Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Klaim Fasilitas Nuklir Natanz "Disabotase", Pelakunya Disebut Israel

Kompas.com - 12/04/2021, 15:12 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Juli lalu, pemerintah Iran mengatakan kebakaran di situs Natanz, yakni di bengkel perakitan sentrifugal pusat, disebabkan sabotase,

Baca juga: Iran Mulai Tes Dingin Reaktor Nuklir Arak yang Dirancang Ulang

Bagaimana Israel bisa terlibat?

Lembaga penyiaran publik Israel, Kan, mengutip sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya, mengatakan pemadaman listrik di fasilitas itu disebabkan oleh operasi dunia maya Israel.

Surat kabar Haaretz juga mengatakan insiden itu bisa diasumsikan sebagai serangan siber Israel.

Ron Ben-Yishai, seorang analis pertahanan di situs berita Ynet, mengatakan bahwa dengan kemajuan Iran terkait kemampuannya memproduksi senjata nuklir, "masuk akal untuk mengasumsikan bahwa masalah itu mungkin tidak disebabkan oleh kecelakaan, tetapi oleh sabotase yang disengaja, yang dimaksudkan untuk memperlambat perlombaan nuklir yang dipercepat oleh negosiasi dengan AS terkait penghapusan sanksi ".

Kemudian pada Minggu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan "perjuangan melawan Iran, proksinya, dan upaya persenjataan Iran adalah misi besar".

"Situasi yang ada hari ini belum tentu akan menjadi situasi yang akan ada besok," tambahnya, tanpa merujuk insiden Iran secara langsung.

Baca juga: Abaikan Ajakan Diskusi Nuklir, Korea Utara Ajukan Syarat Ini kepada AS

Di bawah pemerintahan Biden, upaya diplomatik telah ditingkatkan untuk menghidupkannya Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), yang pelaksanaannya terhambat setelah Donald Trump menarik AS dari kesepakatan itu.

Tetapi Netanyahu mengatakan pekan lalu bahwa Israel tidak akan terikat oleh perjanjian baru dengan Teheran.

Apa yang terjadi dengan kesepakatan itu?

Kesepakatan nuklir hanya memungkinkan Iran untuk memproduksi dan menyimpan uranium yang diperkaya dalam jumlah terbatas hingga konsentrasi 3,67%. Uranium yang diperkaya hingga 90 persen atau lebih dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir.

Trump mengatakan kesepakatan itu didasarkan pada "fiksi bahwa rezim pembunuh hanya menginginkan program energi nuklir yang damai" dan menerapkan kembali sanksi ekonomi yang melumpuhkan dalam upaya memaksa Iran untuk merundingkan pengganti kesepakatan itu.

Iran, yang bersikeras mengatakan bahwa negara itu tak akan memproduksi senjata nuklir, menolak melakukannya dan membalas dengan membatalkan sejumlah komitmen utama di bawah perjanjian tersebut.

Baca juga: 10 Tahun Setelah Bencana PLTN Fukushima, Pengembangan Energi Nuklir di Jepang Terhenti

Sejak itu, terjadi pelanggaran-pelanggaran oleh Iran dalam upaya untuk meningkatkan tekanan pada AS.

Hal itu mencakup pengoperasian sentrifugal canggih untuk memperkaya uranium, melanjutkan pengayaan hingga 20% konsentrasi isotop U-235, dan membangun cadangan material tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com