Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Selatan Sebut Rudal Balistik, Korea Utara Klaim Hanya Uji Coba Satelit Pengintai

Kompas.com - 06/03/2022, 12:29 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

PYONGYANG, KOMPAS.com - Korea Utara melakukan "tes penting lainnya" terhadap pengembangan satelit pengintai, lapor media pemerintah Korea Utara KCNA pada Minggu (6/3/2022).

Tetapi, para analis memperingatkan bahwa itu adalah peluncuran rudal balistik terselubung, hanya beberapa hari sebelum Korea Selatan memilih presiden baru.

Pilpres Korea Selatan sedianya akan diadakan pada Rabu (9/3/2022).

Dari rudal balistik hipersonik hingga jarak menengah, Korea Utara telah melakukan serangkaian uji coba persenjataan terlarang pada Januari 2022.

Baca juga: Korea Utara Diduga Tembakkan Rudal Balistik Jelang Pilpres Korea Selatan

Korea Utara pada pekan lalu meluncurkan apa yang diklaimnya sebagai komponen "satelit pengintai". Namun, Korea Selatan menggambarkannya sebagai rudal balistik lain.

Korea Utara berada di bawah sanksi internasional untuk program senjata nuklirnya, tetapi peluncuran satelit tidak tunduk pada tingkat pembatasan yang sama, meskipun mereka menggunakan banyak teknologi yang sama.

Pengembangan satelit pengintai militer -bersama dengan senjata hipersonik yang diuji pada Januari- secara resmi merupakan salah satu proyek pertahanan utama Korea Utara, seperti yang digariskan oleh pemimpin Kim Jong Un tahun lalu.

"Administrasi Pengembangan Dirgantara Nasional (NADA) DPRK dan Akademi Ilmu Pertahanan melakukan tes penting lainnya pada Sabtu (5/3/2022), di bawah rencana pengembangan satelit pengintai," kata kantor berita KCNA, menggunakan akronim nama resmi Korea Utara.

"Melalui pengujian, NADA mengknfirmasi keandalan transmisi data dan sistem penerimaan satelit, sistem komando kontrol dan berbagai sistem kontrol berbasis darat," tambah keterangan NADA.

Korea Selatan mengatakan pada Sabtu, bahwa mereka percaya tes yang dilakukan Korea Utara hanya beberapa hari sebelum negara itu menggelar Pilpres adalah peluncuran rudal balistik.

Baca juga: UEA Cegat 2 Rudal Balistik yang Ditembakkan Houthi dari Yaman

Korea Utara telah menggandakan upaya pemimpin Kim untuk memodernisasi militernya karena mengabaikan tawaran pembicaraan AS dan mengancam untuk meninggalkan moratorium yang diberlakukan sendiri untuk pengujian rudal jarak jauh dan senjata nuklir.

“Karena satelit dan ICBM sama di dalam dan di luar, peluncuran satelit akan membawa semenanjung Korea kembali ke puncak ketegangan yang terlihat pada 2017,” ungkap Yang Moo-jin, seorang profesor di Universitas Studi Korea Utara di Seoul, mengatakan .

Namun, Yang menambahkan dua tes bulan ini mungkin juga merupakan pesan ke AS. Ini dianggap menjadi cara bagi Korea Utara untuk secara implisit mencari konsesi sehingga mereka tidak harus melewati "garis merah" peluncuran ICBM.

Korea Utara telah mematuhi moratorium pengujian ICBM dan senjata nuklir sejak pemimpin Kim Jong Un memulai serangkaian keterlibatan diplomatik tingkat tinggi dengan presiden AS saat itu Donald Trump pada 2017.

Pembicaraan kemudian gagal dan diplomasi telah merana sejak itu, meskipun ada upaya oleh pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk menawarkan pembicaraan.

Baca juga: Korea Utara Salahkan AS atas Krisis Ukraina

"Ada ketidakpastian bagi Korea Utara jika melewati garis merah karena tidak tahu bagaimana pemerintahan Biden akan merespons," kata Park Won-gon, profesor di Ewha Womans University di Seoul.

Apalagi, dengan perang di Ukraina yang mendominasi berita utama global, Korea Utara tidak ingin dibayangi.
"Pyongyang ingin melakukan peluncuran pada waktu dan lingkungan yang paling menarik perhatian," tambah Park.

Lim Eul-chul, seorang profesor studi Korea Utara di Universitas Kyungnam di Seoul, mengatakan pemilihan presiden Korea Selatan yang akan datang tampaknya membangkitkan "kecemasan atas keamanannya" Korea Utara.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com