Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uni Eropa Dukung Penyelidikan Baru Asal Usul Covid-19, Desak Akses Penuh ke Situs Penyelidikan

Kompas.com - 12/06/2021, 10:45 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

LONDON, KOMPAS.com - Uni Eropa menyatakan dukungannya pada penyelidikan baru tentang asal-usul Covid-19, setelah penyelidikan WHO di Wuhan dikritik telah ditutup-tutupi China.

“Dunia memiliki hak untuk mengetahui dengan tepat apa yang terjadi pada awal pandemi,” kata Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan jelang KTT G7 di Inggris , di mana masalah ini diharapkan menjadi agenda.

Baca juga: WHO Mengaku Tak Bisa Paksa China Berikan Informasi Asal Usul Covid-19

Sementara itu Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menambahkan bahwa penyelidik harus diberi “akses penuh,” ke situs apa pun yang perlu mereka periksa untuk menarik kesimpulan.

Pernyataan itu mengacu pada laboratorium Wuhan, yang kembali dicurigai sebagai 'titik nol' yang potensial untuk virus tersebut.

Bulan lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memerintahkan badan-badan intelijen AS untuk melakukan penyelidikan baru tentang asal-usul Covid-19.

Itu setidaknya mengakui kondisi di AS yang “terbelah” terkait apakah virus itu bocor dari laboratorium atau tidak.

Apa yang disebut teori kebocoran laboratorium telah lama menjadi subyek spekulasi di antara badan intelijen dan ilmuwan.

Tetapi teori itu dihentikan dan digolongkan sebagai teori konspirasi setelah disebut-sebut oleh Donald Trump tahun lalu.

Baca juga: Asal-usul Covid-19 dapat Mengancam Jatuhnya Rezim Komunis China

Masalah laporan WHO

Sebuah laporan WHO di Wuhantentang asal-usul Covid yang diterbitkan awal tahun ini juga menolak teori itu. Ikhtisarnya mengatakan itu 'sangat tidak mungkin' dan tidak boleh diselidiki lebih lanjut.

Sebaliknya, para peneliti mengatakan virus itu kemungkinan berasal dari kelelawar sebelum dipindahkan ke inang perantara dan kemudian ke manusia.

Mereka sementara juga memberikan kepercayaan pada teori lain yang berasal dari Beijing, seperti diimpor pada daging beku.

Laporan WHO di Wuhan itu kemudian secara luas ditolak, termasuk oleh AS. Pasalnya dinilai sebagai kedok untuk menutup-nutupi fakta. Diplomat AS mengatakan kepada PBB bulan lalu bahwa penelitian itu “tidak cukup dan tidak meyakinkan.”

Bahkan Direktur WHO Tedros Ghebreyesus, yang telah “berhubungan baik” dengan China, keberatan dengan laporan tim utusannya.

Ghebreyesus mengatakan teori kebocoran laboratorium tetap di pertimbangkan, dan bahwa semua kemungkinan asal-usul Covid-19 harus terus diselidiki.

Michel dan Von der Leyen akan juga berbicara menjelang pertemuan puncak bersama UE-AS minggu depan. Sebuah pernyataan bersama diharapkan akan dikeluarkan menyerukan penyelidikan Covid-19 yang baru.

“Kami menyerukan kemajuan dalam studi fase 2 yang diselenggarakan oleh WHO secara transparan, berbasis bukti dan dipimpin oleh para ahli tentang asal-usul Covid-19, yang bebas dari campur tangan,” tulis teks dari pernyataan tersebut melansir Daily Mail pada Jumat (10/6/2021).

Baca juga: Ahli Mikrobiologi AS Bantu Patahkan Klaim Asal-usul Covid-19 dari Laboratorium Wuhan

Perkembangan teori asal usul Covid-19

Pandemi Covid-19 sejauh ini telah menginfeksi setidaknya 175 juta orang di hampir setiap negara di dunia dan membunuh 3,7 juta jiwa. Tapi kedua angka tersebut dianggap terlalu rendah dari realita sesungguhnya.

Kasus pertama virus diidentifikasi di kota Wuhan di China pada Desember 2019, yang kemudian dilaporkan sebagai “pneumonia yang tidak diketahui asalnya.”

Pada Januari infeksi dikaitkan dengan virus baru yang akhirnya dinamai oleh WHO sebagai SARS-CoV-2.

Banyak kasus asli terkait dengan pasar basah di Wuhan, yang menjual campuran hewan ternak dan hewan liar. Teori pun berkembang bahwa penyakit tersebut berasal dari inang hewan, sebelum menyeberang ke manusia.

Tetapi sekarang hanya sedikit yang percaya bahwa pasar basah adalah sumber asli virus. Banyak yang berpikir virus itu mungkin telah menemukan jalannya ke sana dari sumber lain, sebelum menyebar.

Sumber sebenarnya dari virus tetap menjadi misteri, dengan 'pasien nol,' orang pertama yang tertular penyakit ini, belum diidentifikasi.

