Reagan memiliki program "Star Wars" yang menjanjikan rudal anti-rudal dan satelit berpemandu presisi yang memancarkan sinar laser atau gelombang mikro.
Banyak dari teknologi yang dibayangkan tidak layak. Namun dalam langkah penting, Pentagon menggunakan rudal untuk menghancurkan satelit yang gagal dalam uji coba pada 1985.
Sejak itu, para pesaing berusaha menunjukkan bahwa mereka memiliki keterampilan penargetan yang sama, yaitu China pada 2007 dan India pada 2019.
Setelah mencoba selama beberapa waktu, keberhasilan Rusia menembakan rudal anti-satelit pada Senin (15/11/2021) tidak mengejutkan bagi banyak ahli.
"Rusia tidak perlu meledakkan satelit untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk melakukannya," kata Isabelle Sourbes-Verger, pakar ruang angkasa di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis.
Itu adalah demonstrasi "bahwa jika perlu dalam tanggapan asimetris, Rusia tidak akan mengizinkan Amerika Serikat menjadi satu-satunya yang mengendalikan ruang angkasa," katanya.
Baca juga: Uji Coba Rudal Rusia Ledakkan Satelit Sendiri, Puing-puingnya Jadi Bahaya di Luar Angkasa
Negara-negara sangat tertutup tentang kegiatan ruang angkasa militer mereka, dan karena banyak teknologi yang terlibat adalah penggunaan ganda (berguna untuk tujuan sipil dan pertahanan) kemampuan mereka tidak sepenuhnya jelas.
Namun perlombaannya sedemikian rupa sehingga pada 2019, tahun Pentagon mendirikan Angkatan Luar Angkasa, diyakini bahwa Rusia dan China memiliki potensi untuk melampaui AS.
“Mempertahankan dominasi Amerika di domain itu sekarang menjadi misi Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat,” kata Menteri Pertahanan saat itu Mark Esper.
Perlombaan senjata luar angkasa telah berkembang dari gagasan menghancurkan satelit dengan rudal atau satelit kamikaze, hingga menemukan cara untuk merusaknya dengan laser atau senjata gelombang mikro bertenaga tinggi.
Baca juga: AS Geram Rusia Tembakkan Rudal Anti-satelit yang Bahayakan Stasiun Luar Angkasa
Baik Rusia dan China telah mengembangkan satelit "pengintai luar angkasa" yang dapat dimanipulasi untuk mengganggu orang lain secara fisik, menurut Brian Chow, seorang analis kebijakan luar angkasa independen yang menghabiskan 25 tahun di think tank Rand Corp.
Dengan mempersenjatai robot, "mereka bisa mengintai satelit musuh dan memindahkannya ke tempat lain, atau membelokkan antena" untuk membuatnya tidak berguna, kata Chow.
Satelit-satelit pengintai itu tetap sedikit, tetapi penyebaran dua satelit Rusia untuk mengancam satelit AS pada 2020 menunjukkan bahwa teknologi senjata luar angkasa telah muncul.
China dan Amerika Serikat sama-sama memiliki program ultra-rahasia pesawat ruang angkasa kecil, reusable, robotik, bersayap, yang berpotensi digunakan dengan senjata luar angkasa dan merusak satelit musuh.
Negara-negara juga mengembangkan senjata luar angkasa berbasis di Bumi untuk mengganggu dan menipu sinyal satelit, dan menggunakan energi terarah untuk merusaknya.
Badan Intelijen Pertahanan AS mengatakan pada 2019 bahwa China memiliki 5 pangkalan militer dengan laser berbasis di Bumi yang dapat digunakan untuk menonaktifkan satelit musuh.
"Setiap satelit yang melewati China akan menjadi sasaran serangan," kata Chow.
Baca juga: Persaingan Perang Dingin di Berbagai Bidang: Ekonomi, Atom, hingga Luar Angkasa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.