Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Para Korban Penembakan Maut Aparat Myanmar, dari Penyuka TikTok hingga Tukang Ojek

Kompas.com - 13/04/2021, 18:10 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Lebih dari 700 orang dibunuh oleh pasukan keamanan sejak militer Myanmar melancarkan kudeta pada 1 Februari, menurut Asosiasi Pendampingan untuk Tahanan Politik (Burma). BBC berbicara dengan keluarga dari tiga orang yang tewas.

Jumlah korban jiwa bertambah seiring kekerasan yang meningkat terhadap para pengunjuk rasa.

Beberapa dari mereka yang tewas mengambil bagian dalam protes anti-kudeta, sementara yang lain - termasuk anak-anak - hanya duduk di rumah mereka ketika dibunuh.

Baca juga: Membedah Gurita Bisnis Anak Istri Petinggi Militer di Myanmar yang Menggiurkan

Di sini, tiga keluarga berbagi cerita mereka.

Remaja yang menyanyikan lagu-lagu pro demokrasi di TikTok

Pan Ei Phyu yang berusia 14 tahun adalah pendukung setia gerakan pro-demokrasi dan telah membuat beberapa video TikTok yang menunjukkan ia menyanyikan lagu-lagu pro-demokrasi.

Khawatir akan keselamatannya, ibunya Thida San tidak mengizinkannya bergabung dengan protes jalanan.

Tapi itu tidak cukup untuk menyelamatkannya.

Pan Ei Phyu ditembak di dalam rumahnya saat dia ingin membuka pintu bagi pengunjuk rasa yang melarikan diri dari tindakan keras militer pada 27 Maret.

Baca juga: Rilis Deklarasi Bersama soal Myanmar, FPCI Desak ASEAN dan DK PBB Bertindak

Itu adalah hari paling mematikan sejak kudeta dimulai - sedikitnya 114 orang, termasuk 11 anak, tewas.

"Dia tiba-tiba jatuh dan saya pikir dia terpeleset. Tapi kemudian saya melihat darah di punggungnya dan menyadari dia telah ditembak," kata Thida San kepada BBC, sambil menangis.

Dalam bahasa Burma, "pan" artinya bunga, "ei" artinya lembut, dan "phyu" artinya putih.

"Anak perempuan saya adalah seorang gadis yang cantik ketika dia lahir, seperti bunga kecil yang lembut karena itulah saya memberinya nama itu."

Dia menceritakan bahwa putrinya sering membantunya di rumah dan bagaimana dia bermimpi untuk membuka panti asuhan ketika dia dewasa.

"Saya merasa saya tidak layak hidup tanpa anak saya. Lebih baik saya yang mati daripada dia."

Baca juga: Militer Myanmar Minta Keluarga Bayar Rp 1,2 Juta jika Ingin Ambil Jenazah Kerabat yang Tewas

Kematian Pan Ei Phyu juga sangat berdampak pada adik laki-lakinya, Mg Sai Sai yang berusia 10 tahun.

Dia tidak tidur sama sekali pada malam saudara perempuannya meninggal dan terus menonton video TikToknya, kata Thida San.

Keluarga tersebut telah pindah rumah karena Thida San khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada mereka lagi.

"Hidup kami tidak aman lagi."

Pan Ei Phyu terbunuh di dalam rumahnya pada 27 Maret, hari paling mematikan sejak kudeta sejauh ini.COURTESY OF FAMILIES via BBC Indonesia Pan Ei Phyu terbunuh di dalam rumahnya pada 27 Maret, hari paling mematikan sejak kudeta sejauh ini.

Tim BBC telah menyusun daftar beberapa orang yang tewas sejak kudeta:

Si penggembira yang ingin jadi pengrajin emas

Zin Min Htet akan melakukan apapun untuk membantu teman-temannya.

"Tidak peduli seberapa besar kesulitan keuangan yang dia alami, dia akan membantu teman-temannya dengan uang atau apa pun. Dia memiliki jiwa yang baik. Dia selalu tersenyum," kata temannya Ko Sai kepada BBC.

Beberapa saat sebelum dia ditembak mati pada 8 Maret, pria berusia 24 tahun itu berada di garis depan protes anti-kudeta dengan hanya bersenjatakan perisai. Ia mencoba melindungi pengunjuk rasa lainnya.

Ibunya, Daw Ohn Ma, buru-buru menuju ke rumah sakit ketika dia mendengar anaknya ditembak.

"Saya ingin mendengar kata-kata terakhirnya memanggil saya 'ibu'. Tapi itu tidak terjadi. Ada darah di mana-mana. Saya tidak tahan melihatnya. Dia pucat dan dingin, dia sudah kehilangan banyak darah," katanya pada BBC.

