Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persiapan Piala Dunia 2022 Qatar Disorot Soal Kematian Sejumlah Migran di Konstruksi Venue

Kompas.com - 22/11/2021, 11:58 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber NBC News

DOHA, KOMPAS.com - Persiapan ajang Piala Dunia 2022 Qatar mendapat sorotan dengan kematian migran dan tantangan hak asasi manusia di wilayah kerajaan Teluk.

Semakin banyak kritikus menuduh para pemimpin Qatar dan perusahaan konstruksi swasta berkontribusi melakukan eksploitasi sistemik terhadap pekerja migran.

Baca juga: Pemakaman Seorang Migran Yaman yang Meninggal Kedinginan di Perbatasan Belarus-Polandia

Beberapa di antaranya telah meninggal dalam keadaan yang tidak dapat dijelaskan saat membangun tempat-tempat sepak bola yang luas di bawah terik matahari.

Qatar mengeklaim telah melakukan reformasi ketenagakerjaan yang signifikan, untuk melindungi sekitar 2 juta orang tenaga kerja migran, diperkirakan 95 persen dari total populasi pekerja negara itu.

Sebelum fajar setiap hari, para pekerja yang biasanya dari India, Bangladesh, Nepal, Filipina, dan Kenya dibawa dengan bus dari akomodasi, untuk bekerja di stadion-stadion raksasa.

Perjalanan bisa memakan waktu berjam-jam, dan suhu secara teratur mencapai 38,8 derajat Celsius.

Sebuah laporan yang dirilis Jumat (19/11/2021) oleh Organisasi Perburuhan Internasional, sebuah badan PBB yang berkantor di Doha, mengatakan 50 pekerja migran di semua sektor meninggal dalam kecelakaan terkait pekerjaan tahun lalu.

Kebanyakan dari mereka jatuh atau mengalami kecelakaan lalu lintas. Namun laporan itu tidak memberikan data untuk tahun-tahun lainnya.

Selain itu, ada 38.000 cedera terkait pekerjaan tahun lalu, 500 diantaranya tergolong parah. Laporan itu tidak merinci berapa banyak migran yang terkait dengan Piala Dunia.

Baca juga: 7 Perempuan yang Disuruh Telanjang Saat Diperiksa Bandara Doha, Akan Gugat Qatar

Lebih lanjut menurut laporan itu, beberapa kematian terkait pekerjaan mungkin tidak dicatat dengan benar. Kurangnya informasi dan potensi kesalahan oleh anggota staf medis di garis depan berarti beberapa kematian terkait pekerjaan bahkan mungkin tidak tercatat.

Organisasi Buruh Internasional menyerukan peninjauan kembali tentang bagaimana kematian pria muda yang sehat dari "penyebab alami" diselidiki.

Kelompok hak asasi manusia Amnesty International menuduh bahwa pihak berwenang Qatar gagal menyelidiki ribuan kematian migran selama dekade terakhir, beberapa bahkan sebelum proyek Piala Dunia dimulai. Beberapa kematian diduga terkait dengan kondisi kerja yang tidak aman.

“Orang-orang ini tampaknya sehat, mereka telah lulus tes untuk bekerja di Qatar, namun mereka meninggal pada usia muda dan sertifikat kematian mereka hanya menyatakan penyebab alami, serangan jantung atau gagal pernapasan,” kata May Romanos, seorang peneliti hak pekerja di wilayah Teluk untuk Amnesty International.

“Masalahnya juga mengenai iklim di Qatar, mengingat panas dan kondisi cuacanya, dengan pekerja migran di lokasi pembangunan dan bekerja sebagai penjaga keamanan,” kata Romanos.

Qatar membantah temuan tersebut dan berpendapat bahwa statistik kematian dan keselamatan pekerja migran sejalan dengan standar internasional.

Baca juga: Setelah Unggah Video Mengaku Dapat Ancaman, Wanita Qatar Ini Hilang Secara Misterius

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com