Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Kawah Darvaza, "Gerbang Neraka" yang Apinya Puluhan Tahun Tak Padam

Kompas.com - 22/08/2021, 18:36 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

"Bahkan ada kontroversi bahwa kawah ini tersulut tak sengaja, dengan petir atau memang disengaja."

Teori lain menyebutkan kawah ini dibakar dengan teknik pembakaran - cara yang biasa dilakukan untuk menutup lubang gas alam karena surplus atau demi keamanan.

Tetapi bila pun strategi itu benar, laporan zaman Soviet tersebut diyakini para pakar akan tetap dirahasiakan.

"Rahasia Gerbang Neraka"

Sejarawan Jeronim Perovic mengatakan misteri "Gerbang Neraka" ini cukup logis.

"Kawah itu merupakan refleksi bagaimana berbagai hal dikerjakan pada masa Soviet... Saat itu hanya keberhasilan yang dilaporkan, bukan kegagalan. Jadi bila ada orang daerah yang melakukan kesalahan, tak ada yang mau diketahui," kata Perovic kepada BBC.

Karena lokasi kawah di daerah gurun terpencil, dampak yang diakibatkan juga minimal.

Apalagi karena Uni Soviet tidak pernah memiliki masalah dengan pasokan gas, saat itu dengan produksi 700.000 kubik meter setahun. Jadi, terbakarnya lubang gas ini merupakan alternatif yang praktik, menurut Perovic.

"Membakar 15.000 atau 16.000 meter kubik per tahun atau sekitar empat kali yang digunakan Swiss setahun, bukan apa-apa bagi mereka. Jadi, daripada menggunakannya dengan menyalurkan lewat pipa dan harus membangun infrastruktur, mereka memutuskan untuk membakarnya," katanya lagi.

Baca juga: Misteri 7 Tahun Lubang Neraka Siberia di Lingkaran Arktik Rusia

Di sisi lain, Stefan Green, seorang pakar mikrobiologi yang ikut dalam ekspedisi bersama Kourounis, mengatakan "melepaskan metana tanpa kendali merupakan satu hal buruk," jadi membakarnya merupakan satu hal yang logis.

Membakar gas menghasilkan karbon dioksida, namun membakar metana lebih bahaya lagi. Praktik ini biasa dilakukan di negara-negara seperti Irak, Iran atau Amerika Serikat.

Apapun itu, kawah itu terus terbakar.

"Sayangnya, masalah ini belum juga terungkap sampai hari ini," kata Perovic.

Atraksi yang belum banyak dilihat

Perjalanan menuju kawah ini sangat panjang dan melewati wilayah dengan pemandangan monoton.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Perjalanan menuju kawah ini sangat panjang dan melewati wilayah dengan pemandangan monoton.
Dalam 10 tahun terakhir, hanya sejumlah penjelajah mencoba melihat dari dekat kobaran api di gurun pasir ini.

Turkmenistan pernah mempertimbangkan untuk mematikan api. Namun pemerintah setempat memutuskan kawah ini dapat digunakan untuk meningkatkan pariwisata.

Kawah metana ini yang berkobar ini menjadi salah satu daya tarik wisata di negara yang hanya dikunjungi sekitar 6.000 wisatawan mancanegara setahun.

Gurun Pasir Karakum ini menarik perhatian para penjelajah walaupun sulit untuk menuju kawah.

Tetapi penjelajah asal Kanada, George Kourounis menggambarkan pengalamannya luar biasa.

"Berdiri dengan baju pelindung khusus dan terlihat seperti astronot dan dikelilingi lingkaran api, pengalaman itu adalah pengalaman dunia lain di Bumi," katanya.

* Berdasarkan laporan Adrian Hartrick dan Dominika Ozynska untuk BBC Travel.

Baca juga: Trump soal Chicago: Lebih Parah dari Afghanistan, Hidup di Sana Seperti di Neraka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Global
Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Internasional
AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

Global
WNI di Singapura Luncurkan 'MISI', Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

WNI di Singapura Luncurkan "MISI", Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

Global
Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Global
Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Global
Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Global
Ikut Pelatihan, 1 Tentara Korea Selatan Tewas akibat Ledakan Granat

Ikut Pelatihan, 1 Tentara Korea Selatan Tewas akibat Ledakan Granat

Global
Hasil Penyelidikan Awal Ungkap Helikopter Presiden Iran Tak Punya Transponder

Hasil Penyelidikan Awal Ungkap Helikopter Presiden Iran Tak Punya Transponder

Global
Ebrahim Raisi Meninggal, Iran Akan Adakan Pemilihan Presiden pada 28 Juni

Ebrahim Raisi Meninggal, Iran Akan Adakan Pemilihan Presiden pada 28 Juni

Global
Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Internasional
Pemakaman Presiden Iran Akan Diadakan pada Kamis 23 Mei, Berikut Prosesinya

Pemakaman Presiden Iran Akan Diadakan pada Kamis 23 Mei, Berikut Prosesinya

Global
Rangkuman Hari Ke-817 Serangan Rusia ke Ukraina: 29 Drone Dijatuhkan | Penembakan Rusia Tewaskan 2 Orang

Rangkuman Hari Ke-817 Serangan Rusia ke Ukraina: 29 Drone Dijatuhkan | Penembakan Rusia Tewaskan 2 Orang

Global
Di Iran, Meninggalnya Presiden Disambut Duka dan Perayaan Terselubung

Di Iran, Meninggalnya Presiden Disambut Duka dan Perayaan Terselubung

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com