Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Kawah Darvaza, "Gerbang Neraka" yang Apinya Puluhan Tahun Tak Padam

Kompas.com - 22/08/2021, 18:36 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

KARAKUM, KOMPAS.com - Selamat datang di "Gerbang Neraka". Itu adalah istilah untuk kawah besar di padang pasir Turkmenistan yang selama puluhan tahun mengobarkan api. Tetapi seperti apa asal usulnya, masih tetap menjadi misteri.

Padang Pasir Karakum merupakan wilayah sangat panas dengan bukit pasir mencakup sekitar 70 persen Turkmenistan.

Wilayah ini dapat dijelajahi seluas 350.000 kilometer persegi selama berhari-hari dan yang terlihat hanyalah wilayah tak berujung dan lembah gurun tandus Karakum.

Baca juga: Kisah Misteri: Kejamnya Lubang Neraka Gulag Era Soviet

Di bagian utara gurun dapat ditemukan lubang gas cair yang telah mengobarkan api selama beberapa puluh tahun dan dikenal sebagai "Gerbang Neraka".

Temuan pertama bermula pada 1971, saat pakar geologi Uni Soviet membor untuk mencari minyak di padang pasir dan menemukan kantong gas alam. Pengeboran itu menyebabkan terbentuknya tiga lubang besar.

Untuk mencegah metana bocor, pakar geologi dikabarkan menyulut api salah satu lubang dan memperkirakan api akan mati dalam beberapa minggu.

Tetapi setelah seorang penjelajah Kanada, George Kourounis bertolak ke kedalaman kawah ini pada 2013, ia mengatakan tak ada dokumen yang menyebutkan mengapa terbentuk kawah seperti ini.

"Saat saya lihat untuk pertama kali dan berjalan di sisi kawah, angin panas gurun serta kobaran api di kawan sangat terasa di wajah saya. Saya merasa, inilah tempat setan keluar," kata Kourounis kepada BBC.

Dalam ekspedisi untuk National Geographic pada 2013 itu, Kourounis memang berusaha untuk mencari tahu mengapa "kobaran api permanen" ini bisa terjadi.

Menurut pakar geologi Turkmenistan, kawah selebar 69 meter dengan kedalaman 30 meter terbentuk pada tahun 1960-an tetapi baru mengobarkan api pada 1980-an.

Namun dengan tingginya harga minyak dan gas di Turkmenistan selama masa Soviet, tampaknya catatan apapun terkait terbentuknya kawah menjadi rahasia tingkat tinggi.

Sejauh ini, lubang metana yang tebakar ini menjadi salah satu tempat kunjungan turis di Turkmenistan, yang mencatat sekitar 6.000 wisatawan mancanegara per tahun.

Baca juga: Lubang Neraka Darvaza, Penemuan Soviet yang Tak Disengaja

Kawah ini lebarnya 69 meter dengan kedalaman 30 meter.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Kawah ini lebarnya 69 meter dengan kedalaman 30 meter.
Dan kesulitan itulah yang dihadapi George Kourounis.

"Salah satu hal yang paling mengecewakan tentang kawah ini adalah tak banyak informasi yang bisa saya dapatkan, bahkan setelah mengunjungi negara ini," katanya.

"Saya berusaha keras untuk mendapatkan laporan resmi, dokumen yang menunjukkan insiden...Tapi nihil," kata Kourounis lagi.

"Bahkan ada kontroversi bahwa kawah ini tersulut tak sengaja, dengan petir atau memang disengaja."

Teori lain menyebutkan kawah ini dibakar dengan teknik pembakaran - cara yang biasa dilakukan untuk menutup lubang gas alam karena surplus atau demi keamanan.

Tetapi bila pun strategi itu benar, laporan zaman Soviet tersebut diyakini para pakar akan tetap dirahasiakan.

"Rahasia Gerbang Neraka"

Kawah ini terletak di padang pasir.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Kawah ini terletak di padang pasir.
Sejarawan Jeronim Perovic mengatakan misteri "Gerbang Neraka" ini cukup logis.

"Kawah itu merupakan refleksi bagaimana berbagai hal dikerjakan pada masa Soviet... Saat itu hanya keberhasilan yang dilaporkan, bukan kegagalan. Jadi bila ada orang daerah yang melakukan kesalahan, tak ada yang mau diketahui," kata Perovic kepada BBC.

Karena lokasi kawah di daerah gurun terpencil, dampak yang diakibatkan juga minimal.

Apalagi karena Uni Soviet tidak pernah memiliki masalah dengan pasokan gas, saat itu dengan produksi 700.000 kubik meter setahun. Jadi, terbakarnya lubang gas ini merupakan alternatif yang praktik, menurut Perovic.

"Membakar 15.000 atau 16.000 meter kubik per tahun atau sekitar empat kali yang digunakan Swiss setahun, bukan apa-apa bagi mereka. Jadi, daripada menggunakannya dengan menyalurkan lewat pipa dan harus membangun infrastruktur, mereka memutuskan untuk membakarnya," katanya lagi.

Baca juga: Misteri 7 Tahun Lubang Neraka Siberia di Lingkaran Arktik Rusia

Di sisi lain, Stefan Green, seorang pakar mikrobiologi yang ikut dalam ekspedisi bersama Kourounis, mengatakan "melepaskan metana tanpa kendali merupakan satu hal buruk," jadi membakarnya merupakan satu hal yang logis.

Membakar gas menghasilkan karbon dioksida, namun membakar metana lebih bahaya lagi. Praktik ini biasa dilakukan di negara-negara seperti Irak, Iran atau Amerika Serikat.

Apapun itu, kawah itu terus terbakar.

"Sayangnya, masalah ini belum juga terungkap sampai hari ini," kata Perovic.

Atraksi yang belum banyak dilihat

Perjalanan menuju kawah ini sangat panjang dan melewati wilayah dengan pemandangan monoton.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Perjalanan menuju kawah ini sangat panjang dan melewati wilayah dengan pemandangan monoton.
Dalam 10 tahun terakhir, hanya sejumlah penjelajah mencoba melihat dari dekat kobaran api di gurun pasir ini.

Turkmenistan pernah mempertimbangkan untuk mematikan api. Namun pemerintah setempat memutuskan kawah ini dapat digunakan untuk meningkatkan pariwisata.

Kawah metana ini yang berkobar ini menjadi salah satu daya tarik wisata di negara yang hanya dikunjungi sekitar 6.000 wisatawan mancanegara setahun.

Gurun Pasir Karakum ini menarik perhatian para penjelajah walaupun sulit untuk menuju kawah.

Tetapi penjelajah asal Kanada, George Kourounis menggambarkan pengalamannya luar biasa.

"Berdiri dengan baju pelindung khusus dan terlihat seperti astronot dan dikelilingi lingkaran api, pengalaman itu adalah pengalaman dunia lain di Bumi," katanya.

* Berdasarkan laporan Adrian Hartrick dan Dominika Ozynska untuk BBC Travel.

Baca juga: Trump soal Chicago: Lebih Parah dari Afghanistan, Hidup di Sana Seperti di Neraka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Global
Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Global
ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

Global
Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Global
Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Global
Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Global
Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Global
Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Global
Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Internasional
AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

Global
WNI di Singapura Luncurkan 'MISI', Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

WNI di Singapura Luncurkan "MISI", Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

Global
Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Global
Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com