Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Indonesia Jadi Episentrum Covid-19 Dunia, Apa Langkah Pemerintah Sebaiknya?

Kompas.com - 16/07/2021, 08:56 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menyatakan sudah menyiapkan skenario kasus terburuk (worst case scenario) lonjakan kasus dan mengantisipasi apabila kasus penularan harian Covid di Indonesia naik sampai 100.000.

Namun kalangan epidemiolog yakin kasus Covid kini sudah lebih banyak. Seorang epidemiolog bahkan menyebut Indonesia kini jadi episentrum penularan Covid, tidak hanya di Asia namun di dunia.

Mereka menyarankan apabila penularan sudah sebanyak itu maka perlu pengendalian yang lebih ketat, seperti lockdown yang disertai pengetesan (testing) secara masif.

Baca juga: Indonesia Melampaui India, Bersiap Jadi Episentrum Baru Covid-19 Asia

Penularan Covid di Indonesia pun terus mencetak rekor. Pada Kamis (15/7/2021) terdapat 56.757 kasus baru, sehingga total penularan sebesar 2.726.803, ungkap data Satgas Penanganan Covid-19.

Di sisi lain, warga yang menderita Covid pun hingga kini masih kesulitan mendapat perawatan yang layak. Seperti dialami satu keluarga yang semua anggotanya mengidap Covid selama dua pekan namun tidak bisa dirawat di rumah sakit dan terpaksa isolasi mandiri di rumah.

Padahal seorang dari mereka sudah bergejala sedang dengan saturasi oksigen di bawah normal.

Lebih dari 100.000 kasus

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan.ANADOLU AGENCY VIA GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan, mengungkapkan pemerintah telah menyiapkan skenario terburuk jika kasus penularan terus naik.

"Kalau kita bicara worst case scenario, untuk 60.000 (kasus) atau lebih sedikit kita masih cukup oke. Ya kita tidak berharap mungkin sampai ke 100.000, tapi itu pun kami sudah rancang sekarang kalau pun sampai terjadi di sana," ujar Luhut dalam jumpa pers online, Kamis (15/7/2021).

Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, mengaku tidak kaget bila kenaikan kasus penularan Covid-19 di Indonesia bisa menyentuh 100.000. Menurut dia, angka penularannya bisa lebih besar.

"Jadi angka yang dilaporkan sekarang ini jumlah kasusnya kan 2 juta-an. Saya sudah tahu angkanya itu lebih, saya sebutkan saja ya, bahkan 10 kali lipat saja lebih. Jadi angka di Indonesia itu 10 kali lipat dari yang dilaporkan," ujar Miko kepada BBC Indonesia Kamis 15 Juli 2021.

Dia menyebutkan bahwa prevalensi antibodi positif SARS CoV-2 di DKI Jakarta saja sebanyak 45 persen. "Survei saya sebelumnya tidak mencapai angka itu. Angka di Jakarta itu dipercepat oleh varian baru, Alpha dan Delta."

Dia mengaku sudah punya hasil survei untuk angka prevalensi di Indonesia, namun belum dapat diungkap alias off the record. "Tapi saya tahu persis angkanya di Indonesia. Artinya kalau kita bicara angka di Indonesia the worst case-nya kayak di Jakarta," ujar Miko.

Baca juga: Indonesia Disebut Episentrum Baru Covid-19 Asia, Epidemiolog Soroti Kebijakan yang Belum Sesuai

Sedangkan epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, yakin bahwa angka penularan harian kini sudah menembus 100.000 kasus.

"Bahkan tiga minggu lalu sudah 300.000 lebih," ungkap Dicky kepada BBC Indonesia, pada Kamis (15/7/2021).

Menurut Dicky, perhitungannya berdasarkan data angka kematian harian yang sudah menembus 1.000 jiwa pada Selasa hingga Rabu pekan lalu (7/7/2021).

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com