Sementara Dicky Budiman merekomendasikan penerapan lockdown selama seminggu dengan disertai peningkatan testing yang siginifikan.
Menurut dia, lockdown saja pun tidak signifikan menurunkan lonjakan kasus yang sudah sedemikian besar karena perlu disertai dengan pengetesan yang masif.
"Lockdown itu bukan strategi utama, namun sebatas penambah atau penguat untuk memberi kelonggaran waktu supaya fasilitas kesehatan tidak makin terbebani saat banyak orang dipaksa diam di rumah. Maka perlu ditambah pengetesan yang gencar untuk menurunkan setengah dari kebutuhan penyiapan di faskes, baik itu tempat tidur, ICU, hingga ventilator," ujar Dicky.
Dikatakannya, sudah ada contoh sukses di India sejak menambah pengetesan dari 1,5 juta menjadi 9 juta per hari bersamaan dengan pemberlakuan lockdown.
"Yang tadinya menyiapkan 13 kali tempat tidur, kini hanya menyiapkan lima kali. ICU dari 70 kali, menjadi 31 kali. Ventilator yang tadinya 37 kali, menjadi 16 kali. Itu karena peningkatan signifikan kapasitas testing yan ditingkatkan menjadi 9 juta sehari.
Di tengah persiapan pemerintah menerapkan skenario kasus terburuk, warga penderita Covid masih belum mendapat perawatan yang ideal karena fasilitas kesehatan yang sudah kewalahan.
Seperti yang dialami Sintya (48) dan keluarganya, warga Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Dia bersama suami dan dua anaknya tidak bisa mendapat layanan di rumah sakit rujukan sejak menderita Covid selama dua pekan karena banyak yang sudah penuh. Padahal suaminya, Ridwan Anwari, sudah menderita sakit berkategori sedang dengan saturasi oksigen di bawah normal.
Sedangkan beberapa tipe obat yang diberikan Puskesmas untuk suaminya berupa antivirus dan antibiotik sudah lama habis dan kini mereka hanya menerima obat-obatan umum seperti paracetamol dan vitamin.
"Kami akhirnya menggunakan layanan medis berbayar, perawatnya datang dua hari sekali dan dokter juga video call. Tapi bayar sendiri, termasuk obatnya, tidak di-cover BPJS. Dokternya juga menyarankan rontgen dan cek laboratorium. Itu kan biaya sendiri dan harganya buat saya mahal sekali," ujarnya.
Maka, Sintya berharap pemerintah menyediakan obat-obatan secara gratis kepada masyarakat yang menderita Covid, tidak saja yang untuk OTG (tanpa gejala) dan kategori ringan, namun juga berkategori sedang bagi suaminya.
Baca juga: Daftar 10 Negara yang Larang Kedatangan dari Indonesia, Beberapa Evakuasi Warganya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.