Baca juga: Militer Myanmar Jatuhkan Dakwaan Pidana Baru untuk Suu Kyi

"Apa yang bisa saya katakan? Itu kejam dan bengis.

"Yang saya tahu adalah bahwa saya harus membawa tubuhnya kembali ke rumah secepat saya bisa."

Zin Min Htet - yang telah belajar menjadi pengrajin emas selama tiga tahun - adalah anak bungsu dan putra satu-satunya.

Ibunya ingat bahwa putranya itu telah berjanji padanya bahwa dia akan membelikannya rumah setelah dia menghasilkan cukup uang.

Zin Min Htet adalah anak bungsu dan anak laki-laki satu-satunya di keluarganya. Dia menjadi salah satu yang ditembak mati aparat Myanmar.COURTESY OF FAMILIES via BBC Indonesia Zin Min Htet adalah anak bungsu dan anak laki-laki satu-satunya di keluarganya. Dia menjadi salah satu yang ditembak mati aparat Myanmar.

"Dia memiliki sikap yang penggembira dan santai. Dia tidak pernah membuat saya kesal atau sedih. Dia sangat menyukai masakan saya, dia sering menolak makan makanan lain dan sering mengundang teman-temannya untuk makan malam di rumah kami."

Pada hari dia meninggal, Zin Min Htet memberi tahu ibunya bahwa dia akan bekerja. Dia berbohong karena ibunya telah mencoba menghentikannya bergabung dengan protes malam sebelumnya.

Tapi kata ibunya, setidaknya anaknya meninggal saat melakukan apa yang dia inginkan.

"Saya bangga dengan anak saya, dia adalah seorang pahlawan," katanya. "Dia terlalu bersemangat untuk berkontribusi pada negara."

Baca juga: Duta Besar Myanmar untuk PBB Desak Larangan Terbang ke Myanmar, Usai Lebih dari 600 Jiwa Tewas

Pengemudi ojek yang ditembak di depan istri

Pada 28 Februari, Hein Htut Aung dan istrinya Ma Zin Mar sedang dalam perjalanan menuju protes anti-kudeta.

Pasangan itu terbiasa menghadiri protes setelah mereka selesai bekerja. Namun pada hari itu, hanya Ma Zin Mar yang pulang.

Mereka naik bus untuk mengikuti protes. Namun bus tersebut dihentikan dan penumpang harus turun karena tembakan.

"Dia ditembak saat kami menyeberang jalan," katanya kepada BBC.

Tidak jauh dari kami, ada beberapa pengunjuk rasa yang menghalangi jalan dengan tempat sampah dan kawat berduri karena mereka ditembak.

Baca juga: Aparat Myanmar Tembakkan Granat, 80 Demonstran Tewas

"Dia berteriak kesakitan dan saya melihat darah di dadanya. Saya mencoba untuk menahan dan menekan lubang itu."

Dia dilarikan ke rumah sakit, tapi sudah terlambat.

Hein Htut Aung adalah seorang pengemudi ojek, jadi semua orang di lingkungan itu mengenalnya.

"Dia adalah orang yang sangat sederhana. Dia orang yang tenang dan tidak banyak bicara dengan orang lain. Dia hanya bermain gim di ponsel di waktu luangnya. Dia merawat keluarganya dengan apa pun yang dia dapatkan dengan jujur ??dari pekerjaannya."

Orang-orang berduka atas kematian Hein Htut Aung. Dia menjadi salah satu korban tewas kebrutalan aparat Myanmar.COURTESY OF FAMILIES via BBC Indonesia Orang-orang berduka atas kematian Hein Htut Aung. Dia menjadi salah satu korban tewas kebrutalan aparat Myanmar.

Pasangan itu telah menikah lima tahun setelah bertemu secara online dan menjalani "kehidupan yang tenang" di kotapraja South Dagon.

"Kami dulu selalu bersama kemanapun kami pergi. Saya merindukannya."

Sekarang, Ma Zin Mar mengatakan dia akan terus memprotes sampai kudeta berakhir.

"Saya mengagumi keluarga orang-orang yang mengorbankan hidup mereka. Saya ingin mereka tetap kuat. Saya merasakan hal yang sama dengan mereka karena saya juga telah kehilangan suami saya.

Baca juga: Pemuda Myanmar Sebar “Molotov” Lawan Pemutusan Internet Junta

"Tapi kita tidak bisa berhenti. Kita tidak bisa mundur sekarang. Jika kita melakukannya, akan ada lebih banyak kematian."

Seperti yang diceritakan kepada BBC Burma dan Grace Tsoi

Grafis oleh BBC East Asia Visual Journalism dan BBC Burmese

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com