"Kami telah mengirim iklan lowongan kerja untuk mencari perempuan menjadi karyawan dengan peran yang lebih tinggi. Tapi mereka mengatakan, akan membicarakan dulu dengan keluarga, dan akan kembali menghubungi kami," jelas Moore.
"Ada dua orang yang kembali menghubungi, dan mengatakan keluarga mereka tak mau mereka bekerja di pabrik pakaian dalam."
Memang, topik ini sangat tabu dan alasan semacam itu sudah diutarakan berkali-kali di lingkungan pabrik.
Seorang karyawan, Sumaira mengakui bahwa suaminya menemaninya untuk wawancara.
"Begitu saya diterima bekerja, suami saya meminta saya untuk tidak memberitahu anggota keluarga lainnya di mana saya bekerja. Karena mereka akan mempermasalahkannya."
Hal senada juga dikatakan karyawan lainnya, bahwa ia ditanya ayahnya sebelum pergi wawancara kerja menjadi penjahit.
"Dan ayah saya langsung menolak untuk mendengarkan," katanya.
"Saya harus memintanya untuk mengizinkan saya pergi dan supaya saya bisa melihat sendiri. Jika saya tidak suka lingkungan di pabrik, saya tidak akan menerima pekerjaan ini."
Baca juga: SMP Jepang Wajibkan Pakaian Dalam Putih, Tarik Tali Bra Siswi untuk Periksa Warnanya
Karyawan pria juga harus menghadapi olok-olok dan bisik-bisik tidak enak.
Anwar Hussain mengatakan kepada BBC, dia menghadapi banyak pertentangan dari keluarga dan teman-temannya saat terjun bekerja dalam bisnis pakaian dalam ini.
"Teman-teman mengolok-olok mengenai tempat saya bekerja. Keluarga saya menolak saya untuk pergi ke pabrik.”
“Saat saya bergabung, awalnya saya merasa malu untuk mengoper bra kepada karyawan perempuan di dalam pabrik. Tapi sekarang saya merasa lebih baik, dan merasa nyaman. Karena pada akhirnya, ini adalah bagian dari pekerjaan.”
Namun, saat ini para pekerja pabrik memiliki kekhawatiran lainnya. Jika tak berhasil - dan bisnis ini tidak laku cepat, Moore mungkin akan mengambil langkah sulit, yaitu menutup toko dan meninggalkan para pekerja dalam kesulitan.
Namun, itu tak terjadi, ujarnya meyakinkan BBC.
"Saya telah mengatakan bahwa saya semestinya mencari alternatif untuk dilakukan di Pakistan, karena menjual pakaian dalam tidaklah sia-sia. Dan tentu, ada pandangan bahwa saya mungkin akan pergi.”
"Tapi saya benar-benar akan menekuni ini, sampai produk ini terjual ke pasaran."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.