Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Varian Omicron Menyebar Sangat Cepat dan Bisa Membuat Kewalahan

Kompas.com - 15/12/2021, 15:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Varian Omicron sedang menyebar di seluruh dunia dengan tingkat kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kasus-kasus varian baru virus corona yang sangat banyak bermutasi itu telah terlacak di 77 negara. Namun, dalam sebuah jumpa pers, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan ada kemungkinan banyak negara yang belum mendeteksinya.

Tedros mengaku prihatin bahwa upaya yang dilakukan untuk membendung varian tersebut belum cukup.

Baca juga: Terpukul Hebat Varian Delta, Begini Cara India Hadapi Ancaman Varian Omicron

"Tentu sekarang kita telah belajar bahwa kita meremehkan virus ini yang kemudian membahayakan kita. Bahkan jika Omicron tidak menimbulkan penyakit yang parah, banyaknya jumlah kasus bisa kembali membuat kewalahan sistem kesehatan yang tidak siap," ujarnya.

Varian Omicron pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada November lalu. Negara itu kemudian mencatat kenaikan jumlah kasus Covid.

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa pun teruji positif mengidap Covid-19 dan kini menjalani isolasi dengan gejala ringan.

Sejumlah negara, termasuk Indonesia, menerapkan larangan perjalanan terhadap warga dari Afrika Selatan dan negara-negara tetangganya menyusul kemunculan Omicron. Namun, langkah ini gagal menghentikan penyebaran varian itu.

Baca juga: Profesor Inggris Peringatkan Varian Omicron Berpotensi Picu Lonjakan Kasus Rawat Inap

Korban meninggal pertama akibat Omicron

Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan kepada para anggota parlemen bahwa 20 persen dari seluruh kasus Covid di Inggris disebabkan varian Omicron. Artinya, ada 4.713 kasus varian Omicron yang terkonfirmasi di Inggris per Senin (13/12/2021).

Namun, Javid menuturkan, Lembaga Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), memperkirakan jumlah kasus Covid akibat varian Omicron saat ini mencapai sekitar 200.000.

Kasus Covid akibat varian Omicron telah meningkat hingga lebih dari 44 persen di London dan diperkirakan bakal menjadi varian yang dominan di kota tersebut dalam 48 jam ke depan, kata Javid.

Baca juga: Studi di AS: Tanpa Dosis Booster, Vaksin Covid-19 Kurang Efektif Lawan Omicron

Sedikitnya satu orang telah meninggal di Inggris akibat varian Omicron, menurut Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Sementara itu, pemerintah Italia telah memberlakukan keadaan darurat sampai 31 Maret 2022 sebagai langkah mengantisipasi varian Omicron.

Di Belanda, pemerintah setempat akan menutup seluruh sekolah dasar sepekan sebelum Natal, guna mencegah penularan.

Baca juga: Gerak Cepat Singapura Hadapi Gelombang Omicron, Tingkatkan ICU dan Genjot Pengetesan

Kesetaraan vaksin

Dalam jumpa pers Tedros kembali menegaskan kekhawatiran soal kesetaraan vaksin setelah sejumlah negara menerapkan penyuntikan vaksin dosis ketiga alias booster guna mencegah penularan varian Omicron.

Sejumlah kajian baru-baru ini memperlihat vaksin Pfizer/BioNTech memproduksi antibodi penetralisir Omicron dalam jumlah yang jauh lebih sedikit ketimbang saat melawan galur awal virus corona. Namun, kekurangan ini bisa dibantu dengan dosis ketiga.

Tedros mengatakan booster "bisa memainkan peranan penting" dalam memerangi penyebaran Covid-19, namun hal itu adalah "masalah prioritas".

Baca juga: Pil Covid Pfizer Diklaim Efektif Melawan Varian Omicron dan Mencegah Penyakit Parah

"Memberikan booster kepada kelompok rendah risiko terkena penyakit parah atau kematian hanya akan membahayakan nyawa mereka yang berisiko tinggi dan masih menunggu dosis pertama akibat kurangnya suplai," paparnya.

Pasokan ke program berbagi vaksin alias Covax telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Namun, para pejabat kesehatan khawatir dunia akan kembali kekurangan puluhan juta dosis vaksin seperti yang terjadi pada pertengahan tahun ini.

Di sejumlah negara miskin, orang-orang dari kelompok rentan bahkan belum menerima dosis vaksin pertama.

Baca juga: Israel Berlakukan Larangan Bepergian ke Inggris dan Denmark Terkait Varian Omicron

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com