Kondisi itu menyebabkan persaingan teori tentang di mana, kapan dan bagaimana virus pertama kali menyeberang ke manusia.

Baca juga: China Menduga Tuduhan AS Soal Asal-usul Covid-19 dari Lab Wuhan Serupa Klaimnya terhadap Irak

Adapun para peneliti semua setuju bahwa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting untuk memahami Covid-19, dan mencegah pandemi di masa depan.

Banyak peneliti dan sebagian dari komunitas intelijen AS masih mendukung hipotesis “zoonotic spillover.” Teori tersebut memandang virus berasal dari hewan sebelum menyeberang ke manusia selama kontak antara dua spesies.

Pendukung teori ini mengatakan virus kemungkinan berasal dari kelelawar, karena virus serupa lainnya telah ditemukan pada hewan sebelumnya.

Virus tersebut kemudian dikatakan telah melompat langsung dari kelelawar ke manusia. Kemungkinan lain, karena kontak antara kelelawar dan manusia jarang terjadi, virus tersebut mungkin telah menginfeksi inang sekunder yang lebih umum ditemukan di sekitar orang sebelum melakukan lompatan.

Apa yang disebut teori kebocoran laboratorium dihentikan penyelidikannya, dan hanya dipandang sebagai konspirasi, ketika digembar-gemborkan oleh Donald Trump tahun lalu.

Tetapi Joe Biden kini mengakui intelijen AS “terpecah” dalam masalah ini.

Baca juga: China Tuding AS Main Politik dengan Luncurkan Penyelidikan Baru Asal-usul Covid-19

Menelusuri jejak virus

Covid-19 diketahui menginfeksi sejumlah hewan lain termasuk hewan peliharaan seperti anjing dan kucing, meski tidak diketahui menular dari sana ke manusia.

Beberapa hewan ternak, seperti cerpelai, diketahui menyimpan penyakit ini dan kemudian menularkannya kembali ke manusia.

Tetapi yang lain menyarankan sumber sebenarnya dari virus itu adalah Institut Virologi Wuhan.

Laboratorium China yang terletak di dekat Wuhan, itu juga merupakan pusat penelitian virus corona terbesar di dunia.

Teori lainnya meyakini, virus itu ditemukan di laboratorium yang mengumpulkan virus corona dari hewan liar, atau direkayasa melalui penelitian “gain of function.”

Penelitian semacam itu melibatkan penambahan sifat virus. Mulai dari meningkatkan penularan ke virus yang sudah ada untuk mempelajari efeknya, dan mengembangkan pengobatan sebelum penyakit tersebut muncul di alam liar.

Tetapi penelitian ini sangat kontroversial. Banyak ilmuwan berpendapat bahwa risiko menciptakan virus semacam itu jauh lebih besar daripada potensi manfaatnya.

Menurut para pendukung teori ini, virus kemudian bocor dari lab, mungkin dengan menginfeksi staf yang kemudian tanpa disadari menularkannya ke masyarakat umum.

Wall Street Journal mewartakan satu laporan intelijen yang diteruskan ke badan-badan di Washington mengklaim tiga anggota staf di laboratorium mencari perawatan di rumah sakit pada November 2019. Itu tepat sebulan sebelum kasus resmi Covid-19 pertama terdeteksi,

Gejala mereka “konsisten dengan Covid-19 dan penyakit musiman umum,” kata laporan itu, menyerukan penyelidikan lebih lanjut.

Itu sesuai dengan bukti yang menunjukkan bahwa Covid-19 mungkin telah beredar selama berbulan-bulan, sebelum China pertama kali melaporkannya ke dunia, baik sebagai akibat dari penyakit ringan yang tidak terdeteksi, atau akibat ditutup-tutupi.

Baca juga: AS Desak WHO Transparan soal Investigasi Asal-usul Covid-19

Para ilmuwan di Italia mengklaim telah mendeteksi bukti Covid-19 dalam sampel darah yang diambil sejak September 2019.

Sementara para peneliti di Spanyol mengatakan penyakit itu bisa saja ada di sana pada Januari 2020, beberapa bulan sebelum kasus resmi pertama.

Bahkan penulis laporan WHO yang banyak dicemooh itu mengaku tidak menutup kemungkinan bahwa Covid-19 sudah beredar sebelum Desember 2019.

China dengan keras membantah pandangan bahwa Covid-19 bocor dari laboratorium. Sebaliknya Beijing menuduh AS “bermain politik” dengan “menyalakan” kembali kecurigaan dalam teori tersebut.

Sebaliknya, Beijing telah membuat sejumlah tuduhan yang dinilai tidak berdasar, bahwa Covid-19 sebenarnya berasal dari luar negeri dan diimpor.

Sejauh ini, para peneliti dan diplomat China telah menyalahkan sembilan negara termasuk AS, Australia dan India. Semua saingan Beijing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com