Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Global yang Sewa Kantor di Tanah Milik Militer Myanmar Berniat Pindah

Kompas.com - 12/05/2021, 12:59 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Sejumlah penyewa blok perkantoran kelas atas di Myanmar, yang menurut Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dibangun di atas tanah milik militer, telah pindah atau sedang meninjau sewa mereka.

Perusahaan-perusahaan itu termasuk McKinsey, Coca-Cola dan Reuters, menurut laporan perusahaan tersebut.

Baca juga: Etnis Bersenjata Myanmar Berusaha Tangani Covid-19 secara Mandiri sejak Kudeta

Kelompok aktivis Justice for Myanmar bulan lalu meminta penyewa komersial kompleks perkantoran, dan toko Sule Square di jantung pusat komersial Myanmar di Yangon, untuk berhenti secara tidak langsung mendukung militer Myanmar.

"Sule Square memiliki penyewa dengan ‘nama besar’ (di tingkat global). Mereka terus menyewa ruang kantor di gedung itu, jadi secara tidak langsung mendukung tentara," kata Justice for Myanmar dalam sebuah laporan yang mengidentifikasi 18 penyewa.

Dalam laporannya pada Selasa (11/5/2021), Reuters mengatakan telah mendekati semua perusahaan yang disebutkan dalam laporan tersebut.

Dari enam yang mengatakan mereka telah pindah atau sedang meninjau rencana kantor, hanya satu yang menyebutkan alasan terkait dengan militer Myanmar.

Yang lain mengutip berbagai alasan termasuk prospek bisnis.

Bisnis telah runtuh di negara Asia Tenggara itu sejak kudeta militer 1 Februari, yang memicu protes dan pemogokan yang meluas.

Dalam periode itu, tentara juga telah membunuh ratusan warga sipil dan menangkap ribuan orang.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Mandi Massal Super Spreader Tsunami Covid-19 India | Organ Dalam Penyair Myanmar Hilang

Dibuka pada 2017 di dekat Pagoda Sule yang bersejarah, Sule Square dikembangkan oleh afiliasi lokal Shangri-La Asia yang terdaftar di Hong Kong, yang juga mengelola gedung dan hotel yang berdekatan.

Bangunan tersebut disewa dari militer Myanmar, menurut misi pencarian fakta yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2019.

Organisasi internasional itu mencoba menyelidiki kepentingan ekonomi, media, dan kelompok hak asasi manusia dari pihak junta.

Sebagai dasar kesimpulan bahwa tanah itu milik militer Myanmar, dalam laporan misi itu mengutip apa yang disebut catatan digital.

Salah satu penulis laporan tersebut, konsultan hak asasi manusia Chris Sidoti, mengatakan materi tersebut telah diarsipkan dan tidak segera tersedia.

Pada Selasa (11/5/2021), Reuters mengajukan permintaan kepada PBB untuk mendapatkan akses ke catatan tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com