Juli lalu, pemerintah Iran mengatakan kebakaran di situs Natanz, yakni di bengkel perakitan sentrifugal pusat, disebabkan sabotase,
Baca juga: Iran Mulai Tes Dingin Reaktor Nuklir Arak yang Dirancang Ulang
Lembaga penyiaran publik Israel, Kan, mengutip sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya, mengatakan pemadaman listrik di fasilitas itu disebabkan oleh operasi dunia maya Israel.
Surat kabar Haaretz juga mengatakan insiden itu bisa diasumsikan sebagai serangan siber Israel.
Ron Ben-Yishai, seorang analis pertahanan di situs berita Ynet, mengatakan bahwa dengan kemajuan Iran terkait kemampuannya memproduksi senjata nuklir, "masuk akal untuk mengasumsikan bahwa masalah itu mungkin tidak disebabkan oleh kecelakaan, tetapi oleh sabotase yang disengaja, yang dimaksudkan untuk memperlambat perlombaan nuklir yang dipercepat oleh negosiasi dengan AS terkait penghapusan sanksi ".
Kemudian pada Minggu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan "perjuangan melawan Iran, proksinya, dan upaya persenjataan Iran adalah misi besar".
"Situasi yang ada hari ini belum tentu akan menjadi situasi yang akan ada besok," tambahnya, tanpa merujuk insiden Iran secara langsung.
Baca juga: Abaikan Ajakan Diskusi Nuklir, Korea Utara Ajukan Syarat Ini kepada AS
Di bawah pemerintahan Biden, upaya diplomatik telah ditingkatkan untuk menghidupkannya Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), yang pelaksanaannya terhambat setelah Donald Trump menarik AS dari kesepakatan itu.
Tetapi Netanyahu mengatakan pekan lalu bahwa Israel tidak akan terikat oleh perjanjian baru dengan Teheran.
Kesepakatan nuklir hanya memungkinkan Iran untuk memproduksi dan menyimpan uranium yang diperkaya dalam jumlah terbatas hingga konsentrasi 3,67%. Uranium yang diperkaya hingga 90 persen atau lebih dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir.
Trump mengatakan kesepakatan itu didasarkan pada "fiksi bahwa rezim pembunuh hanya menginginkan program energi nuklir yang damai" dan menerapkan kembali sanksi ekonomi yang melumpuhkan dalam upaya memaksa Iran untuk merundingkan pengganti kesepakatan itu.
Iran, yang bersikeras mengatakan bahwa negara itu tak akan memproduksi senjata nuklir, menolak melakukannya dan membalas dengan membatalkan sejumlah komitmen utama di bawah perjanjian tersebut.
Baca juga: 10 Tahun Setelah Bencana PLTN Fukushima, Pengembangan Energi Nuklir di Jepang Terhenti
Sejak itu, terjadi pelanggaran-pelanggaran oleh Iran dalam upaya untuk meningkatkan tekanan pada AS.
Hal itu mencakup pengoperasian sentrifugal canggih untuk memperkaya uranium, melanjutkan pengayaan hingga 20% konsentrasi isotop U-235, dan membangun cadangan material tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.