Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Disebut Episentrum Baru Covid-19 Asia, Epidemiolog Soroti Kebijakan yang Belum Sesuai

Kompas.com - 15/07/2021, 17:32 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia disebut menjadi episentrum baru penyebaran virus corona di Asia setelah kasus harian yang dilaporkan melampaui India.

Terbaru, 54.517 kasus baru dilaporkan pada Rabu (14/7/2021), melampau India dengan 41.854 kasus.

Media asing pun mulai menyoroti kondisi Indonesia saat ini.

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengaku tak heran jika Indonesia kini menjadi episentrum Covid-19 Asia.

Menurut dia, data yang dilaporkan saat ini juga belum menunjukkan kondisi sesungguhnya di lapangan.

"Kira-kira ya masih 8-10 kali lipat dari itu, karena testing kita masih jauh dari ideal," kata Windhu saat dihubungi Kompas.com, Kamis (15/7/2021).

"Jadi kalau dikatakan episentrum itu ya jelas. Dengan kasus gini aja sudah tertinggi dunia, apalagi kalau sudah menemukan kasus di bawah permukaan yang besar itu," lanjut dia.

Baca juga: Indonesia Melampaui India, Bersiap Jadi Episentrum Baru Covid-19 Asia

Artinya, Windhu menyebut kondisi Indonesia saat ini sudah kritis dan menuntut adanya kebijakan-kebijakan yang sesuai.

Meski belum ideal, ia mengapresiasi Kementerian Kesehatan kini mulai menggenjot testing hingga 2-3 kali lipat standar WHO.

Namun, jika dibandingkan dengan India, angka itu masih jauh dari kata cukup.

"Di India data terakhir itu bisa sampai 20-30 kali per hari dari batas minimum. Inggris itu sekarang sudah bisa menggelar sepak bola dengan penonton tanpa masker. Itu karena tesnya sudah tinggi, 150 kali dari minimum WHO," jelas dia.

Dengan tes yang banyak, maka setiap kasus positif Covid-19 bisa ditemukan, sehingga tak ada lagi kekhawatiran di kalangan masyarakat.

Situasi sebaliknya masih dirasakan di Indonesia sampai saat ini.

Hasil PPKM belum maksimal

Terkait pelaksanaan PPKM Darurat, Windhu menilai, belum menunjukkan hasil yang maksimal.

Sebab, banyak indikator menyebutkan bahwa Indonesia masih tertekan.

Ia mengungkapkan, hal ini karena tidak adanya larangan mobilitas dalam aturan PPKM Darurat.

"Adanya paling syarat perjalanan, itu apa fungsinya? Untuk menahan penularan? Enggak ada. Mobilitas memang turun dikit, tapi tidak signifikan." ujar dia.

Menurut Windhu, jika PPKM Darurat bisa membuat 70 persen penduduk tinggal di rumah, maka transmisi virus bisa dicegah.

Alih-alih memperpanjang PPKM, Windhu mengusulkan agar kebijakan tersebut diubah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Isfahan, Kota Bersejarah yang Jadi Target Serangan Israel ke Iran

Mengenal Isfahan, Kota Bersejarah yang Jadi Target Serangan Israel ke Iran

Tren
7 Jenis Obat Potensial Tingkatkan Risiko Anemia Aplastik, Tak Boleh Dipakai Sembarangan

7 Jenis Obat Potensial Tingkatkan Risiko Anemia Aplastik, Tak Boleh Dipakai Sembarangan

Tren
Resmi, Ada 26.319 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kementerian PUPR 2024

Resmi, Ada 26.319 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kementerian PUPR 2024

Tren
Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Selidiki Dugaan Pencatutan Nama oleh Kumba Digdowiseiso

Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Selidiki Dugaan Pencatutan Nama oleh Kumba Digdowiseiso

Tren
Kenali Waktu Terbaik dan Terburuk untuk Minum Air Kelapa

Kenali Waktu Terbaik dan Terburuk untuk Minum Air Kelapa

Tren
Terbaru, 40.839 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kemensos 2024

Terbaru, 40.839 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kemensos 2024

Tren
Orang yang Langsung S2 Setelah Sarjana Disebut Minim Performa Kerja, Pengamat Buka Suara

Orang yang Langsung S2 Setelah Sarjana Disebut Minim Performa Kerja, Pengamat Buka Suara

Tren
Ini Alasan Mengapa Perempuan Tak Boleh Tidur 2 Jam Setelah Melahirkan Normal

Ini Alasan Mengapa Perempuan Tak Boleh Tidur 2 Jam Setelah Melahirkan Normal

Tren
Kumpulan Twibbon dan Ucapan Hari Kartini 21 April 2024

Kumpulan Twibbon dan Ucapan Hari Kartini 21 April 2024

Tren
5 Bahaya Menahan Kentut, Bisa Keluar dari Mulut

5 Bahaya Menahan Kentut, Bisa Keluar dari Mulut

Tren
Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Tren
Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

Tren
Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com