Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Sekjen NATO: Kesepakatan Trump dengan Taliban adalah Malapetaka

Kompas.com - 10/09/2021, 11:00 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

KOPENHAGEN, KOMPAS.com - Mantan Sekretaris Jenderal NATO mengatakan, kesepakatan Taliban dengan eks Presiden AS Donald Trump adalah malapetaka.

Menurut Anders Fogh Rasmussen, menyetujui tanggal penarikan dengan milisi hanya akan memberikan keuntungan bagi mereka.

Rasmussen mengungkapkannya dalam wawancara untuk program dokumenter Sky News yang berjudul Collapse: Retreat from Afghanistan.

Baca juga: PBB Khawatir Situasi Taliban Afghanistan Juga Terjadi di Sahel

Anders Fogh Rasmussen memimpin NATO pada 2009-2014, dan berstatus Perdana Menteri Denmark ketika AS dan sekutunya menginvasi Afghanistan.

"Trump) sudah menetapkan tanggal pada 1 Mei 2021. Dampaknya, Taliban tinggal menunggu kita untuk keluar," kata dia.

Kekhawatirannya makin meningkat karena penggantinya, Presiden Joe Biden melakukan kesalahan yang sama dengan milisi.

Dilansir Sky News Kamis (9/9/2021), Biden memundurkan tanggal penarikan pasukan awalnya sebelum 11 September, dan berubah menjadi 31 Agustus.

Rasmussen menerangkan, adalah kesalahan besar memberi tahu lawan kapan mereka akan memulangkan seluruh pasukannya.

"Jangan pernah beri tahu musuh kapan Anda akan mundur. Kesepakatan itu kesalahan besar. Jika saya boleh mengatakannya, malapetaka," ujar dia.

PM Denmark periode 2001-2009 itu menerangkan, seharusnya Taliban cukup mendapat pemberitahuan bahwa AS dan sekutunya bakal mundur.

Namun, di melanjutkan, penarikan terjadi jika milisi menggelar dialog dengan pemerintahan Afghanistan yang sah.

Jadi, Rasmussen menuturkan proses penarikan didasarkan pada konsisi lapangan, bukan menetapkan tanggal yang merugikan.

Rasmussen melanjutkan, jika ada yang bisa dipelajari adalah pemulangan pihak yang mendominasi akan memunculkan kekosongan kekuasaan di suatu daerah.

"Biasanya, orang-orang jahat akan mengisinya. Itulah yang sekarang sedang kita saksikan di Afghanistan," kata dia.

Baca juga: Warga Afghanistan Dilarang Protes Pemerintahan Baru Taliban

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com