Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aung San Suu Kyi Kurang Uang, Rutin Dikirimi Makanan oleh Pengacaranya

Kompas.com - 09/06/2021, 15:41 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi dikabarkan kekurangan uang. Hal itu membuat pengacaranya, U Kyi Win, sampai mengirimkan paket makanan ke tempat kliennya ditahan.

"Saya mengirimkan dua karung beras dan sekitar 9 kilogram minyak," ujar U Kyi Win pada The Irrawady, Selasa (8/6/2021).

"Beberapa kebutuhan lain saya kirimkan lewat kepolisian. Saya tidak meminta bantuan siapa pun. Saya membelinya sendiri," tambahnya.

Baca juga: Hadir secara Fisik di Sidang, Ini Ucapan Tegas Aung San Suu Kyi

U Kyi Win rutin mengirimkan paket makanan ini setelah Suu Kyi bercerita bahwa dirinya kekurangan uang sampai tak bisa membeli makanan untuk dirinya, enam tahanan lain, serta anjing peliharaannya yang bernama Taichido.

Aung San Suu Kyi menyampaikan hal ini di sela sidangnya pada Senin (7/6/2021).

Baca juga: Ketua Pemilu yang Ditunjuk Militer Myanmar Akan Bubarkan Partai Aung San Suu Kyi

Suu Kyi mengaku kepada pengacaranya bahwa pihak yang menahannya sebenarnya sudah menawarkan bantuan. Namun, pemimpin National League for Democracy ini tak mau menerimanya.

"Lebih baik jika tim hukumnya yang membantu, begitu katanya," ujar U Kyi Win.

Baca juga: Dakwaan Kriminal untuk Suu Kyi Ditambah Dua

Saat ini, Suu Kyi sedang menjalani proses hukum atas enam dakwaan, termasuk dua tuntutan berdasarkan Pasal 25 dalam UU Manajemen Bencana Alam.

Perempuan berusia 75 tahun ini juga didakwa terkait Pasal 8 UU Ekspor Impor, Pasal 67 UU Telekomunikasi, Pasal 505 (b) KUHP tentang Penghasutan, dan UU Rahasia Negara.

Tim hukum Suu Kyi mengabarkan bahwa kasus perdana kliennya diperkirakan selesai pada bulan depan.

Baca juga: Ang San Suu Kyi Diam-diam Didakwa Langgar UU Rahasia Negara

Selain Suu Kyi, junta militer Myanmar juga menangkap sejumlah pejabat lainnya, termasuk Presiden Myanmar sebelum kudeta, U Win Myint.

Militer menjadikan Suu Kyi tahanan rumah di berbagai lokasi di Naypyidaw. Atas alasan keamanan, junta selalu memindahkan lokasi Suu Kyi tanpa pernah memublikasikannya.

Sementara itu, gerakan warga yang menolak kudeta militer terus berlanjut di Myanmar. Kelompok pemantau Lembaga Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) melaporkan, setidaknya 857 orang tewas akibat bentrok dengan aparat hingga saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com