Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senat AS Loloskan RUU Larangan Impor dari Xinjiang

Kompas.com - 16/07/2021, 06:51 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Senat Amerika Serikat (AS) mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) yang melarang impor produk dari wilayah Xinjiang, China.

RUU yang dinamakan RUU Pencegahan Kerja Paksa Uighur tersebut disahkan majelis tinggi Kongres AS itu pada Rabu (15/7/2021) sebagaimana dilansir Reuters.

RUU tersebut merupakan upaya terbaru Washington untuk menghukum Beijing atas tuduhan genosida berkelanjutan terhadap etnik Uighur dan minoritas lainnya.

Baca juga: AS Desak Perusahaan Segera Putus Bisnis dengan Xinjiang atau Kena Masalah Hukum

RUU Pencegahan Kerja Paksa Uighur akan menciptakan "praduga" dengan asumsi barang-barang yang diproduksi di Xinjiang dibuat dengan melibatkan tenaga kerja paksa.

Sehingga, produk-produk yang melibatkan negata kerja paksa secara otomatis dilarang melalui UU Tarif 1930, kecuali dinyatakan lain oleh otoritas AS.

Kini, RUU tersebut juga harus disahkan DPR AS sebelum dapat dikirim ke Gedung Putih untuk ditandatangani Presiden AS Joe Biden hingga akhirnya menjadi UU.

Anggota Senat AS dari Partai Republik Marco Rubio, yang memperkenalkan RUU tersebut dengan Anggota Senat AS dari Partai Demokrat Jeff Merkley, meminta DPR AS untuk bertindak cepat mengesahkan RUU itu.

Baca juga: Kebijakan China Disebut Bisa Mencegah Kelahiran Jutaan Bayi di Xinjiang

"Kami tidak akan menutup mata terhadap kejahatan PKC (Partai Komunis China) terhadap kemanusiaan yang sedang berlangsung,” kata Rubio.

“Dan kami tidak akan membiarkan perusahaan-perusahaan (dari Xinjiang) mendapatkan keuntungan dari pelanggaran yang mengerikan itu," sambung Rubio.

"Tidak ada perusahaan AS yang mendapat untung dari pelanggaran ini. Tidak ada konsumen AS yang secara tidak sengaja membeli produk dari tenaga kerja budak," tutur Merkley.

Baca juga: 21 Pekerja Terjebak di Tambang Banjir di Xinjiang China

Baik anggota Senat AS dari Demokrat maupun Republik mengatakan, mereka berharap RUU itu akan mendapatkan dukungan kuat di DPR.

Di sisi lain, Biden telah meningkatkan sanksinya kepada China.

Kelompok hak asasi, peneliti, mantan penduduk dan beberapa anggota parlemen dan pejabat Barat mengatakan pihak berwenang Xinjiang telah memfasilitasi kerja paksa dengan menahan sekitar satu juta orang Uighur dan etnik minoritas lainnya sejak 2016.

Baca juga: Efek Ribut Uighur dan Kapas Xinjiang: TV China Sensor Logo Merek Barat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com