Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tembakan Rudal Anti-satelit Rusia Tandai Babak Baru Perlombaan Senjata Luar Angkasa

Kompas.com - 18/11/2021, 11:50 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

Reagan memiliki program "Star Wars" yang menjanjikan rudal anti-rudal dan satelit berpemandu presisi yang memancarkan sinar laser atau gelombang mikro.

Banyak dari teknologi yang dibayangkan tidak layak. Namun dalam langkah penting, Pentagon menggunakan rudal untuk menghancurkan satelit yang gagal dalam uji coba pada 1985.

Sejak itu, para pesaing berusaha menunjukkan bahwa mereka memiliki keterampilan penargetan yang sama, yaitu China pada 2007 dan India pada 2019.

Setelah mencoba selama beberapa waktu, keberhasilan Rusia menembakan rudal anti-satelit pada Senin (15/11/2021) tidak mengejutkan bagi banyak ahli.

"Rusia tidak perlu meledakkan satelit untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk melakukannya," kata Isabelle Sourbes-Verger, pakar ruang angkasa di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis.

Itu adalah demonstrasi "bahwa jika perlu dalam tanggapan asimetris, Rusia tidak akan mengizinkan Amerika Serikat menjadi satu-satunya yang mengendalikan ruang angkasa," katanya.

Baca juga: Uji Coba Rudal Rusia Ledakkan Satelit Sendiri, Puing-puingnya Jadi Bahaya di Luar Angkasa

Satelit pengintai luar angkasa

Negara-negara sangat tertutup tentang kegiatan ruang angkasa militer mereka, dan karena banyak teknologi yang terlibat adalah penggunaan ganda (berguna untuk tujuan sipil dan pertahanan) kemampuan mereka tidak sepenuhnya jelas.

Namun perlombaannya sedemikian rupa sehingga pada 2019, tahun Pentagon mendirikan Angkatan Luar Angkasa, diyakini bahwa Rusia dan China memiliki potensi untuk melampaui AS.

“Mempertahankan dominasi Amerika di domain itu sekarang menjadi misi Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat,” kata Menteri Pertahanan saat itu Mark Esper.

Perlombaan senjata luar angkasa telah berkembang dari gagasan menghancurkan satelit dengan rudal atau satelit kamikaze, hingga menemukan cara untuk merusaknya dengan laser atau senjata gelombang mikro bertenaga tinggi.

Baca juga: AS Geram Rusia Tembakkan Rudal Anti-satelit yang Bahayakan Stasiun Luar Angkasa

Baik Rusia dan China telah mengembangkan satelit "pengintai luar angkasa" yang dapat dimanipulasi untuk mengganggu orang lain secara fisik, menurut Brian Chow, seorang analis kebijakan luar angkasa independen yang menghabiskan 25 tahun di think tank Rand Corp.

Dengan mempersenjatai robot, "mereka bisa mengintai satelit musuh dan memindahkannya ke tempat lain, atau membelokkan antena" untuk membuatnya tidak berguna, kata Chow.

Satelit-satelit pengintai itu tetap sedikit, tetapi penyebaran dua satelit Rusia untuk mengancam satelit AS pada 2020 menunjukkan bahwa teknologi senjata luar angkasa telah muncul.

China dan Amerika Serikat sama-sama memiliki program ultra-rahasia pesawat ruang angkasa kecil, reusable, robotik, bersayap, yang berpotensi digunakan dengan senjata luar angkasa dan merusak satelit musuh.

Negara-negara juga mengembangkan senjata luar angkasa berbasis di Bumi untuk mengganggu dan menipu sinyal satelit, dan menggunakan energi terarah untuk merusaknya.

Badan Intelijen Pertahanan AS mengatakan pada 2019 bahwa China memiliki 5 pangkalan militer dengan laser berbasis di Bumi yang dapat digunakan untuk menonaktifkan satelit musuh.

"Setiap satelit yang melewati China akan menjadi sasaran serangan," kata Chow.

Baca juga: Persaingan Perang Dingin di Berbagai Bidang: Ekonomi, Atom, hingga Luar Angkasa

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com