Kompas.com - 09/03/2022, 15:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

SEOUL, KOMPAS.com - Pemilihan Presiden (Pilpres) Korea Selatan pada Rabu (9/3/2022) akan memilih pemimpin baru untuk mandat lima tahun, guna mengatasi ketimpangan ekonomi yang semakin dalam, dan harga perumahan yang mencapai level tertinggi di bawah Presiden Moon Jae-in yang akan lengser.

Ada juga masalah KTT Korea Utara hingga pembicaraan yang terhenti dan uji coba rudal, keberhasilan Covid-19, melonjaknya harga rumah, dan skandal korupsi.

Berikut adalah beberapa masalah yang dipertaruhkan:

Baca juga: Pilpres Korea Selatan Dimulai, Dua Kandidat Jadi Favorit Juara

Harga rumah

Di Seoul dan wilayah metropolitan yang lebih luas, yang merupakan rumah bagi sekitar setengah dari populasi Korea Selatan, harga rata-rata apartemen naik dua kali lipat sejak 2017 menjadi 1,26 miliar won (Rp 15 miliar) pada Januari.

Dampak dari sekitar 26 set tindakan yang diluncurkan Moon selama lima tahun terakhir untuk mendinginkan harga, termasuk pembatasan hipotek yang lebih ketat dan pajak capital gain, telah memperburuk situasi.

Pemilih muda

Dilansir dari Reuters, ketidakpuasan atas situasi ekonomi telah membuat banyak pemilih muda yang awalnya mendukung Moon berpaling, menurut jajak pendapat.

Mereka terdiri dari generasi yang hilang namun dilihat banyak orang muncul sebagai kelompok pemungutan suara utama, yang dapat mengayunkan pemilihan presiden tahun ini.

Salah satu kelompok terbesar yang meninggalkan Moon adalah para pemuda, yang mengatakan seruan presiden untuk kesetaraan gender sudah ketinggalan zaman, dan salah tempat. Terutama dalam lingkungan yang kompetitif di mana semua pria muda harus menyelesaikan wajib militer, yang dinilai menempatkan mereka di belakang wanita.

Baca juga: 11 Negara Kecam Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara

Kesenjangan upah gender Korea Selatan adalah yang terbesar di antara negara Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).

Skandal korupsi juga telah membuat banyak anak muda Korea Selatan kecewa dengan Partai Demokrat yang berkuasa di bawah Moon.

Utang rumah tangga

Pada Juni 2021, rasio utang rumah tangga terhadap PDB Korea Selatan sebesar 105,8 persen. Ini adalah salah satu yang tertinggi di dunia, dan hampir dua kali lipat rata-rata di antara negara-negara maju Kelompok 20 (G20).

Warga Korea Selatan telah meminjam lebih dari sebelumnya, dan pembuat kebijakan semakin khawatir tumpukan utang 1.845 triliun won (Rp 21,5 triliun) bisa menjadi masalah dalam jangka panjang karena kenaikan suku bunga.

Baca juga: Bagaimana Film-film Korea Selatan Mendominasi Industri Perfilman Dunia

Pekerjaan

Rata-rata 173.000 pekerjaan diciptakan setiap tahun sejak 2017, menurut data pemerintah. Jumlahnya jauh dari janji Moon untuk menambah lebih dari 500.000 pekerjaan sektor swasta setiap tahun.

Upah minimum di Korea Selatan telah meningkat 41,6 persen menjadi 9.160 won (106.665) per jam tahun ini dari tahun 2017. Selama itu produsen memindahkan 180.000 pekerjaan ke lokasi lepas pantai, menurut data dari Federasi Industri Korea.

Respons Covid-19

Korea Selatan menghadapi wabah virus corona skala besar pertama di luar China pada awal 2020. Tetapi kampanye pengujian, penelusuran, dan karantina yang agresif dari Moon membantu Korea Selatan menjaga kasus dan jumlah kematian tetap rendah, tanpa penguncian besar-besaran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com